46

16.3K 890 12
                                    

Rangga melajukan mobil BMW i8 milik ayahnya menuju ke kantor dengan kecepatan sedang. Suasana pagi ini sangat cerah. Secerah hati Rangga. Entah mengapa dia merasa sejak berada di rumah orang tuanya, moodnya sangat baik. Selalu semangat di pagi hari.

Ada juga kebiasaan barunya selama di mobil dalam perjalanan ke kantor, dia sering senyum senyum sendiri mengingat aktingnya bersama Shafa amat kompak. Walaupun tak dipungkiri Rangga di lubuk hatinya terdalam, ada rasa bersalah pada orang tuanya karena telah membohongi mereka. Tiba tiba gawainya berbunyi.

Tertulis di sana My Karina is calling

"Hallo ... iya Rin ...," Rangga bertanya di ujung telepon.

"Ngga...hiks hiks hiks...," suara isak tangis Karina menggema di memenuhi udara di dalam mobil sebab ponsel Rangga terhubung lewat bluetooth.

"Hei...tenang ya... Kamu cerita ke aku, kenapa kamu nangis? Hmmm?"

"Ngga...ibu kritis...aku...aku...takut...ayah sedang ke Bali Ngga, aku sendiri di sini."

"Kamu tunggu aku ya ... nih aku dari kantor langsung ke rumah sakit ..."

Rangga melajukan mobilnya lebih kencang sekarang. Lelaki itu kalut mendengar isak tangis menyayat hati dari Karina. Sejak dulu, jika Karina menangis dialah yang akan resah, bukan Ifan sahabat mereka yang dicintai Karina. Itu berlaku bertahun-tahun lamanya bahkan hingga hari ini. Mungkin setelah tangisan Muthia ibunya, tangisan Karinalah yang akan membuat hatinya tak karuan.

Melesat cepat menuju rumah sakit tempat Ibu Karina dirawat, Rangga melupakan lamunannya tentang Shafa.

Sementara itu di rumah besar, Shafa bersenandung riang memasak makanan istimewa hari ini. Kata Ibu, Rangga sangat suka makan ikan bakar bumbu Bali. Sebenarnya resep ini tak asing bagi Shafa, hanya karena dia jarang memasaknya, jadi Shafa membutuhkan jasa youtube untuk menyempurnakan masakannya.

Shafa harus menghentikan senandung gembiranya manakala gawainya menari nari di atas meja makan. Tanpa melihat lagi siapa yang menelepon, Shafa menerima panggilan itu.

"Hallo... "

"Hai...darl... "

Ya ampun dia lagi, Shafa membatin.

"Ya ...."

"Darl...lagi apa? "

"Lagi masak ...."

"Oh...kamu tanya aku dong, aku lagi apa... "

"Hmmm ... kamu nih ... ada-ada aja deh. Kamu lagi apa emangnya?"

"Lagi kangenin kamu ...."

"Udah ah ... becanda melulu ...."

"Eh, nggak becanda ini darl...Aku ke sana ya ... ke rumah Om Dedy."

"Apa?"

"Aku mau ke sana. Ke rumah Om Dedy."

"Mau ngapain?"

"Mau kangen kangenan sama kamu, darl, sekalian mau bilang ke Tante Muthia aku mau memperistri kamu."

Oh My God ... dasar bule gila, kata hati Shafa.

"Nggak usah aneh-aneh lho George. Kita cuma temen biasa. Ibu juga taunya kita temen lho ...."

"Tunggu aja aku ngelamar kamu secara romantis. Baru ntar aku ngelamar kamu secara resmi ke Om Dedy dan Tante Muthia. Kalo sekarang sih belum, aku kan belum ngelamar kamu dengan benar."

"Kamu tuh kalo ngomong jangan ngaco, ah!"

"Siapa yang ngaco sih...aku serius nih darl."

"Aku tutup ya... "

Istri yang DiabaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang