Entitled47

45 6 4
                                    

Thea membuka pintu kamar Monice. "Oh?! Nona Anda bangun sendiri pagi ini?!" Thea memeluk Monice senang melihatnya tengah membaca buku di ranjang. 

"Aku akan tetap bangun meski kau tidak bangunkan ya :v" Monice mendorong pelukan Thea. 

"Iya-iya, hehe.. Ayo, saya sudah menyiapkan air hangat" Monice menurut. 

Malam itu sudah kali ketiga informannya datang ke Istana Musim Panas. 

Monice ingin memeriksa apa Thea benar-benar tidak tahu kehadiran pria itu. Hanya menyamarkan pakaian, pria itu sama sekali tidak mengubah wajahnya. Orang yang sudah cukup dekat seharusnya tahu. "Thea.. kau benar tidak mendapati informasi apapun? Tidak ada orang yang menghampirimu?" Tanyanya sambil memainkan jemarinya pada liontin kalung.

Thea yang menggosok punggung Monice itu menggeleng. "Tidak ada berita yang disampaikan kepada Yang Mulia, bukannya berarti semuanya baik-baik saja?" 

Monice tersenyum pahit mengetahui Thea benar-benar tidak tahu. "Thea kau tidak boleh berbohong padaku.." Andai ia bisa membagi ketajaman matanya sedikit atau mungkin instingnya. 

"Nona? Mengurus Nona saja sudah susah, aku berbohong apa?!" Ia mencipratkan air ke wajah Monice. 

"Ahahah.." Monice tertawa melihat tingkah Thea, "Mengurusku itu susah?" Ia kembali bertanya. 

"Tentu saja! Pekerjaanku itu yang paling susah disini!" 

"Eeh? Kau mau ku kirim jadi pelayan bangsawan lain?" canda Monice tidak terima, "Kau menyesal dan mau melayani ku kembali pun tidak akan aku terima." 

"Cih, dendaman!" 

.

.

"Yang Mulia, aku mau yang manis-manis." 

Raja dan ratu menatap gadis itu heran. "Kau bilang makanan favorit saat ini daging domba?" 

"En. Tapi aku ingin yang manis-manis." Ratu berkedip dua kali mendengarnya. "Monice, kau sehat?" Dari kemarin anak itu masih lebih sering diam dan baru menjawab ketika ditanya, kenapa vibe anak nakal tiba-tiba terlihat?

"Hahah, kau pasti merasa baikan hari ini, ekhm," Pelayan raja itu mendekat, "Sediakan lebih banyak dessert untuk hari ini." Pelayan itu mengangguk. 

"Yang Mulia, Anda nanti jangan makan manisannya, saya saja." Monice ingat betul raja tidak boleh memakan makanan berkabohidrat. Raja mengangkat alis mendengarnya. "Ohoh.. ohohoh.. kurang ajar." 

Monice agak kaku mendengarnya, kemudian memaksakan senyumnya membentuk garis lurus. 

Ia benar-benar memakan makanannya dengan lahap. Cepat dan pasti, makanan penutup itu dihabiskan oleh Monice. Ratu mengelap remah roti yang menempel di pipi dan rambutnya. "Yang Mulia Ratu.. jangan terlalu baik pada saya.. nanti kalau saya pergi Anda rindu." 

"Hah?" Ratu mengernyit kemudian mencubit dan menarik pipi Monice. "Kau mimpi apa semalam sehingga begitu nakal begini?" 

Monice sebenarnya tengah emosi, ia ingin marah. Ia ingin diam saja atau mengamuk sekalian tapi kan orang-orang disekitarnya tidak salah. Ia justru menjadi hiperaktif karena orang-orang disekitarnya begitu baik.

"Aku tidur nyenyak semalam." 

Ratu mengacak poni gadis itu gemas. Kenapa ada anak seimut gadis itu? 

Boro-boro tidur nyenyak, ia dibangunkan tengah malam dan tidak bisa kembali tidur karena banyak pikiran. Lalu kenapa ia berbohong? Yah.. berbohong itu suatu keharusan kalau ia tidak ingin membuat masalah menjadi lebih runyam. 

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang