Pukul tiga dini hari Shafa terbangun dari tidur lelapnya. Rasa haus menyerangnya tiba tiba. Melihat air mineral di nakas yang sudah kosong, Shafa melangkah perlahan membuka pintu kamarnya. Saat akan menutup kembali pintu kamar, terdengar dari arah kamar Rangga suara lelaki itu seperti sedang menerima telpon. Tapi, karena pintu kamar tertutup, Shafa tidak mendengar dengan jelas percakapan itu. Shafa memilih untuk meneruskan niatnya mengambil air mineral di dapur.
Ketika Shafa berjalan menuruni tangga terdengar dari arah lantai dua suara Rangga dan hentakan kakinya menuruni anak tangga dengan cepat dan tergesa bersamaan dengan suara Rangga yang berbicara.
"Iya Karina sayang...jangan panik gitu dong...aku akan cepat...tunggu ya..." terasa hangat dan manis serta lembut suara itu sampai di pendengaran Shafa untaian kata yang diucapkan Rangga pada Karina. Begitukah kiranya jika Rangga mencintai seorang wanita. Sungguh Karina beruntung.
Semakin mendekati lantai satu, dari arah belakang Shafa dapat mendengar derap kaki Rangga yang terus berlari dan semakih mendekat, hingga akhirnya Shafa merasa punggungnya ditubruk sesuatu, kehilangan keseimbangan karena Shafa berjalan di tengah tangga, gadis itu pun jatuh hingga terjungkal ke lantai satu. Kepala Shafa membentur lantai terlebih dahulu barulah tubuhnya ikut mendarat kemudian. Peristiwa itu terjadi begitu cepat, dan Shafa baru menyadari penyebabnya jatuh adalah Rangga saat dirinya baru saja tergeletak di lantai marmer yang dingin.
Kondisi gelap di sepanjang tangga, membuat Rangga tidak sadar telah menabrak Shafa dan kejadian yang begitu cepat itu membuat Rangga juga sempat kehilangan keseimbangan yang berakibat pada terhuyungnya Rangga sementara itu lelaki itu juga tidak menyadari keberadaan Shafa yang sudah jatuh duluan. Demi menghindari terjatuh dari anak tangga, mau tak mau Rangga berusaha menapakkan kakinya ke lantai dasar, hingga kaki besar Rangga yang berlari dari atas tangga tanpa sengaja malah menginjak kaki Shafa yang sudah jatuh terlebih dahulu. Sudah jatuh tertimpa kaki Rangga, mungkin tepatnya seperti itu.
"Aaww," teriak Shafa.
Rangga mendapat telpon dari Karina yang mengabarkan bahwa dirinya kalut mendapati ibunya jatuh di kamar mandi. Sementara pembantu dan ayah Karina sedang tidak di rumah. Hingga Karina menghubungi Rangga meminta lelaki itu datang ke rumahnya.
Rangga yang dalam kondisi panik seperti itupun akhirnya tidak ambil pusing dengan apa yang dialami Shafa. Tanpa berkata apapun, Shafa ditinggal begitu saja oleh Rangga.
Shafa yang masih dalam posisi berbaring di lantai mencoba untuk bangkit. Tanpa disadarinya air matapun meleleh. Bulir bening itu bergiliran berjatuhan tak bisa lagi dicegah. Bukan hanya sakit karena benturan keras di kepalanya, sakit kakinya yang terinjak kaki Rangga, lututnya yang juga menumpu tubuhnya saat jatuh, dan tak lupa sakit hatinya ditinggal pergi begitu saja oleh Rangga, membuat air matanya luruh seketika. Ditambah juga dengan kepedihan hati gadis itu mendengar suaminya memanggil wanita lain dengan sebutan sayang. Lengkap sudah luka yang diterima Shafa malam itu. Siapa tadi? Karina...ya Shafa akan mengingatnya. Namanya Karina.
***
Hari beranjak siang, setelah mengobati memar yang didapat Shafa dini hari tadi, Shafa pun tertidur ditemani genangan air matanya sendiri. Adapun suaminya sudah pukul 8 pagi ini belumlah pulang.
Shafa mencoba bangkit, jalannya jadi pincang. Sepertinya kaki yang diinjak oleh Rangga adalah penyebab kepincangannya. Kepalanya berdenyut, bengkaknya besar dan setelah diobati bengkak itupun mengecil, tapi mungkin akan menyisakan lebam keesokan hari.
Kepalanya semakin berdenyut kala Shafa berdiri menopang di pinggir kasur. Sepertinya niat untuk mandi saat ini harus ditunda. Kepalanya sama sekali tidak dapat diajak kompromi untuk melangkah saja, kepalanya kembali berdenyut kuat.
Meraba kasurnya yang empuk, Shafa mencari pegangan dengan matanya yang terpejam erat menahan sakit kepala serta nyeri sekujur tubuh yang menyerang tiba tiba. Shafa kembali merebahkan tubuhnya di kasur.
Sementara Rangga dalam perjalanan pulang setelah mengantar Karina dan ibunya ke rumah sakit. Sepanjang jalan, Rangga tidak fokus menyetir dikarenakan memikirkan Shafa. Hah? Shafa? Yang benar saja?
Tidak...tidak...mengapa harus memikirkan wanita itu?
Rangga menggelengkan kepalanya mencoba mengenyahkan bayangan Shafa dalam fantasi Rangga yang terjatuh dini hari tadi. Tentu saja dalam fantasi Rangga, karena dirinya sama sekali tidak melihat bagaimana posisi Shafa terjatuh. Tengkurap kah? Terlentang kah? Hah... Rangga meraup kasar mukanya lagi lagi berharap bayangan tentang kejadian di tangga itu enyah seketika.
Rangga masih tidak bisa menghilangkan bayangan itu. Rasa penasaran seperti apa kondisi Shafa saat ini melingkupi hatinya. Pada akhirnya kondisi Karina yang sedang sedih teralihkan oleh Shafa dalam kepala Rangga. Rangga saat ini dihinggapi rasa bersalah pada Shafa. Pikiran tentang Karina lenyap begitu saja ketika Rangga mengingat Shafa. Walaupun kondisi Karina lebih memprihatinkan. Ibu Karina mengalami stroke pasca jatuhnya dari kamar mandi.
Walau merana kondisi Karina, pikiran Rangga malah berkelana memikirkan Shafa.
Enyahlah wanita bodoh dari pikiranku!
Untuk membersihkan pikirannya dari Shafa, Rangga pun menelepon Karina.
"Hallo sayang...gimana kondisi ibumu?"
"..............."
"Iya...ini masih belum nyampe. Bentar lagi. Jangan lupa makan sarapannya. Kamu harus fit kalo mau mengurus ibumu. Kalo dokter sudah visit, tanyakan apa bisa dibantu dengan fisioterapy, siapa tau karena ini baru gejala, mudah mudahan lebih cepat sembuh dengan fisioterapy."
"................."
"Oke, jaga diri baik baik sayang..."
Rangga pun tersenyum tipis, nampaknya pikiran tentang Shafa lenyap setelah menelpon Karina. Rangga melajukan mobilnya dengan santai tanpa beban.
***
Matahari sudah naik sepenggalah. Sayup sayup terdengar suara orang dari bawah. Syifa pun mengira Rangga sudah pulang. Namun, lamat lamat semakin dekat suara itu, Shafa dapat menduga bahwa itu bukan suara laki laki namun suara perempuan. Seperti sedang mengomel. Seperti suara... Hah?? Ibu??
Gawat...gawat...ya Tuhan...Ibuuuuu??? Gimana kalau ibu tau kami pisah kamar? Aku sekarang bukan di kamar utama. Bagaimana ini???
Hai...up lagi
Jangan lupa bintangnya ya...
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Diabaikan
ChickLitShafa gadis panti asuhan yang dijodohkan dengan Rangga seorang putra dari keluarga berada. Rangga yang sudah memiliki pujaan hati sebenarnya ingin menolak. Namun dia yang sangat menghormati ibunya tidak mampu menolak perjodohan itu. Hingga terjadi...