Entitled53

35 6 2
                                    

Beberapa minggu yang lalu, Ji masih duduk disamping Monice. Menunggu mata gadis itu terbuka. Ia hanya menyuruh orang-orang untuk mengawasi pergerakan dan menjaga masyarakat itu tetap diam sambil memberikan mereka --yang rumah atau lahannya rusak dengan uang pribadinya. 

Dunia berputar mengitari uang. Jumlah uang yang diberikan cukup untuk membeli seratus kali lipat lahan perumahan mereka sekarang, tentu saja lahan kosong tanpa bangunan, tapi mana mungkin mereka menolak?

"Pangeran Ji, Raja Timur secara personal tiba di perbatasan dan meminta pertemuan pribadi dengan Anda." 

Ji tidak menjawab permintaan itu. Ia tidak ingin keluar. Ia hanya ingin bersama Monice, tidak boleh ada yang mengganggu waktunya dengan Monice. 

Sampai hari dimana Sarah tiba-tiba datang dan berdiri disamping Monice. Baik Ji dan Andrass tidak tahu apapun tentang Yo Rey juga tidak tahu tentang pertikaian Sarah dengan Monice jadi ketika Sarah bilang ia akan merawat Monice seperti anaknya sendiri, mereka tidak ragu. 

Barulah Ji keluar, berkuda sampai ke perbatasan dan berhadapan langsung dengan Ruiz di garis batas negara. Tidak ingin masuk ke bukan wilayahnya, Ji yang mengundang Ruiz masuk ke wilayahnya. 

Mereka berbincang di dalam tenda yang didirikan oleh pasukan. "Aku akan menerima ucapan damai asalkan kau memaafkan Ai kali ini." Bahasa mereka tidak terlalu berbeda jadi mereka menggunakan bahasa masing-masing.

Ji menatap Ruiz malas. "Lalu? Kau berharap dia melakukan rencananya lagi setelah aku memaafkannya?" 

"Sama seperti gadis itu berharga bagimu, Ai juga berharga untukku." 

"Sama seperti Monice itu segalanya untukku, rencana Ai itu segalanya untuknya." 

Ruiz mengangguk, ia juga tahu tentang itu. "Karena itu.. bertarunglah denganku." 

Ji mendengus, ia tidak ingin buang-buang tenaga mengalahkan Ruiz. "Bunuh aku dan sampaikan beritanya pada Ai." Ji memutar matanya, sesaat ia merasa rencana Ruiz itu konyol, hanya drama. "Ai mungkin tidak bereaksi banyak. Namun logikanya bisa mengerti, kalau ternyata rencananya itu bisa berbalik arah dengan hasil yang ada diluar dugaannya." 

"Dengan begitu ia akan berpikir dua kali sebelum mengganggumu lagi." 

"Aku tahu kau tidak memiliki rencana yang lebih baik daripada memanfaatkan aku, orang terdekat Ai." 

Benar, Ji merasa hal itu cukup masuk akal. Tapi perkataan "bunuh aku" seolah menyuruhnya memotong nyawa orang segampang orang berbicara. Ji berdecak, ia jelas tidak mungkin membunuh orang yang tidak bersalah apa-apa kepadanya. 

"Kita akan menjaga ini tetap privat. Putus hubunganmu dengan kerajaanmu agar tidak timbul peperangan sungguhan." 

Ruiz mengangguk, membuat Ji kembali menghembuskan napas kasar. 

"Aku akan membunuhmu di hadapan pasukan Emeria. Efek obatnya akan menghilang setelah sembilan hari, pastikan dirimu tidak terlihat sama sekali setelah itu." 

Ruiz mengangkat alisnya kemudian tersenyum. "Sungguh, kau adik dari Ai tapi sifat kalian begitu berbeda." 

Ji justru mengernyit menatap raja muda di depannya itu heran. "Kau sungguh kemari untuk mati dengan pedangku?" 

Ruiz baru bisa terkekeh melihat ekspresi Ji, "Kau adik dari Ai dan aku tidak mungkin menang melawan kemampuan berpedangmu." 

"Cih. Aku baru tahu seorang raja yang begitu nekat." 

"Untuk Ai, aku bisa melakukan apapun." 

Ji terdiam mendengarnya. Ia paham karena ia juga sama. Untuk Monice, ia akan memberikan segalanya. 

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang