My Moca III : Melody's Wish
Catatan: Happy Reading.
Chapter 02
Pagi itu Eli menyirami tanamannya. Kemudian pergi ke pasar sekaligus mencari informasi tentang teman-temannya. Ia masuk ke dalam bar, meminta informasi dari informan. Ia kembali mendapat berita buruk. Semakin hari hatinya terasa semakin berat. Ia tidak menangis, tidak mengekspresikannya dengan tubuhnya atau dengan wajahnya kalau ia telah putus asa. Dalam perjalanan pulang, tidak lupa ia membeli sayur dan beberapa daging untuk dimakan.
Ketika ia sudah berada 5 kaki didepan rumahnya, ia dapat melihat seorang perempuan remaja yang tengah keluar dengan masing-masing satu ember besar di kanan dan kiri pinggangnya. Eli hanya menghela napas, itu kesalahannya, ia tidak mengunci pintu. "Apa yang kau lakukan?"
"Kemarin aku berjanji untuk mencuci, jadi serahkan ini kepadaku."
Eli berdecak, disekitar situ ada jasa cuci jadi ia tidak terlalu menghargai kebaikan gadis itu. Tentang mengapa ada dua ember penuh pakaian yang perlu dicuci ketika ada jasa cuci.. Tentu karena ia tidak terlalu peduli, ia tidak pemalas, ia hanya tidak peduli. Untuk siapa juga ia berpakaian rapi-rapi?
"Lakukan sesukamu." Ia berjalan melalui perempuan itu dan masuk ke dalam rumahnya. Meletakkan bahan-bahan itu ke dapur dan memasak sarapannya.
Sementara Moca mencuci, membeli tali dan memajang jemuran. Membiarkannya dijemur selama siang saat ia bekerja di toko. Malam itu ia mengambil jemurannya meminjam setrikaan besi dari bengkel dan menyetrikanya.
"Hm, Moca.. itu pakaian siapa?" Tanya Esther sambil membaca buku yang ia dapatkan dari meminjam temannya di desa sebelah.
"Pakaian Liel.."
"Oh.. ah, lupa.. aku dapat informasi.. Ini berita dari papan pengumuman, Mayor William dinyatakan meninggal karena melakukan pemberontakan.."
"?!" Moca mematung mendengarnya.
"Ia salah satu dari mereka yang tetap tinggal di istana, katanya ketahuan mengirimkan informasi ke luar dan dibunuh karena tidak mau mengatakan tempat persembunyian pangeran.." tambah Esther.
Moca menatap Esther dan langsung berdiri, "Kau setrika semuanya dan lipat sampai rapi. Aku harus pergi." Esther menatap Moca yang mengambil pedang kayu buatannya.
William? Orang yang di dunianya mendapat lencana kesetiaan? Temannya yang selalu berpikir positif itu? Ah tunggu..
Jalan Moca terhenti. William disini tidak mengenalnya, wajah mereka mungkin sama, tapi mereka tidak saling kenal. William yang asli pasti masih hidup dan mengajar para prajurit baris depan di istana prajurit. Tetap saja, senyuman mereka sama, kebaikan mereka sama, jantung mereka tidak berbeda, membayangkan mereka disiksa itu tetap menyakitkan. Pasti Eli juga sudah mendengar beritanya, tapi lalu apa yang bisa ia lakukan? Ia tidak mungkin berlari dan menepuk-nepuk punggungnya.
Ia mengambil kayu dan berjalan ke tanah lapang di pinggir sungai. Menancapkan target orang-orangannya sebelum menjadikannya target untuk pedang kayunya.
Tubuh Melody itu sedikit lembek dan kurang kontrol. Ia tidak bisa melompat tinggi, tidak bisa bergerak gesit, setidaknya belum. Meskipun begitu tubuh ini sangatlah sehat dibandingkan tubuh Monice yang asli.
Ia menggerakkan kakinya maju dan mundur sambil menyerang boneka kayu itu.
"Kau.. sudah begini apa kau masih mengelak jika aku mengatakan kau adalah mata-mata?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca II : Monice
FantastikSeorang gadis yang kehilangan, tidak berharap sebuah akhir yang bahagia, ia ingin akhir yang secepatnya. Tapi seseorang mengikat dirinya tetap tinggal, "Aku tidak akan memaafkan dunia, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau aku kehilangan ka...