Happy reading-!!
.
.
.
.Flashback on
"Mama! Freya dapet ranking satu di kelas!" Seru gadis kecil berumur 7th itu.
"Diem kamu! Jangan ganggu mama!" Bentak Sherina pada Freya. Gadis kecil itu tersentak saat Sherina membentaknya, matanya berkaca-kaca menahan air mata yang akan meluncur.
"Sherina! Kenapa kamu bentak Freya?! Dia masih kecil!" Teriak seorang pria yang menggunakan seragam taekwondo dengan sabuk hitam. Allan Alexander, ayah kandung Freya.
"Udah deh mas! Anak penyakitan kayak dia ngapain kamu belain!" Balas Sherina, ia menatap tak suka pada Freya.
"Biar bagaimanapun dia darah daging kamu Sherina! Anak kandung kita berdua!" Bentak Allan keras.
"Aku nggak peduli! Anak penyakitan yang bisanya nyusahin doang! Dasar nggak guna!" Sherina mendorong Freya hingga tersungkur ke lantai. Gadis itu semakin menangis kencang.
"Sherina! Jaga bicara kamu!" Allan berjongkok membantu Freya berdiri.
"Kamu nggak apa-apa sayang?" Tanya Allan khawatir jika Freya terluka, ia mengelus kepala Freya penuh sayang lalu menatap tajam pada Sherina.
"Awas kalau kamu berani kasar sama Freya lagi!" Ucap Allan dingin, Sherina hanya menatap malas pada keduanya.
Allan menggendong Freya membawanya ke kamar gadis itu.
Setelah sampai di kamar berwarna pink dan banyak boneka boneka lucu, Allan menduduki Freya di pinggir kasur bermotif hello Kitty nya.
"Pa..."
"Iya sayang?"
"Freya nyusahin ya?" Tanya gadis itu lirih dengan suara bergetar. Allan langsung memeluk gadis itu dengan erat sembari mengelus kepala Freya.
"Ssttt, nggak boleh ngomong gitu. Freya nggak nyusahin, justru Freya selalu bikin papa dan mama bangga dengan prestasi yang Freya dapet" ujarnya.
"Tapi mama nggak pernah bangga sama freya..." Gadis itu terisak, rasanya sangat sakit ketika mamanya membentaknya, mengatai dia penyakitan dan menyusahkan.
Freya memang memiliki penyakit. Ia penderita asma. walaupun tak begitu parah, tetap saja yang namanya penyakit itu menyakitkan. Seringkali asma nya kambuh secara tiba tiba, terkadang juga menyebabkannya pingsan dan harus di bawa ke rumah sakit. Itulah sebabnya mengapa Sherina sangat tak menyukainya, baginya penyakit Freya sangat menyusahkan nya. Sherina memang wanita yang tak memiliki hati, ia tak menyukai Freya hanya karena gadis itu penderita asma. Padahal Freya darah dagingnya sendiri.
"Udah sayang nggak usah di pikirin, yang terpenting ada papa di sini yang selalu ada untuk freya" Allan mengecup puncak kepala freya lama.
"Janji nggak bakal ninggalin freya?" Gadis kecil itu mengacungkan kelingking mungilnya. Allan tersenyum lalu menautkan kelingkingnya dengan kelingking mungil anak kesayangannya ini.
"Janji,"
Gadis itu tertawa kecil lalu memeluk ayahnya begitu erat, Allan membalasnya. Bagi freya, Allan adalah segalanya, Allan adalah superhero nya. Ia menyayangi Allan lebih dari apapun di dunia ini. Begitu juga dengan Allan. Baginya, Freya adalah malaikat kecilnya, ia rela melakukan apapun demi gadis kecilnya. Allan mencintai putrinya lebih dari apapun, dan ia akan menjaga Freya hingga akhir hayatnya.
Flashback off
"Merawat freya?" Gadis itu terkekeh lalu berdiri berhadapan dengan Sherina.
"Selama ini Freya tumbuh tanpa kasih sayang dari mama! Freya selalu ngelakuin semuanya sendirian! Mama sama sekali nggak pernah peduli sama Freya! Mama cuma peduli sama laki laki bajingan itu!!" Teriak Freya dengan wajah yang sudah di banjiri air mata.
"Bahkan selama papa sakit pun, mama sama sekali nggak pernah ngerawat papa dan malah pergi ke club untuk menjadi wanita malam yang Melayani para pria hidung belang!! Freya nggak habis pikir sama mama, di saat seorang suami membutuhkan dukungan dari istrinya, tetapi istrinya malah pergi menjual dirinya untuk kesenangan tersendiri!!!" Ucap Freya penuh penekanan.
"Jaga bicara kamu Freya!" Bentak Sherina. Ia kembali mencambuk tubuh Freya tanpa ampun hingga membuat sang empu terbaring lemah di lantai. Setelah puas menganiaya putrinya, Sherina keluar dari gudang itu.
Freya terisak merasakan sakit di hatinya dan sakit pada tubuhnya yang bercampur menjadi satu. Rasa sakit bekas cambukan di tubuhnya membuatnya mengigit bibir bawahnya dengan kuat guna menyalurkan rasa sakit itu.
~Algantara~
Kini Freya berada di kamarnya, ia sedang mengobati bagian bagian tubuhnya yang terkena cambukan tadi. Bahkan di bagian lengan kanannya terluka hingga mengeluarkan darah. Perih yang di rasanya.
Saat sedang fokus mengolesi salep pada luka lukanya, tiba tiba saja ponsel Freya berdering. Ia menoleh menatap layar ponsel, nomor tak di kenal terpampang di sana. Dia menggeser tombol hijau ke atas lalu menekan loud speaker.
"Siapa?" Tanya Freya dengan nada yang terdengar jelas seperti orang yang habis menangis, memang kenyataan kan.
"Alga," ucapnya singkat membuat Freya membulatkan matanya hingga tak sengaja menekan lukanya dengan kuat.
"Hah? Akh sialan!" Ia meniup-niup lukanya yang tak sengaja di tekannya.
"Simpen nomer gue" ujarnya dingin lalu memutuskan sambungan telepon sepihak. Freya berdecak kesal.
"Dapet nomer gue darimana coba?" Freya berpikir sejenak lalu menepuk jidatnya.
"Dia kan anak pemilik sekolah, ya pasti bisa dapet nomer gue dengan mudah lah!" Freya meletakan kotak obat nya di atas nakas, lalu merebahkan tubuhnya di kasur Queen size nya. Tangannya meraih bingkai foto di atas nakas lalu menatap bingkai foto itu lekat. Ada foto seorang pria yang menggendong gadis kecil, mereka tampak bahagia. Allan dan Freya.
"Pa, Freya kangen..." Ucapnya dengan suara bergetar, tanpa sadar air matanya sudah meluncur ke samping. Ibu jarinya mengelus foto itu lalu memeluknya sembari memejamkan mata.
"Freya sayang papa" ucapnya serak, ia pun tertidur dengan bingkai foto di pelukannya.
~Algantara~
Malam hari pukul 18:19
Freya terbangun dari tidurnya, ia menatap langit langit kamar dengan wajah khas orang bangun tidur. Gadis itu beranjak dari kasur dan masuk ke dalam kamar mandi. Freya membersihkan badannya karena sore tadi ia tak langsung mandi melainkan tidur.
15 menit kemudian Freya keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk kimono putih dan rambut yang di bungkus handuk. Dia masuk ke dalam walk in closet.
Freya menggunakan kaos putih oversize dan celana Jogger hitam, tak lupa dengan sepatu Sneakers putih. Rambutnya digerai begitu saja, ia memoles wajahnya dengan natural.
Freya menggendong tas ranselnya nya di lengan kanannya, tak lupa ia mengambil helm full face nya yang berwarna hitam lalu keluar dari kamar.
~To be continued~
Vote woi....
IG : @cintyaaaxo_
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANTARA
Fiksi Remaja"Kenapa badai dateng ketika gue udah jatuh sama dia." -Freya "Gue benci kalo liat wajah lo, tapi gue rindu saat lo nggak ada di samping gue." -Algantara Antara cinta, benci dan dendam yang harus mereka hadapi. Begitu banyak masalah yang menghampiri...