✨Algantara : bab 61✨

1.4K 57 2
                                    


Happy reading-!!
.
.
.
.


Sudah dua hari Freya tak masuk sekolah. Perempuan itu hanya berdiam diri di dalam kamarnya. Mengabaikan berbagai pesan serta telepon dari teman-temannya.

Freya tak cukup kuat untuk menghadapi orang-orang di sekolahnya yang hanya akan mencaci maki dirinya dengan kalimat-kalimat menyakitkan.

Kali ini Freya benar-benar depresi berat. Kemarin dia hendak bunuh diri dengan cara mengiris pergelangan tangannya, namun usahanya digagalkan oleh Gilang.

Freya seperti deja vu. Dulu saat kecil dia pernah berada di titik terendah seperti saat ini sampai berniat mengakhiri hidupnya.

Beberapa kali Gilang mendapati dirinya yang sedang menangis dan meraung-raung melempar seluruh barang yang ada di depan matanya hingga hancur lebur.

Terkadang juga Gilang menemukan Freya dalam kondisi duduk di sudut ruangan sambil memeluk dirinya sendiri dengan keadaan yang sangat kacau.

Sungguh Gilang sakit melihat perempuan itu kembali pada titik terendahnya seperti dahulu kala. Gilang jadi tak bisa tidur dengan tenang karena terus memikirkan Freya.

Selama dua hari berturut-turut juga Gilang menginap di rumah Freya untuk menjaga perempuan itu agar tidak berbuat diluar kendali.

Gilang tak siap jika harus kehilangan Freya di hidupnya. Sosok perempuan kuat yang mampu bertahan hingga saat ini.

Siang ini, Gilang sudah berada di belakang sekolah SMA Garuda bersama motornya. Dia memandangi pagar hitam yang menjulang tinggi.

Laki-laki itu berniat menyusup ke dalam SMA Garuda untuk menghajar Alga. Dia sudah tak tahan lagi melihat Freya kesulitan sendiri sementara Alga bersenang-senang di luar sana.

Setelah memastikan tak ada siapapun di sekitar sana, Gilang memantapkan diri untuk memanjat pagar tinggi itu. Tidak sulit untuknya memanjat pagar itu karena Gilang sudah terbiasa memanjat pagar sekolahnya untuk sekedar bolos.

Gilang telah menginjakkan kakinya di halaman SMA Garuda. Cowok itu mengamati sekitarnya. Saat dirasa aman tak ada yang melihat, Gilang melangkahkan kakinya lebar-lebar menyusuri tiap penjuru sekolah ini demi mencari keberadaan Alga.

Sepanjang langkahnya, banyak pasang mata yang menatapnya asing. Wajah Gilang sangat asing di sekolah itu hingga menimbulkan banyak perhatian.

Saat ini sedang jam istirahat, jadi Gilang berniat mencari Alga ke kantin terlebih dahulu, siapa tau laki-laki itu ada di sana.

Gilang menghampiri tiga laki-laki yang sedang berdiri di ambang pintu kelas seraya mengobrol ringan. "Permisi, gue mau nanya kantin di sebelah mana?" Tanya Gilang langsung pada intinya.

Ketiga laki-laki itu menatap Gilang dari atas sampai bawah dengan tatapan heran. "Lo anak baru?"

"Iya, gue anak baru. Jadi, di mana kantinnya?" Sahut Gilang berbohong agar urusannya cepat selesai.

Salah satu dari mereka manggut-manggut. "Dari sini lo belok kiri, jalan terus sampe lo ketemu belokan di sebelah kanan. Ntar lo sampe tuh di kantin.

Gilang mengangguk paham. "Thanks, bro."

"Yoi."

Melanjutkan jalannya. Gilang mempercepat langkahnya menuju kantin. Tak butuh waktu lama, Gilang telah sampai di tempat tujuan.

Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Alga. Terlalu banyak kerumunan orang di sini hingga membuatnya kesulitan menemukan Alga.

Hingga tak lama matanya menangkap sosok yang ia cari sedari tadi. Laki-laki itu sedang duduk bersama teman-temannya di salah satu meja sembari bersenda gurau.

ALGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang