69

24.8K 1K 68
                                    


"Katakan saja, George ...,"

George membawa ingatannya pada peristiwa di mana hari dia dikecewakan teramat sangat oleh  Rangga dan Shafa.

****
Malam itu setelah mengantar Shafa, Deddy meneleponnya.

"Hallo, George."

"Ya, Om."

"George dalam ini atas nama Rangga Om minta maaf. Sebab dia telah membuatmu terluka dengan segala kebohongannya."

"Om ..., bisakah kita bicarakan nanti masalah ini?" tanya George.

"Sebentar George. Om hanya ingin sampaikan jika Rangga sudah pergi dari rumah ini. Dia harus Om ajarkan bagaimana dia harus mandiri. Dengan ini mudah-mudahan dia akan belajar banyak."

"A--apa? Rangga diusir dari rumahnya?" tanya George.

"Benar!"

George memijit keningnya. Dia menggelengkan kepala. Banyak berita malam ini yang mengejutkannya.

Malam itu dilalui George dengan rasa sakit hati yang amat mendalam. Hingga dia mengajak sopirnya berkeliling kota malam itu. Pulang ke rumah hanya akan membuatnya terasa sesak mengingat yang terjadi pada mereka.

Jalanan semakin lengang kala itu. Hari sudah menunjukkan waktu dini hari. George masih dengan perasaan gundahnya berkeliling kota. Tiba-tiba suara ponselnya berdering.

Tertera nama Rangga di sana. Melihat jam George berfirasat ada yang tidak beres dengan pria itu. Sebab sahabatnya itu telah diusir dari rumah. Mengenyahkan segala sakit hatinya disertai rasa penasaran, George mengangkat ponselnya.

"Hallo?"

Telinga George disambut oleh suara ribut yang ditingkahi hujan. Sebenarnya George tidak dapat mendengar jelas suara tersebut. Namun, satu yang diyakini George. Rangga tengah menghadapi masalah yang tidak kecil.

Meski sakit hati, George pun mencari aplikasi lacak di ponsel miliknya yang bisa mencari keberadaan Rangga. Setelah ditemukan titik di mana sahabatnya itu, George menyuruh sopirnya untuk memacu kencang kendaraan mereka agar sampai tujuan dengan cepat sebelum semuanya terlambat.

Beruntung George belum terlambat. Di bawah guyuran hujan lebat, dia menyaksikan sendiri bagaimana Rangga dihajar. Dengan kemampuan bela dirinya serta sopir yang merangkap bodyguard itu, George pun berhasil melumpuhkan preman yang menyerang Rangga. Kemudian Georgelah yang membawa Rangga ke rumah sakit.

Serangkaian tindakan medis dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit yang paling dekat dari lokasi penganiayaan terhadap Rangga. George yang panik kala itu marah-marah pada perawat yang dalam kacamatanya terkesan lamban. Padahal apa yang dilakukan sang perawat telah memenuhi standar ketentuan rumah sakit tersebut.

Malam itu dia tidak tidur sama sekali. Melihat kondisi Rangga yang jauh dari kata baik sungguh membuat nyawanya nyaris terbang. Persahabatannya dengan Rangga adalah persahabatan sejati. Meski Rangga mempermainkan cintanya pada Shafa dengan membohongi dia, George tidak akan membenci Rangga. Dia kecewa, itu pasti. Namun, pria kelahiran Jerman itu memastikan dia akan memaafkan Rangga suatu hari nanti. Dia hanya butuh waktu.

Dua hari setidaknya Rangga membutuhkan waktu untuk lebih baik. Selama itu, George hanya mengamati dari jauh. Kiriman video dari sopirnya yang diperintahkan untuk mendampingi Rangga adalah bentuk perhatiannya sebagai sahabat. Dia butuh waktu untuk menerima apa yang sudah dilakukan Rangga padanya. Sebab tidak ada yang tahu seberapa dalam dia mencintai Shafa. Dalam sekali, teramat dalam.

Merasa perlu untuk menemui Rangga dan hatinya mulai bisa menerima disertai rasa penasaran apa yang terjadi pada sahabatnya itu, di hari ketiga Rangga di rumah sakit, George pun menemuinya.

Istri yang DiabaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang