(2) Hari Hari dimulai

26.7K 1.3K 7
                                    

Matahari mulai naik ke permukaan, embun basah di dedaunan tanda subuh mulai beralih perlahan mengering. Pagi ini secerah hari biasanya, sehangat pagi pagi sebelumnya, namun tak sehangat pernikahan Shafa. Bagi Shafa mungkin ini adalah awal di mana episode pernikahan dinginnya akan dimulai. Yap, sepi sendiri karena dia hanya merasa sendiri mengawali pernikahan ini.

Bukankah saat Rangga memilih pisah ranjang saat malam pertama mereka, maka sudah jelas pernikahan ini bagi Rangga bukan sesuatu yang dijalankan sebagaimana mestinya sebuah pernikahan di mana dua orang insan manusia akan berjuang saling membahagiakan. Di sini hanya Shafa yang merasa pernikahan ini adalah pernikahan sesungguhnya. Lagi lagi dirinya kembali merasa sepi.

Sendiri.

Shafa mengetuk halus pintu kamar sang suami yang bersebelahan itu. Tidak ada jawaban sama sekali, lalu Shafa mencoba membuka knop pintu berwarna dark coklat itu, ternyata tidak dikunci, tujuan Shafa sebetulnya bukan ingin membangunkan Rangga, dia hanya ingin menyiapkan baju untuk dipakai Rangga hari ini.

Berjalan dengan berjinjit agar Rangga tidak bangun, Shafa menuju walk in closet untuk mencari pakaian Rangga. Hari ini cukup kaos oblong dan celana pendek saja, toh di rumah ini. Rangga cuti pastinya, karena kemarin mereka baru saja menikah. Itulah pemikiran Shafa.

Setelah meletakkan pakaian Rangga di ranjang mewah itu, Shafa menatap sejenak wajah suaminya yang tertidur lelap. Nampak polos dan...tampan...hihihi. Shafa mengikik kecil dan masih berjinjit tapi dengan cepat segera berlalu meninggalkan kamar Rangga sebelum suaminya bangun lalu melangkah menuruni anak tangga menuju dapur. Sedingin apapun suaminya, Shafa harus berusaha menjadi istri yang baik. Walaupun pernikahan ini belum dilandasi cinta.

Shafa hanya berharap pelan pelan Rangga akan menganggap pernikahan ini seperti pernikahan yang dijalani pasangan pasangan lainnya. Penuh cinta, kehangatan, dan kasih sayang. Shafa akan berusaha. Bukankah batu yang keras saja akan luruh sedikit demi sedikit dengan tetesan air. Ya, Shafa mengerti yang dibutuhkan Shafa saat ini adalah semangat untuk memperjuangkan hati suaminya untuk hanya melihat dirinya secara utuh.

Shafa memeriksa isi kulkas yang ada di sebelah pantry apartemen Rangga.
"Hmmmm...hanya ada ayam dan kecambah. Buat bubur ayam khas cirebon aja kali yah...kira kira mas Rangga suka nggak ya? Ah buat aja, mudah mudahan aja mau, daripada nggak ada sarapan..."

Shafa pun mulai sibuk dengan kegiatan memasaknya hingga tak terasa bubur ayam buatan Shafa hampir matang. Tinggal beberapa menit masakan akan siap.

Langkah kaki suaminya menuruni tangga sudah terdengar. Shafa mengangkat dagunya ke atas melihat suaminya sudah memakai jas lengkap sembari memasangkan jam tangan, Shafa terpana sesaat menatap sang suami yang sudah rapi dan tampan. Wangi khas maskulin milik suaminya itu tercium samar dari tempat Shafa berdiri. Semakin mendekat barulah wangi parfumnya menguat.

Hah...seperti itulah parfum original yang baunya tidak berhamburan ke mana mana, tapi baunya akan tercium dari jarak dekat, namun tahan lama. Shafa jadi meringis, beda dengan parfumnya tentu saja...hihihi.

"Eheeem."

Shafa tersadar dari pikiran dan tatapan kagumnya pada sang suami, "Emmm ... eh oh ... Mas ...kok sudah rapi, mau ke kantor ya?Bukannya biasanya ada hari cuti untuk yang baru nikah."

"Aku tidak cuti." Rangga melihat jam tangannya lalu mulai melangkah ke arah pintu depan apartemen.

