"Pagi boss ..." Lia sekretaris Rangga menyapa sang bos.
"Lia, panggilkan George dan Karina sekitar 30 menit lagi, oh ya pesankan juga roti bakar dan kopi untuk sarapanku di kantin, " titah sang boss dingin itu.
"Oke boss."
"Pagiii cintaaah ...."
"Cih ... menjijikkan ..." Rangga berdecih. Siapa lagi yang akan memanggil Rangga dengan menjijikkan begitu jika bukan wakil CEO yang ganteng keturunan Jerman - Indonesia itu.
George adalah anak teman orang tua Rangga yang turut serta menanam saham di perusahaan yang sedang dipimpin Rangga sekarang. Ditempatkan sebagai wakil CEO di perusahaan property itu agar George dapat belajar tanpa bayang bayang kehebatan ayahnya yang mempunyai perusahaan juga di beberapa negara lainnya.
Bersama Rangga dan juga Karina yang menjabat sebagai direktur pemasaran, mereka bagai trio yang tidak terpisahkan namun lebih sering digelari Lia sebagai trio kwek kwek karena mereka bertiga sangat cerewet kalau sudah menyangkut pekerjaan.
"Hai ...," sapa gadis anggun nan berkelas yang tak lain adalah gadis pujaan hati Rangga.
Senyum manis Rangga menyambut kedatangan Karina yang hari itu bagi Rangga sungguh terlihat manis. Entah mengapa padahal hampir tiap hari melihatnya mengapa hari ini wajahnya sungguh manis. Berbeda dengan wanita yang ada di apartemennya hari ini, dia gadis kolot yang tidak mengerti menghias diri. Tidak cocok menjadi pendamping lelaki seperti Rangga yang membutuhkan pendamping yang bisa diajak ke kalangan kolega Rangga.
"Bagaimana weekendmu Ngga? Baru kali ini kita tidak weekend bersama." Karina mengerucutkan bibirnya. Gemes. Itu yang ada dalam pikiran Rangga.
Sejenak Rangga gugup memijit pelan tengkuknya sembari mencari jawaban yang tepat.
"Aku...mengantar ibuku ke tempat saudaranya ...." Sebetulnya itu jawaban yang asal asalan, hanya tidak bisa juga dianggap bohong. Toh, dia memang mengantar sang ibunda untuk menikahi Shafa.
"Oooh ..., oke apa yang mau dibahas nih ...." Karina mulai membuka pembahasan mengenai proyek baru mereka. Karina dilibatkan di awal proyek ini karena bagian pemasaran adalah ujung tombak proyek mereka. Pangsa pasar yang dituju dan minat masyarakat haruslah ditentukan sejak awal, dan bagian marketing lah yang memahami hal tersebut.
Pembahasan kecil seputar rancangan bangunan yang disertai target market yang akan dicapai, selesai sudah. Kini tinggallah Karina dan Rangga di dalam ruangan CEO tersebut.
"Jadi, apa ganti weekend kita yang gak jadi?" tanya Karina sebab bagi Karina weekend tetaplah harus ada karena hanya dengan itu dirinya dapat menikmati waktu hanya berdua.
Walaupun mereka tidak pernah betul betul berdua. Karena setiap aktivitas weekend mereka selalu disertai George. George seringkali mengganggu waktu weekend mereka karena dirinya yang jomblo dan kesepian di Indonesia. Keluarganya ada di Jerman tempat kelahiran George.
"Bagaimana dengan makan malam?"
"Malam ini?"
"Tahun depan."
"Ranggaaaa...garing tau."
Dan malam inipun sepasang laki laki dan perempuan itu akan makan malam bersama. Rangga yang sudah menikahpun sama sekali lupa bahwa di rumahnya ada istri yang sudah
menunggu kedatangannya pulang ke rumah untuk makan malam bersama.Rangga juga tidak tahu bagaimana istrinya menghidangkan makan malam untuk mereka padahal isi kulkas Rangga sudah kosong sejak pagi. Dan parahnya lagi Rangga belum menitipkan kartu ATM atau uang tunai untuk Syifa berbelanja kebutuhan dapur mereka. Bagi Rangga dirinya tidak butuh kebutuhan dapur, untuk urusan makan, dirinya merasa tidak perlu. Rngga bisa makan di luar. Ah, Rangga...lagi lagi bukan Shafa istri sahnya yang dipikirkan melainkan orang lain.
***
"Aku pesan parmigiana saja dan espresso satu."
"Hmm aku fetuccine saja dan minumnya granita."
"Ditunggu ya kak. " Waitress itupun berlalu.
"Kenapa granita? Sudah malam, kamu bisa flu Rina."
"Pengen aja, haus banget soalnya. Hmm... mulai kan posesifnya."
"Ntar kalo gak posesif bilangnya nggak sayang lagi...serba susah aku tuh..." Rangga pura pura merajuk.
"Ih mulai deh...childish," ledek Karina.
"Enak aja...bukan childish...tapi manjaaa...," sengit Rangga
"Hahahaha...beti lah tau...!"
"Ya walau tipis tetap beda kan?"
"Gak, serupa tapi tak sama."
"Bisa aja sih kamu..." Rangga memilih untuk tidak memperpanjang perdebatan ini. Kalau diteruskan, makan malam romantis ini pasti akan buyar. Mengingat Karina selalu bisa menghidupkan suasana. Si pendiam Rangga terasa bermakna di sebelah Karina yang sering memulai perdebatan kecil yang berujung pada tawa dan canda, membuat Rangga selalu merasa ramai walaupun hanya ada mereka berdua. Ah, seperti itulah arti Karina bagi Rangga.
Sembari memakan santap malam mereka, Karina mulai bertanya tentang hubungan mereka.
"Rangga, aku belum pernah bertemu ibumu kembali. Terakhir waktu kita SMU, kalo dengan ayahmu kita lebih sering ketemu kan?"
Oh God! Ini sih kode keras dari Karina. Karina memang perempuan yang tidak pernah blak blakan. Cenderung halus dalam mengemukakan kemauannya. Dan mengenal Karina bertahun tahun membuat Rangga sangat paham siapa Karina.
Ini adalah kode dari Karina untuk mempertemukan Karina dan ibu Rangga. Dalam pengertian meminta restu atas majunya hubungan mereka sebagai kekasih. Yang beberapa waktu sebelum ini sudah direncanakan oleh Rangga untuk berlanjut ke jenjnag pernikahan. Bahkan Karina pun antusias menerima ajakan Rangga untuk berbicara ke arah yang lebih serius. Menikah.
Flasback on
"Jadi, ceritanya kita jadi kekasih nih?"
Karina tersipu mengucapkannya."Lebih tepatnya sepasang calon pengantin," Rangga mengulum senyumnya menutupi degup jantungnya yang tidak beraturan.
"Bener nih...? Aku tunggu ya. Kalo aku kayaknya udah siap deh.. "
Tanpa malu malu Karina menyatakan kesiapannya mengajak Rangga menuju jenjang hubungan yang lebih jauh dan lebih serius.
Keduanya lalu tertawa bersama. Memang belum ada pembahasan detail mengenai pernikahan mereka. Tetapi keduanya adalah sepasang manusia dengan usia matang sehingga bukanlah waktunya lagi untuk bermain main. Bagi Karina, Rangga serius akan menjadikannya pengantin Rangga. Sedangkan Rangga hatinya mendadak menjadi taman bunga dikarenakan ucapan Karina yang sama sekali tidak tertebak.
Flashback off
"Hmmm belum bisa dalam waktu dekat, Rin. Nanti kita atur waktu lebih lanjut..., yah?" Rangga betul betul tidak mampu mencari alasan lain karena kegugupannya. Bagaimana jika malah ibunya mengatakan bahwa Rangga sudah menikah.
Keadaan ini sungguh tidak bisa dibiarkan. Rangga harus memikirkan langkah selanjutnya. Merancangnya dengan hati hati agar tujuannya dapat tercapai tanpa menyakiti Karina. Ya, hanya Karina yang akan dipertimbangkan perasaannya bukan Shafa istrinya.
"Oke, tak apa...asal jangan lama lama. Orangtuaku terus bertanya mengenai calon suami, inget Ngga, umur kita sudah tidak muda lagi, bukan saatnya main main lagi."
Pfuuuuh...rasanya lega sekali Karina tidak mempertanyakan alasannya belum mempertemukan wanita itu demgan Muthia ibundanya. Untuk malam ini selamat. Entah untuk hari hari lainnya. Rangga yakin dirinya akan dikejar permintaan Karina kembali untuk bertemu ibunya.
Sampai jumpa next part
Jangan lupa bintangnya...
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Diabaikan
ChickLitShafa gadis panti asuhan yang dijodohkan dengan Rangga seorang putra dari keluarga berada. Rangga yang sudah memiliki pujaan hati sebenarnya ingin menolak. Namun dia yang sangat menghormati ibunya tidak mampu menolak perjodohan itu. Hingga terjadi...