62

20.1K 1K 54
                                    

Shafa, Rangga dan George pun tak kalah terkejutnya dengan pernyataan Rose. Padahal jelas sekali George mengatakan pada ibunya itu bahwa dia masih belum mengantongi kata 'yes' dari Shafa. Dia hanya bilang pada Rose jika dia sangat mencintai Shafa.

Muthia merasa amarahnya sampai ke ubun-ubun. Darahnya mendidih mendengar sedikit penjelasan awal dari Rose. Melangkah cepat menuju Shafa, Muthia menampar pipi Shafa dengan keras.

Plak!

"Ibu!"

"Tante!"

Rangga menarik pundak ibunya, sementara George merengkuh bahu Shafa.

Muthia menatap nyalang pada Shafa lalu memekik, "Sejak kapan kamu selingkuh? Hah?"

Shafa yang pundaknya tengah dipegangi kedua sisinya oleh lengan George seketika kaku, sementara tangan kiri gadis itu memegang pipi yang terasa memanas akibat tamparan tadi.

Shafa merasakan tubuh George yang berdiri di sebelahnya juga menegang. Terkejut, mata George bahkan tidak berkedip. Otaknya belum sempurna menyerap keseluruhan kejadian baru saja.

Namun, dia juga tidak bodoh menangkap kata demi kata dari bibir Muthia. Hatinya sakit bagai ditusuk ribuan bilah namun tidak berdarah meninggalkan sakit layaknya luka bernanah.

"Bu, ayo kita pulang," bujuk Rangga dengan masih memegangi pundak Muthia, dan tampak sekali seperti tidak ingin menatap Shafa yang tengah bersama George.

Apa tadi? Mereka akan menikah?  Pantas saja Shafa meminta surat gugatan cerai itu cepat cepat. Nyatanya dia ingin menikah dengan George. Baguslah, rencanaku berhasil. Hanya tak kusangka di depanku dia nampak mencintaiku. Aku percaya saja, bodohnya aku. Rangga membatin.

"Tidak! Sebelum ibu tahu ada apa ini sebenarnya!" pekik Muthia.

Rose yang berada paling belakang di kerumunan itu mulai bereaksi setelah tadi terpaku sejenak melihat drama Muthia dan Shafa.

"Ada apa ini sebenarnya?" tanya Rose lembut.

Muthia meronta hendak menyerang Shafa kembali. Namun Rangga dengan kekuatan yang lebih menahan ibunya.

Shafa menahan getar tangisnya. Menggigit bibirnya berharap semuanya hanya mimpi dan memastikannya dengan gigitan itu. Mertuanya yang sangat ia sayangi memukulnya. Wajahnya memang tidak sakit, tetapi hatinya yang terluka. Dia sudah membuat orang yang dicintainya itu terluka dan hal tersebut membuat dia juga merasakan luka.

"Kamu mau tahu Rose ada apa? Anakmu telah dibohongi oleh perempuan itu. Dia berselingkuh dari  Rangga!" pekik Muthia.

"What?" Rose terkejut sedangkan George tidak.

Seketika lengan George meluruh dari pundak Shafa. Gadis itu bertambah sedih dengan reaksi George yang dingin. Harusnya dia menjelaskan hal ini sejak awal pada George. Bukan mendengarnya dari mulut orang lain dalam kondisi semacam ini.
Dengan begitu tidak perlu bertambah lagi hati yang luka. Sedangkan Rose menambah daftar orang yang terluka karenanya.

Shafa dapat merasakan ketegangan George bercampur rasa kecewa, bingung dan marah. Ya Tuhan, Shafa tidak ingin menambah luka di hati siapapun lagi.

George merasa Rangga dan Shafa berhasil mempecundanginya. Ingin dia tertawa keras. Menertawakan nasibnya yang tidak beruntung, tingkahnya yang absurd. Mengejar istri temannya sendiri. Lucu sekaligus ironi.

Dia menangkap dengan sempurna semua ucapan Muthia serta berhasil merangkainya dengan baik bersamaan beberapa peristiwa janggal yang pernah dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Seperti benang merah kusut yang terurai, semua keganjilan itu terjawab sudah.

Istri yang DiabaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang