38

18.1K 1K 12
                                    

"Coba sini ibu liat," kata Muthia.

Dasi pemberian Karina memang dibawa Shafa ke rumah besar, sebab yang Shafa tahu Rangga tidak akan menolak memakainya. Daripada repot repot bawa dasi yang lain tapi tak dipakai oleh Rangga, jadilah Shafa memutuskan membawa dasi itu.

Rangga menegang. Apa maksud ibunya? Jangan-jangan ibunya tahu dasi ini pemberian Karina. Muthia mendekati putranya yang hanya beberapa langkah darinya itu. Wanita paruh baya itu memegang dasi George lalu melihat sebelah belakang dasi Rangga. Keningnya mengernyit. Diperhatikannya dengan seksama dasi itu.

"Iya ... bener ini dasi yang udah ibu buang ke tong sampah! Kok masih ada sih!" tukas Muthia.

Rangga dan Shafa tersentak. Keduanya saling menatap. Pada akhirnya misteri hilangnya dasi marun yang membawa tragedi pada Shafa terkuak sudah. Tersangka lenyapnya dasi Rangga adalah ibunya sendiri.

"Lho ... dasi ini Ibu yang buang?" tanya Rangga.

"Iya ... soalnya waktu Ibu nginap di apartemen kalian, Ibu sempat memasukkan dasi ini untuk di laundri, terus pas Ibu pegang, ibu baca di belakang dasi itu ada tulisan ich liebe dich. Ibu pikir dasi ini pasti dikasih seseorang yang kamu cintai. Dan ibu yakin itu bukan Shafa," tukas Muthia.

Rangga terdiam. Tidak mudah memang membohongi ibunya yang sangat cerdas. Dia segera memutar otak untuk mempersiapkan jawaban jika ibunya mulai curiga.

"Kok ibu bisa tau itu bukan dari Shafa?" tanya Shafa polos.

"Ya iyalah! Kamu tahu arti ich liebe dich?" tanya Muthia . Shafa menggeleng.

Mati gue! Kata batin Rangga.

"Itu bahasa Jerman artinya aku cinta kamu. Lalu ini dasi merk Roberto Cavalli. Merk berkelas. Walaupun kamu dikasih black card sama Rangga, Ibu yakin kamu nggak akan belanja sebesar puluhan juta hanya untuk sebuah dasi. Kamu nggak seperti itu, sayang," jelas Muthia.

Shafa sontak terhenyak. Karina memang wanita berkelas. Untuk kado sebuah dasi saja harganya puluhan juta. Bagi Shafa ketimbang beli dasi begitu mahal, mending uangnya dikasih ke panti.

"Jadi kesimpulan Ibu, ini dasi dikasih oleh seorang wanita dan itu bukan Shafa. Ibu yakin, ini dasi sudah ada sejak Rangga belum menikah, dan ini jelas dari perempuan. Karena Ibu tidak mau Rangga kembali ingat dengan yang memberikan dasi ini, jadi ibu buang dasinya. Kalo bisa tidak ada lagi kenangan masa lalu di dalam kehidupan pernikahan," kata Muthia kemudian.

"Ibu tenang saja. Itu kan hanya sebuah dasi. Karena dasinya mahal, Mas Rangga tentu sayang untuk membuangnya. Dan menurut Shafa motifnya unik," Shafa berusaha menenangkan mertuanya.

"Shafa yang menemukannya di kotak sampah, Bu. Sayang 'kan? Shafa liat masih bagus dasinya. Jadilah Shafa cuci kembali dasinya," sambil berucap demikian, Shafa menatap sendu tidak berkedip ke dalam bola mata Rangga. Suaminya itu gugup dipandangi seperti itu.

"Ibu hanya berharap siapapun yang memberikan dasi itu, dia tidak akan berada di dalam hati Rangga. karena hati Rangga seharusnya hanya milikmu, sayang ...,"  kata Ibu Rangga.

"Iya Bu ...," jawab Shafa. Muthia maju dua langkah mendekati Shafa, mengusap punggung menantunya, sebelum tersenyum dan meninggalkan anak serta menantunya itu menuju kamarnya.

Rangga dan Shafa mematung sepeninggal ibu mereka ke kamar.

"Mas ...," panggil Shafa memecah keheningan.

"I--i--iya...," jawab Rangga. Ada beberapa pikiran yang bersarang di kepalanya saat ini. Salah satunya mengenai dasi pemberjan Karina. Dia telah menuduh Shafa menghilangkannya. Sungguh sekarang bercokol rasa bersalah di hatinya.

Istri yang DiabaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang