Shafa gadis panti asuhan yang dijodohkan dengan Rangga seorang putra dari keluarga berada.
Rangga yang sudah memiliki pujaan hati sebenarnya ingin menolak. Namun dia yang sangat menghormati ibunya tidak mampu menolak perjodohan itu.
Hingga terjadi...
Hai... Aku mau promo cerita baru yang sedang on going. Nggak kalah seru lho... Hehehe... Narsis ya aku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-----------------------------------
Rangga menghentikan kunyahannya. Mukanya berubah menjadi merah, matanya memelotot. Dadanya sesak. Dia memegangi dadanya yang sesak, seperti orang yang terkena serangan jantung. Sejurus kemudian lelaki itu terjatuh dari kursi.
"Rangga!" Karina berteriak membahana mengejutkan beberapa orang di sana yang tengah menikmati suasana pesta dengan tawa dan canda serta perbincangan hangat.
Teriakan Karina mengalihkan perhatian Shafa serta Ayah Rangga. Sejurus kemudian keduanya mendekat.
"Mas Rangga!" Shafa panik. Segera dipangkunya kepala suaminya itu. Dibukanya dasi serta gesper suaminya agar mudah nafasnya mengalir.
"Rangga ... dengar Ayah ... kau masih sadar kan?" Rangga hanya mengangguk.
"Shafa di mana obatnya?" tanya Ayah Rangga.
"Di mobil Yah ... iya kan mas? " Rangga mengangguk di tengah-tengah sengalan nafasnya yang berurutan. Shafa merogoh kantong jas suaminya dan mendapati kunci mobil, lalu diberikan kepada ayah mertuanya. Beruntung Shafa hapal kebiasaan Rangga yang menaruh kunci di kantung jas yang sering Shafa temukan saat memeriksa semua kantong pakaian sebelum mencucinya.
Dengan segera Dedy menyuruh Asep supirnya mengambil spuit dan cairan epinefrin di dalam dashboard mobil Rangga.
"Mas, bertahanlah." Air mata Shafa telah menggenang di pelupuk mata. Diusapnya pelan dada Rangga yang sesak. Lelaki itu masih tersengal sengal.
"Rangga kenapa, Karina?" tanya George. Karina menggeleng sambil menangis. Baik Karina maupun Shafa pasti merasakan kepanikan luar biasa sebab kondisi Rangga yang membuahkan kepedihan.
"Mas Rangga bisa seperti ini karena alergi ikan kakap merah." Shafa menjawab pertanyaan George dengan lelehan cairan bening yang tak tertampung lagi di pelupuk matanya.
"A ... a ... alergi ikan kakap merah?" cicit Karina. Bagaimana mungkin dia sebagai tunangannya tidak mengetahui. Tadi sewaktu mengambil makanan di meja saji, memang ada dua pilihan ikan yng dimasak berbeda yaitu ikan tenggiri saus tiram dan ikan kakap merah saus asam manis. Karina memilih ikan merah saus asam manis. Andai dia tahu sudah pasti dia memilih ikan tenggiri.