Shafa tersadar dari keterkejutan mendengar jawaban Rangga dan bertanya,

"Mas tidak sarapan dulu? Sudah kubuatkan bubur ayam, maaf hanya ini yang bisa kusiapkan, soalnya di dalam kulkas hanya ada ayam dan kecambah." Shafa menatap suaminya penuh harap.

Rangga berhenti melangkah. Dan berbalik menatap Shafa tajam. "Aku tidak biasa sarapan di rumah," berbalik kembali untuk melangkah ke pintu. Sesingkat itu jawaban Rangga. Tapi masih mending dijawab, jika tidak? Shafa pasti lebih sedih lagi.

Dengan berjalan tergesa Shafa mengikuti langkah suaminya lalu ketika beberapa langkah lagi sudah dekat dengan pintu, Rangga berhenti dan berbalik menghadap Shafa lalu bertanya, "Ada apa?"

Shafa pun menarik tangan sang suami untuk menciumnya. Reflek Rangga menarik tangannya kembali lalu tangan Shafa menggantung di udara. Rangga terkejut dengan keberanian Shafa mendekati dirinya. Bukankah mulai dari pelaminan hingga pagi ini, tidak satupun sikap Rangga yang menunjukkan perhatian meski secuil? Sungguh nekat gadis ini, begitulah kira kira pikiran Rangga.

Adapun Shafa tak kalah terkejut melihat reaksi Rangga bukankah dia suaminya, tradisi mencium tangan suami sebelum berangkat kerja merupakan tradisi lumrah dan turun temurun? Apa Rangga tidak tahu soal itu?

Blaaammm....

Bunyi pintu apartemen menyadarkan Shafa dari lamunannya. Rangga pergi tanpa sepatah katapun, begitu cepat hingga Shafa tidak sempat hanya sekedar mengucapkan hati hati selamat jalan.

Shafa menghela nafas panjang, berjalan lesu ke meja makan dan duduk dengan tangan menopang dagu. Begini rasanya diabaikan suami. Bahkan jika belum ada rasa cinta yang hadirpun, rasa diabaikan akan menggores hati walau sedikit. Ini barulah awal, bagaimana luka luka lain yang akan dihadapi. Sanggupkah Shafa?

Shafa mengambil bubur ayam untuk dimakannya sendiri pagi itu.Terasa hening dan sepi.

Lagi lagi sendiri.

Sepanjang jalan menuju kantor Rangga merasa pikirannya terganggu dengan apa yang sudah terjadi pagi ini. Mulai dari Shafa meyiapkan baju sambil berjinjit masuk ke dalam kamar, tidak lepas dari pengamatan Rangga yang sudah terbangun kala Shafa meletakkan bajunya di ranjang pagi tadi. Rangga sadar bahwa Shafa berusaha mendekati dirinya, dan Rangga tidak menyukai hal tersebut. Rangga adalah tipe lelaki yang akan memulai mencinta atau mengejar cinta wanita pujaan hatinya, dia tidak suka dengan wanita yang mendekatinya dengan intens atau lebih parah dari itu yakni agresif.

Rangga menyukai wanita yang tidak terang terangan menyatakan cintanya. Dia menyukai wanita yang jatuh hati pada pria secara diam diam. Baginya misterius seperti itu membuatnya penasaran. Seperti...Karina...

Teringat Karina, Rangga menghela nafasnya, apa jadinya jika gadis itu tahu tentang pernikahannya. Rangg masih merahasikan pernikahannya. Sementara dirinya belum tahu apa yang akan dilakukan, dia harus terus menyembunyikan pernikahan ini. Sampai dirinya harus memutuskan sesuatu terhadap Shafa maupun Karina. Mungkin dengan menceraikan Shafa lalu menikah dengan Karina atau bertahan dengan Shafa lalu menikahi Karina diam diam, semuanya perlu diperhitungkan secara matang.

Tanpa disadari Rangga 2 pilihan tersebut hanya akan menyakiti Shafa pada akhirnya. Adapun Karina walaupun dinikahi diam diam tapi pastilah wanita itu yang menempati hati Rangga secara utuh, hingga materi dan kasih sayang pun akan diberikan Rangga. Dan tentunya Shafa tidak akan lebih beruntung dibandingkan Karina.

Terima kasih sudah mampir.
Jangan lupa votenya ya...

Istri yang DiabaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang