Happy reading-!!
.
.
.
.
RUMAH SAKIT.Gilang sedang duduk di luar ruangan UGD. Freya sedang ditangani oleh dokter di dalam sana. Raut wajah Gilang sangat cemas, bahkan ia sampai menggigit ujung jarinya.
Tak lama kemudian, dokter yang menangani Freya tadi keluar. Gilang pun langsung menghampirinya dengan wajah cemas.
"Gimana sepupu saya dok?"
"Pasien mendapat luka cukup parah di bagian punggungnya dan juga beberapa memar." Kata dokter itu. "Dia harus dirawat selama beberapa hari disini agar mendapatkan perawatan intensif."
"Dan juga pasien tidak boleh terlalu banyak gerak karena itu akan membuat lukanya semakin parah." Lanjutnya.
Gilang mengangguk paham. Setelah itu, Gilang melihat dua orang perawat mendorong brankar yang terdapat Freya terbaring di atasnya. Freya akan dipindahkan ke ruang rawat inap VIP.
⚪⚪⚪
Di sebuah bar bernuansa klasik, Alga dan teman-temannya sedang meminum wiski sambil berbincang-bincang ringan. Namun, Rama terlihat senyum-senyum sendiri meneguk wiski nya.
"Tau nggak, gue udah dapet nomernya Steffany!" Ujar Bryan kegirangan.
"Seriusan lo? Dapet dari siapa?" Tanya Bima.
"Temen kelasnya, namanya Oji." Jawabnya. "Nanti tinggal gue chat aja."
"Semoga ditolak." Celetuk Reano yang dipelototi Bryan.
"Anying sia, disemangatin kek apa kek." Bryan hampir menimpuk kepala Reano dengan botol wiski.
Tatapan Alga selalu tertuju pada Rama yang tak seperti biasanya. Biasanya Rama selalu memasang ekspresi datar sama sepertinya, tapi kali ini ekspresi datar itu hilang entah kemana, tergantikan dengan ekspresi seperti sedang jatuh cinta.
Alga sudah menduga-duga apa yang ada dipikiran temannya itu. Dia mendengus kasar lalu meneguk wiski nya sampai habis. Dia menuang wiski itu lagi ke dalam gelas lalu meminumnya lagi.
"Woi Ram! Lo nggak gila kan? Senyum-senyum sendiri kayak orang stres." Celetuk Bima sembari menepuk pundak cowok itu.
Rama mengubah ekspresinya menjadi datar dalam sekejap. Dia meneguk wiski di gelasnya lalu berujar dengan datar, "rese lo."
Dering telepon mengalihkan pandangan mereka. Itu ponsel Alga. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu menggeser ikon hijau pada layar ponselnya ke atas.
"Kakak!" Teriakan Ara terdengar dari sana sampai Alga menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Jangan teriak, Ara." Tegur Alga.
"Hehe, maap." Ara cekikikan.
"Kenapa nelpon?"
"Kakak dimana?"
"Warkop." Jawab Alga yang tentunya bohong. Ia tidak mau Ara mengadu pada Bunda dan Ayahnya jika tahu Alga sekarang sedang berada di bar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANTARA
Teen Fiction"Kenapa badai dateng ketika gue udah jatuh sama dia." -Freya "Gue benci kalo liat wajah lo, tapi gue rindu saat lo nggak ada di samping gue." -Algantara Antara cinta, benci dan dendam yang harus mereka hadapi. Begitu banyak masalah yang menghampiri...