Pascal mengizinkan mereka berdua untuk bertarung menggunakan lapangan persegi yang luas. Sementara pemuda lain duduk menonton.
"B4 jelas lebih besar dan kuat, sementara Mo kecil ditambah lagi ia perempuan."
Beberapa memercayai Monice pasti menang. Beberapa memercayai B4 tidak mungkin dikalahkan.
Kalau B4 menang, tidak akan ada yang menyanjung karena Monice hanyalah perempuan.
Kalau Monice menang, B4 jelas kehilangan haega dirinya.
Monice pernah mengalahkan Andrass dan Rey. Akan tetapi ini pertarungan pertamanya dengan B4.
Ia sendiri tidak tau ada sosok B4 sebelumnya, hanya saja baru baru ini ia tau ada juniornya yang bertindak.
"Heheh, bukan sombong tapi aku takut sekali pukul tulangmu hancur."
"Ah. Benar juga. Aku tidak ingin minum obat sepahit itu lagi. Jadi tolong santai saja denganku."
"3, 2, 1, prrit" Pascal meniup peluitnya.
B4 sudah mengangkang kakinya lebar-lebar tidak membiarkan Monice melewatinya, tetapi baru saja peluit ditiup ia sudah kehilangan pandangan.
Ia segera bergerak maju dan berbalik tetapi Monice juga sudah tidak terlihat."Prrriiit" Setelah pedang Monice menunjukkan gerakan tebasan ke leher B4, Pascal langsung membunyikan peluitnya dan menyatakan Monice menang.
Setelah peluit berbunyi, B4 segera berbalik melihat Monice yang seharusnya tengah di belakangnya, tapi sosok itu sudah berjalan keluar dari arena.
"B-bagaimana.." Ia ternganga.
Monice berbalik, "Lari, lompat, tebas."
"Bohong! Kalian pasti berpihak pada Monice dan membuatnya menang! Dasar kalian sudah terkutuk!" B4 tidak terima dikalahkan lebih cepat daripada daun yang terjatuh dari pohonnya.
Junior yang melihat memandang dengan mata sirik. Sementara, Wiliam dan yang lain hanya menghela napas. Meskipun mereka juga pernah kalah melawan Monice, tapi setidaknya pedang mereka saling bertemu.
Mengapa B4 bisa menjadi kedua terbaik diantara juniornya?? Seburuk apa junior mereka?
"Aku tidak terima kekalahanku hari ini!" Melihat B4 masih berani bersuara, Monice tersenyum miring.
"Yah.. hari ini kau terlalu meremehkanku, kan?"
"Be_benar, besok kita akan bertanding lebih adil!"
Tentu saja keesokan harinya ia kembali dihadapkan dengan B4 di lapangan tanding.
Ketika peluit berbunyi, B4 langsung fokus. Ia mencoba mengikuti gerakan Monice.
Pats. Tapi gerakannya tidak terbaca. Ia segera mundur mengayunkan pedangnya kemudian kembali berbalik dan mengayunkan pedangnya. Pada saat seperti ini ia harus mengandalkan intuisi. Ia bergerak cepat ke semua arah sambil menyabetkan pedangnya.
"??!" Monice jelas menghindari pedangnya bertabrakan dengan orang 90kg itu. Ia bisa terlempar ke luar lapangan.
"Hey, jangan ngawur." Monice berdiri di ujung lapangan. "Kenapa? Kau bingung?"
"Heheh, ya sedikit."
Monice berlari melompat, "Di sini!" Ia sengaja berteriak dan begitu pedangnya hendak bersentuhan ia melemparkan pedang kayunya ke atas dan menendang rahang B4 ke atas hingga jatuh ke bawah.
Ia mengambil pedangnya dan kembali mengarahkannya ke leher B4. Peluit kembali dibunyikan.
"Apa itu tadi trikmu?" B4 bertanya sambil mengernyit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca II : Monice
FantasiaSeorang gadis yang kehilangan, tidak berharap sebuah akhir yang bahagia, ia ingin akhir yang secepatnya. Tapi seseorang mengikat dirinya tetap tinggal, "Aku tidak akan memaafkan dunia, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau aku kehilangan ka...