(22)

18.2K 957 16
                                    

"Aku? Kenal dengan calon istrimu? Siapa?" tanya Shafa heran.

George belum sempat menjawab pertanyaan Shafa kala dari tempatnya duduk sekarang yang mengarah ke pintu dapat dengan jelas melihat siapa yang baru saja datang. Direktur dari berbagai divisi yang melihat kedatangan lelaki itu pun lantas berdiri dari kursi masing masing memberi penyambutan kecil pimpinan mereka itu.

Sontak semua kaget melihatnya bahkan di antara mereka ada yang tertendang dengan kaki meja karena buru buru berdiri, terkejut dengan kedatangan lelaki yang hampir tak pernah mereka lihat berada di seputaran kantin kantor. Lalu ada apa lelaki itu ke sini?

"Sini!" Panggil George. Sontak Shafa menoleh ke arah di mana pandangan George jatuh sekarang. Dan Shafa terhenyak dari tempatnya duduk. Rangga!

Dari rekan sesama pegawai kantin, Shafa mendengar cerita bahwa Rangga, George, dan Karina memang hampir tak pernah ke kantin. Tapi sekarang, faktanya dia ada di sini. Perlahan tapi pasti dengan langkah tegas Rangga mendekati keduanya. Rangga sudah yakin akan mendapati George di sini.

Entah mengapa dia jadi penasaran apa yang dilakukan George tiap makan siang di kantin. Sebetulnya Rangga sudah tahu, hanya saja persisnya seperti apa interaksi George dan istrinya membuat Rangga jadi ingin tahu. Istri? Benarkah Rangga menganggapnya istri?

Dan dengan gaya maskulinnya Rangga duduk melipat kakinya di kursi antara Shafa dan George. Semua yang ada di situ sedikit heran karena kedatangan Rangga untuk duduk bersama George, namun Shafa dibiarkan saja berada di antara keduanya. Siapa Shafa sebenarnya? Mereka mulai ingin tahu lebih dalam.

"Sendirian aja lo? Karina mana?" tanya George.

"Dia ijin pulang hari ini. Mau bawa ibunya kontrol ke dokter," jawab Rangga yang ekor matanya tak lepas dari memperhatikan Shafa.

"Pantesan. Lo udah makan?" tanya George pada Rangga yang dijawabnya dengan gelengan kepala.

Rangga melirik tanpa minat ke makanan yang ada di depannya kini. Menunya tradisional sekali? Biasanya Arif akan memilih menu yang lebih modern dari ini, begitulah yang ada di pikiran Rangga.

"Ntar aja. Tumben menunya gituan. Biasanya Arif gak seekstrim ini milih menu," jawab Rangga. Shafa dan George hanya diam mendengar komentar Rangga.

"Ayo, kita mulai makan." Ajak George pada Shafa mengalihkan kata kata yang diucapkan Rangga.

Saat sesuap nasi sudah masuk ke dalam mulutnya, George terdiam sejenak. Shafa membeku ingin melihat reaksi lelaki itu saat mencoba masakannya. George mengunyah pelan makanannya. Pelan tapi pasti, lalu ditelannya suapan pertama. Shafa tak berkedip menatapnya. Sedangkan Rangga memperhatikan interaksi keduanya. Termasuk tatapan Shafa kepada George.

"Hmmm ... jadi ini yang namanya sayur asem?" tanya George. Shafa mengangguk antusias, dirinya tidak sabar ingin mendengar komentar George.

"Rasanya rame ya. Semua dicampur jadi satu. Asem, manis, asin dan gurih. Enak ...  aku jadi semakin cinta sama masakan Indonesia," puji George.

Cinta kamu juga... eeeaaa, George membatin.

"Syukur deh kalo di lidah kamu cocok. Harusnya dari dulu kamu coba kuliner Indonesia. Gak kalah enak kok rasanya sama makanan luar," jawab Shafa.

"Dulunya sih, aku udah pernah buat nyoba masakan Indo, cuma kok gak cocok sama lidahku. Atau karena ini kamu masak dengan cara yang berbeda?" tanya George pada Shafa.

"Entahlah, yang jelas setiap orang yang masak punya selera dan cara yang berbeda, sehingga seringkali nama dan resep sama, namun hasilnya beda," jelas Shafa.

Istri yang DiabaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang