30

21K 1.1K 7
                                    

"Hai ...." Shafa menyapa suaminya dan Karina kekasih suaminya.

Rangga tak menanggapi sapaan Shafa hingga membuat Shafa kikuk sendiri. Sorot mata suaminya seolah menghakimi gadis itu. Menghakimi karena mau menjadi partner George. Ditambah dengan penampilannya yang berbeda pada malam ini. Perasaan lelaki tampan itu bercampur aduk. Cemburukah? Terpesonakah? Ah, Rangga jadi bingung sendiri dan akibatnya dia tak tahu harus seperti apa bersikap pada Shafa malam ini. Alangkah lebih baiknya jika Shafa tidak datang.

Adapun Shafa tak kalah gugupnya. Berhadapan dengan suaminya dengan tatapannya yang mengintimidasi, sementara di sisi sang suami duduk dengan cantik dan anggun kekasih suaminya itu. Lantas bagaimana seharusnya Shafa bersikap. Belum lagi gadis itu harus menyiapkan hati agar dia tak terluka dengan perlakuan Rangga terhadap Karina yang dapat dipastikan oleh Shafa akan sangat romantis. Bisakah Shafa menahan diri untuk tak terluka jika itu terpampang jelas di depannya? Shafa tentu saja tak yakin.

"Siapa ini George? Gadis yang pernah kau ceritakan itu kah?" tanya Karina.

"Pastinya ...," jawab George.

"Hmmm...pilihanmu boleh juga." Karina berkomentar.

"Tentu saja. George gitu lho!" George memyombongkan dirinya.

"Shafa." Shafa memberanikan diri menyodorkan tangannya pada Karina, walau hatinya terasa pedih.

"Karina."

Sejurus kemudian George menarik kursi untuk diduduki Shafa.

"Terima kasih." Kata Shafa pada George.

"Dengan senang hati, princess ...." George bergaya dengan menundukkan setengah tubuhnya sementara tangan kirinya berada di belakang pinggangnya, adapun telapak tangan kanannya ditaruh di dada sebelah kiri. Yang ditanggapi senyum simpul oleh Shafa.

Sementara keduanya larut dalam interaksi yang manis, sepasang mata legam itu kembali menatap tajam pada Shafa.

"Shafa, aku belum pernah melihatmu sebelum ini. Aku juga baru tahu kalo kamu anak angkat Om Dedy." Entah mengapa Karina yang sudah lama mengenal keluarga Rangga merasa ada yang ganjil saat George mengatakan Shafa adalah adik angkat Rangga. Selama ini bahkan Rangga tak pernah sekalipun menyebut nyebut nama Shafa selama Karina menjalin hubungan dengan Rangga.

Shafa jadi gugup, dia menggenggam erat gaunnya hingga kusut di bawah meja yang mereka duduki saat ini.
Rangga pun tak kalah gugupnya dengan Shafa. Dia takut kekasihnya itu mengetahui semua rahasia antara dia dan Shafa.

Belum sempat Shafa menjawab pertanyaan Karina dia dikejutkan oleh sebuah tepukan lembut di pundaknya.

"Ayah cari cari ternyata di sini." Sapa seorang lelaki paruh baya penuh karisma

Shafa mendongakkan kepalanya. Sontak Shafa berdiri, begitu juga ketiga orang lainnya. Rangga kaget luar biasa melihat siapa yang datang.

"Ayah ...." Shafa menyodorkan tangannya mencium tangan yang mulai keriput itu.

"Ayah menelepon tadi, rupanya lagi asyik ngobrol." Dedy menatap dalam menantunya itu dengan kedua telapak tanggannya berada dalam saku celananya.

"Oh ... handphonenya silent di dalam tas, Ayah ... sebentar ...." Shafa mengambil tasnya yang sejak tadi ada di atas meja. Dilihatnya sebentar ternyata benar, mertuanya itu sudah menelepon lima kali.

"Om ... apa kabar?" Sapa Karina sembari menyodorkan tangganya. Uluran tangan itu disambut oleh mertua Shafa.

"Om ... lama ngak ketemu." Giliran George menyalami Ayah Rangga.

"Rangga pikir Ayah nggak datang ..." Rangga mencium tangan ayahnya itu.

"Tentu saja ayah datang. Atau kau memang mengharapkan ayah tidak datang?" tanya Dedy yang ditanggapi keterdiaman Rangga sebab kaget mendengar kata kata ayahnya yang terakhir.

"Maaf ... ayo ayah duduk dulu." Shafa memegang lengan mertuanya hendak membimbingnya agar duduk di kursi bersama mereka.

"Tidak sayang ... Ayah akan duduk di meja para pemegang saham. Teman teman ayah sudah menunggu di situ," kata Dedy sembari melepaskan dengan perlahan tangan Shafa yang tengah memegangi lengannya, sebelum tangan Ayah Rangga menggenggam jemari jemari Shafa.

"Kamu nampak kurus, Nak. Kamu ada masalah?" Pertanyaan Dedy membuat tenggorokan Rangga tercekat. Itu adalah sindiran untuknya.

Shafa menggeleng. Senyumnya masih setia terpampang dari wajahnya yang lugu.

"Tidak ada Yah...Shafa baik baik aja insya Allah. " Shafa menatap teduh wajah tua ayah mertuanya. Sungguh suatu kebahagiaan bagi Shafa menerima cinta dari kedua mertuanya.

"Baiklah kalau begitu, jika ada masalah hubungi ayah atau ibu. Dan jangan lupa dengan kuliahmu. Kapan mulainya? " Dedy menaruh tangannya di atas kepala Shafa lalu mengusapnya pendek pendek hanya dari dahi dan berakhir di ubun ubun.

"Semester depan, Yah." Jawab Shafa.

"Ingat kau hanya akan Ayah ijinkan untuk bekerja jadi asisten koki sampai kuliahmu sudah mulai. Jika sudah masuk kuliah, kau harus fokus pada kuliah. Kau mengerti? " Tanya Dedy. Shafa bengong.

"A--a ayah tahu?" tanya Shafa dengan gugup. Tentu saja Rangga pun tak kalah gugupnya dengan pertanyaan ayahnya.

Dedy mengacak rambut menantunya itu.

"Tentu saja Ayah tahu. Kau tahu kan siapa ayah?" tanya Dedy.

"Ayah komisaris perusahaan ini," jawab Shafa polos dengan tatapannya yang tak kalah polosnya. Dan diikuti tawa lepas mertuanya melihat kepolosan Shafa.

"Oke ... ayah hanya ingin memastikan keadaanmu. Jaga diri baik baik, oke?" Dedy menepuk nepuk pundak Shafa pelan. Shafa mengangguk.

"Rangga ... ayah ingin bicara empat mata denganmu. Ayah tunggu di balkon." Titah Ayah Rangga.

"Oke semua ... enjoy your time." Ayah Rangga tersenyum sekilas pada Karina dan George.

"Oke Om... "

"Iya Om.... "

"Hati hati ayah... "

***

"Sebuah kebohongan akan mengundang kebohongan yang lainnya," Ayah Rangga membuka pembicaraannya dengan putranya itu.

Rangga membeku. Tak mengira jika kata pertama yang didengarnya dari lisan pria paruh baya adalah itu, tentang kebohongan. Rangga tahu ke mana arah pembicaraan ini.

"Apa pernah kau berpikir bagaimana perasaan istrimu? Lantas apa juga pernah kau berpikir hal ini akan mengganggu reputasi ayah," tanya Dedy.

"Jika ini masalah perasaan Shafa, lalu bagaimana perasaanku ketika dijodohkan pada wanita yang tidak kucintai? Sedangkan masalah reputasi, aku masih belum mengerti maksud ayah," jawab Rangga

"Oke, kalo bicara perasaanmu kenapa hal ini tak pernah kau ungkapkan pada kami bahwa kau mencintai Karina? Ayah dan ibumu sudah mengenal Karina. Bukankah tidak sulit untuk membawanya ke hadapan ibumu?" tanya Dedy.

"Saat itu aku belum yakin dengan perasaan Karina, Yah. Aku mengira dia tak serius. Dan menganggap aku hanyalah pelariannya," jawab Rangga dengan lirih.

"Artinya kau tidak berjodoh dengan Karina, Nak. Dan itu adalah bagian dari jalan hidup yang harus kau jalani, Rangga. Ada banyak dalam kehidupan ini yang tak sejalan dengan keinginan kita," jawab Ayah Rangga. Putranya itu hanya diam mendengar ayahnya bicara.

"Masalah reputasi ayah ... apa kau pernah berpikir orang orang akan mengira ayah menelantarkan anak angkat ayah sendiri?" tanya Ayah Rangga sejurus kemudian.

"Aku tak berpikir sejauh itu, Yah! " Terdengar lirih suara Rangga menyauti pertanyaan ayahnya.

"Bagaimana jika ayah memintamu untuk menghentikan sandiwara ini, lalu mengumumkan bahwa Shafa adalah istrimu?"

"A..apa?"

Hai semua...maaf telat lagi up nya... Aku lupa up nya.. Hehehe
Untung tadi liat ada notif yang kasih bintang, aku jadi ingat belum up.

Jangan lupa bintangnya ya...
Terima kasih.

Istri yang DiabaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang