Rangga terpaku dengan perlakuan Shafa. Dirinya pun terpana saat tatap mata mereka bertemu untuk beberapa saat. Melihat pemandangan yang membuat hati George tak nyaman, pria bule itu segera menarik lengan baju Shafa hingga tangan Shafa terlepas dari wajah Rangga dan sontak membuat Rangga malu."Kalian lebih mirip pasutri kalo kayak gini. Untung Shafa itu adek lo, Ngga. Klo nggak gue cemburu berat!" tukas George.
"Ya enggaklah. Emang dia adek gue!" Rangga membalas George dengan sewot.
Mendengar pengakuan Rangga, entah mengapa di satu sudut hatinya, Shafa merasakan luka yang dalam. Dirinya memang telah menyadari jika Rangga hanya ingin orang orang tahu bahwa Shafa adalah adik angkatnya bukan istrinya, tapi rasanya tetap pedih kala itu diucapkan secara terang terangan. Sebuah penyangkalan yang sangat menyakitkan.
"Baguslah, gue tidak ingin siapapun merebut Shafa-gue tak terkecuali lo, Rangga!"
"Ya ampun George, ya enggaklah. Lo tenang aja!" balas Rangga.
Shafa memandangi kedua lelaki yang ada di hadapannya kini dengan tatapan yang tak terdefinisi. Hatinya perih mendengar perkataan Rangga.
Namun, Shafa pun merasa tak tenang karena dirinya terlibat pada kebohongan yang dibuat oleh Rangga.***
Hari-hari terus berjalan tanpa ada kemajuan berarti dari hubungan Shafa dan Rangga sejak malam pesta kecil di kantin karyawan. Shafa merasa ada yang salah pada pernikahannya dengan Rangga. Beberapa waktu terakhir ini Shafa berpikir tentang bagaimana seharusnya rumah tangganya berjalan. Rangga telah membawanya pada jurang yang dalam, landasannya kebohongan.
Ada satu hal yang semakin membuat Shafa merasa terperangkap pada rasa bersalah adalah tatkala semakin dalam perasaan George padanya. Awalnya Shafa tidak terlalu menanggapi sikap George yang terkesan menaruh hati padanya. Karena menurut Shafa George hanya main-main dan tidak serius. Bentangan latar belakang George dan Shafa yang terlalu lebar membuat Shafa berpikir demikian. George tidak mungkin 'kan serius pada Shafa yang datang dari kelas rakyat biasa sepertinya?
Setiap makan siang selalu dimanfaatkan George sebagai ajang untuk mendekati Shafa. Bukan Shafa tidak tahu hal itu. Tapi, menerima cintanya pun tidak mungkin, statusnya adalah istri Rangga, yang harus dilakukannya hanyalah mencari alasan untuk menolak George.
"Eh, Fa. Garnish juicenya mau apa? Lemon atau cherry?" Pertanyaan Sari membuyarkan lamunannya sesaat yang lalu.
Kesibukannya hari ini mempersiapkan pesta ulang tahun perusahaan membuat Shafa mengingat George. Pasalnya, bule itu barusan menelepon dan mengatakan bahwa lelaki itu membelikannya gau untuk menghadiri pesta itu. Padahal, tentu saja hal itu tidak perlu. Toh, mereka di bagian dapur akan memantau kebutuhan konsumsi dan akan sibuk di meja-meja makanan. Mana mungkin bisa menikmati pesta. Bahkan, mereka di bagian dapur karyawan telah menentukan dress code mereka. Yakni batik seragam mereka. Lalu, bagaimana Shafa akan menolak gaun yang telah dibelikan George. Shafa dibuat bingung oleh bule itu.
"Untuk juice orange, pake cherry. Juice apel pake lemon, Sar."
Sari membentuk bulatan dengan ibu jari dan telunjuknya tanda memahami arahan Shafa.
"Setelah ini semua udah beres. Tinggal penyajian saja. Yang cowok bisa tinggal dulu. Yang cewek pulang aja, dandan dulu!" titah Sari.
"Ah, kita mah kalo dandan paling acak acakan lagi. Lagian kan kita bagian seksi sibuk. Mondar mandir. Cek makanan, beresin meja, mana mungkin dandanan kita bisa tahan. Wong kita kulur kilir gitu...," celetuk Ria.
"Yang penting dandan. Jangan sampai kita gak ngehargain pesta perusahaan sendiri," jawab Sari.
"Kalian tahu nggak, tumben banget ya ultah perusahaan dilakukan di aula. Biasanya kan nyewa ballroom?" tanya Ria.
"Denger-denger sih karena kita gak pernah dilibatin pada pesta pesta perusahaan. Jadinya sekarang kita dilibatin walaupun kita tetap harus bertugas di bagian konsumsi. Biasanya 'kan mereka aja yang ngadain pesta tanpa mengikutsertakan kita," jawab Sari.
"Banyak perubahan ya sekarang dengan direksi kita. Selain sering makan di kantin, mereka juga lebih perhatian sama kita," imbuh Ria.
"Itu semua karena Shafa. " Celetuk Arif yang dari tadi hanya menyimak ulasan kedua bawahannya itu.
"Masa sih mas? Kok bisa? Lantas dari mana mas tahu?" cecar Sari ingin tahu. Melihat Sari yang penasaran, Arif tersenyum simpul.
"Kasih tau dong ... Mas." Kini giliran Ria yang bicara.
"Kau tak tahu bagaimana lelaki jika sudah jatuh cinta rupanya. " Arif tersenyum simpul.
"Tunggu dulu. Apa hubungannya jatuh cinta dan kemajuan perhatian direksi pada kita?" tanya Ria.
"Jelas sekali ada hubungannya. Kau tidak bisa merasakan bagaimana Shafa mempengaruhi seorang George dan Rangga? " Tanya Arif.
"Tunggu ... tunggu ... tunggu ... Pak Rangga? Maksud mas apa?" tanya Sari.
"Aku merasa di balik sikap dingin Pak Ranggga, dia menaruh perhatian lebih pada Shafa," lanjut Arif.
"Ya wajar ajalah mas, kan dia adik angkat Pak Rangga!" tukas Sari. Pada akhirnya dari mulut ke mulut hampir semua karyawan mengetahui jika Rangga mempunyai adik angkat bernama Shafa, yang pada awalnya membuat kaget karyawan terutama karyawan kantin. Pasalnya banyak kejanggalan mengenai berita tersebut.
Namun kemudian tidak ada lagi yang mempertanyakan beberapa kejanggalan itu. Tentu saja mereka tak berani bergosip yang tidak tidak mengenai anak angkat seorang komisaris perusahaan mereka. Jadi, lebih baik mereka diam saja.
"Cuma adik angkat, kau ingat bukan adik kandung. Aku ini laki laki, Sari. Aku dapat melihat cara Pak Rangga memandang Shafa waktu pesta syukuran hamil istriku waktu itu, inget nggak?" tanya Arif. Sari menggeleng sementara Ria memilih menatap dalam dalam koki mereka itu.
"Apa kalian nggak lihat, waktu Shafa ngelap saus kacang di pipi Pak Rangga waktu itu? Kalo aku menilai itu jelas jelas tatapan cinta. Asal .... aaaw! " Belum sempat Arif melanjutkan kata katanya tiba tiba dia dikejutkan dengan cubitan Sari di lengan Arif.
"Ssshhh ... sakit Sari!" keluh Arif.
"Lagian Mas Arif tu pikirannya butek. Gimana bisa Pak Rangga jatuh cinta sama Shafa, dia kan adik angkatnya? Lagian nih Mas ya, Pak Rangga udah punya Karina tau! Dan menurutku Shafa bukan levelnya Pak Rangga. Dia lebih milih Karina yang pasti secara latar belakang gak jauh beda." Sari memrotes pendapat Arif.
Koki muda satu ini menggoyangkan telunjuknya hanya beberapa jengkal di depan wajah Sari.
"Jangan salah Sari, status itu tidak akan berpengaruh jika sudah cinta. Jangan lupa Pak George mana mau makan di kantin sebelum ada Shafa," balas Arif.
"Kalo Pak George sih siapa aja bisa lihat cintanya sama Shafa. Cuma kalo Pak Rangga aku masih ragu deh Mas! Dan alasan utama yang membuat aku ragu itu adalah Bu Karina! Kita semua tahulah kisah Bu Karina dan Pak Rangga!" Analisa Sari.
"Kita liat aja. Kita akan lihat beneran nggak penilaianku. Malam ini bisa kita jadikan bukti. Gimana?" tanya Arif.
"Maksud Mas?" tanya Sari.
"Kita akan lihat malam ini Pak Rangga melihat Shafa sebagai seorang perempuan atau sebagai seorang adik," usul Arif.
"Caranya?" tanya Sari.
Arif, Sari dan Ria pun terlihat sedang berbisik bisik. Nampaknya mereka memiliki sebuah rencana untuk membuktikan perkataan Arif.
Hai...
Kembali lagi dengan Shafa-Rangga...Jangan lupa bintangnya ya...
Terima kasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Diabaikan
ChickLitShafa gadis panti asuhan yang dijodohkan dengan Rangga seorang putra dari keluarga berada. Rangga yang sudah memiliki pujaan hati sebenarnya ingin menolak. Namun dia yang sangat menghormati ibunya tidak mampu menolak perjodohan itu. Hingga terjadi...