Happy reading-!!
.
.
.
."Jadi gitu ceritanya, Lang." Ujar Steffany setelah menceritakan kronologi awal mula Freya dirundung satu sekolah dan hubungannya dengan Alga yang harus berakhir karena sebuah fakta yang menyakitkan.
Gilang memijat pelipisnya dengan mata terpejam. Semua ini terlalu tiba-tiba hingga membuat kepala Gilang hampir pecah. Berkali-kali ia menghela napas resah.
Saat ini dua insan itu tengah berada sebuah kafe tak jauh dari rumah sakit tempat Freya dirawat. Saat Steffany, Dita dan Hani sampai di rumah sakit, mendadak Steffany mengajak Gilang untuk mengobrol di kafe karena ada sesuatu yang harus Gilang tahu. Gilang pun mengiyakan ajakan Steffany karena ada Dita dan Hani yang menemani Freya.
Gilang benar-benar dibuat terkejut oleh penuturan Steffany yang mengungkapkan bahwa Freya dirundung tanpa henti di sekolah setelah berita tentang pekerjaan Sherina tersebar di base sekolah. Sampai sekarang pun aib keluarga Freya masih menjadi perbincangan hangat dikalangan siswa-siswi SMA Garuda.
Itulah yang menjadi penyebab Freya tak masuk sekolah berhari-hari, ia takut mendengarkan sumpah serapah orang-orang tentang dirinya. Mental Freya tak sekuat itu untuk menanggung semua beban ini.
Steffany pun sudah diberitahu oleh Gilang kalau Freya mengandung anak Alga. Hal itu membuat Steffany naik darah dan hasrat untuk memaki Alga semakin menjadi-jadi. Dia merasa puas setelah Gilang menceritakan bahwa ia telah menghajar Alga dan melarang cowok itu untuk menemui Freya.
"Terus, nyokap bokap lo udah tau soal Freya yang lagi hamil?" Tanya Steffany.
Gilang menggeleng pelan. "Freya ngelarang gue. Dia takut Mama sama Papa kecewa sama dia setelah tau dia hamil."
Cewek itu menyisir rambutnya ke belakang dengan sela-sela jari, "tapi cepat atau lambat mereka harus tau keadaan Freya."
"Gue tau, tapi gue enggak tau kapan." Ia mengusap kasar wajahnya.
Steffany mengigit bibir bawahnya. "Tante Sherina gimana? Dia udah tau?" Steffany bertanya dengan hati-hati. Sedari tadi pertanyaan itu berputar-putar di otaknya.
Mata Gilang seketika menatap Steffany. "Belum. Apa dia harus tau? Gue takut Freya dipukul sama Tante Sherina."
"Semenjak gue tau Freya hamil, Tante Sherina enggak pernah keliatan juga di rumah." Ujar Gilang.
Memang akhir-akhir ini Sherina tak pernah terlihat di rumahnya sendiri. Biasanya wanita itu akan muncul satu atau dua kali dalam seminggu, namun belakangan ini dia tidak pernah menampakkan batang hidungnya.
Dua insan itu menghela napas bersamaan. Mereka sama-sama bergelut dengan pikiran masing-masing. Jika Sherina tahu Freya hamil diluar nikah, sudah pasti wanita itu akan memukul Freya lagi. Tapi, di satu sisi ia juga harus tahu karena mau bagaimanapun Sherina tetaplah ibu kandung Freya.
"Untuk sementara ini kita gantian jagain Freya dulu sampe dia bener-bener bisa nerima keadaannya yang sekarang." Ucap Steffany.
Gilang mengangguk. "Freya harus diawasin dua puluh empat jam, sedangkan gue harus sekolah. Enggak mungkin gue bolos terus, bisa-bisa gue di keluarin dari sekolah."
Steffany mendengarkan semua perkataan Gilang, lalu ia menggaruk keningnya. "Harus ada orang yang bisa stay di rumah nemenin Freya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANTARA
Teen Fiction"Kenapa badai dateng ketika gue udah jatuh sama dia." -Freya "Gue benci kalo liat wajah lo, tapi gue rindu saat lo nggak ada di samping gue." -Algantara Antara cinta, benci dan dendam yang harus mereka hadapi. Begitu banyak masalah yang menghampiri...