Entitled07

81 12 3
                                    

"Pangeran Ji!" Mira membuka pintu dengan ceria. Syd masih terkejut melihat Mira yang selalu masuk dengan teriakan girang.

"Pangeran Ji memaksakan diri untuk terus bekerja belakangan ini. Beliau terlelap ketika saya mengajaknya mengobrol.." ucap Syd yang tengah mengurus dokumen di atas mejanya sendiri.

"Hihi." Mira mendekat ke arah Ji.

"Oh." Syd, tersenyum tipis melihat keberanian Mira.

Jemari Mira menyentuh wajah Ji pelan. "Hehe, keren sekali." Ia kemudian duduk di sofa dekat dengan Ji.

Ia menuang teh ke dalam gelasnya, "Oh, tehnya dingin.. Biar aku yang menyeduhnya lagi untuknya."

Syd mengangguk. "Eum, aku harus menyampaikan sesuatu ke kementrian. Tolong baik-baik dengan beliau." Syd tersenyum dan keluar terlebih dahulu dengan beberapa dokumen di tangan.

Mira sudah kembali dengan teh yang masih panas. "Pangeran Ji." Ia menggoyangkan badannya. "Pangeran Ji!"

Ji membuka matanya perlahan. "Huh?" Ia mengucek matanya. "Lady Mira?"

"Saya sudah menyiapkan teh hangat untuk Anda. Kalau Anda ingin beristirahat sebaiknya tidur dengan posisi lebih baik."

"Ah.. en." Ia masih mencerna apa yang terjadi. "Di mana Syd?"

"Mengantar dokumen ke kementerian." Mira menuangkan teh ke dalam gelas dan menyodorkannya kepada Ji.

"Terima kasih." Ji meminum tehnya.

"Aku sudah mencampurnya dengan herbal yang baik bagi daya tahan tubuh Anda."

Ji memunjukkan rasa terima kasihnya dengan tersenyum.

Setelah itu Ji hanya diam, ruangan itu hening. Mira yang menatap Ji masih setengah sadar dari tidurnya tersenyum kecil. Namun, kemudian jantungnya berdegup semakin kencang.

"Mira, ini tanggal berapa?"

"Dua belas.."

"Mmh.." Ji berdiri kemudian berjalan dan duduk kembali di kursi kerjanya.

Mira mengernyit. "Sudah berapa hari.. Anda terjaga?"

"Hmm, mungkin tiga hari, tapi aku sedang dikejar waktu jadi tidak bisa bersantai.."

"Oh.. apa karena festival awal musim panas yang akan diadakan tanggal 16?" Ji mengangguk.

"Anda berencana untuk menikmati festival itu??" Mira antusias bertanya, "Boleh aku bertanya dengan siapa?"

"Aku memang berniat begitu.. aku akan pergi sendiri."

"B_Bagaimana kalau Anda pergi denganku?" ucapan Mira membuat Ji memandangnya.

"Kenapa Lady ingi pergi dengan saya? Apa Ratu mengatakan pada Lady untuk menemani saya pergi?" Ji menghela napas. "Anda tidak perlu melakukan semua yang Ratu perintahkan tentang sa_"

"Ini keinginanku kok."

Ji justru semakin bingung. Sementara wajah Mira sudah semerah kepiting rebus.

"Maaf, aku harus menolak." Ji merasa tidak enak.

"Emh.. tidak apa.." Ji agak terkejut melihat gadis itu berkaca-kaca.

"Lady Mira.. kenapa.." Mira yang kesal melihat Ji tidak mengerti juga memilih berdiri dan berlari keluar.

"Jangan bilang.. Mira menyukaiku?" Ji langsung meremas kepalanya. "Tidak usah mengada-ada.." Tangannya ia kembali paksa fokus ke atas kertas.

.

.

.

Merasa sudah benar-benar sehat, Monice meminta baju latihannya pada Sarah. Entah sejak kapan, tidak ada baju yang biasa ia pakai di lemarinya.

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang