Happy reading-!!
.
.
.
.
Angin malam berhembus pelan. Lampu jalan menerangi lingkungan perumahan tempat Freya tinggal. Di luar gerbang rumah yang menjulang tinggi itu terdapat Alga yang berdiri di samping motornya dengan mata yang tertuju pada ponsel. Ia menatap room chat dirinya dan Freya.Perempuan itu sudah menuju ke luar rumah. Alga menunggu dengan sabar karena ini adalah pertemuan pertama mereka setelah pertengkaran yang panjang. Alga sudah menyiapkan kata demi kata agar Freya paham.
Sudah cukup tiga hari ini ia didiamkan oleh Freya, ia tak mau bertambah hari lagi. Alga sangat frustasi.
Pintu gerbang dibuka oleh pak satpam. Di sana, berdiri Freya dengan tubuh yang dibalut hoodie hitam kebesaran serta tudung yang hampir menutup matanya, dan celana bahan. Tak lupa sebuah helm full face di tangan kiri Freya.
Freya menatap Alga sekilas, lalu membuang pandangannya lagi. Setelah pintu gerbang tertutup kembali, perempuan itu memakai helm tanpa mau menatap Alga.
Alga mendudukkan dirinya dengan nyaman di atas motornya. Ia menurunkan injakan kaki motornya untuk Freya.
"Mau ke mana?" Tanya Alga karena ia pun bingung.
Freya menjawab dengan suara serak, "terserah, aku enggak mau ke tempat rame."
Alga mengangguk paham sebelum memasukkan gigi dan menarik gas dengan kecepatan normal.
Jalan sangat ramai pengendara. Cuaca hari ini sangat bagus. Langit bersinar karena banyaknya bintang bertaburan serta bulan purnama yang terang.
Embusan angin menerpa surai hitam legam Freya hingga memberi efek melayang-layang di udara. Mata Alga fokus pada jalanan di depan, namun sesekali mencuri pandang ke arah Freya pada spion motornya.
Sepanjang jalan, tak ada yang berani memulai obrolan. Lebih tepatnya Alga yang takut memulai obrolan, sedangkan Freya memang tak memiliki tenaga untuk berbicara.
Sampai pada pantai yang sering mereka kunjungi. Tempat favorit Alga dan Freya untuk sekadar melepas penat dan menjernihkan pikiran.
Mereka berjalan beriringan menuju pesisir pantai. Alga melepaskan sandalnya dan meletakkan tepat di sampingnya untuk Freya duduki agar bokongnya tak kotor karena pasir.
"Duduk di sini."
Freya menurut, ia duduk di atas sandal Alga. Tudung itu masih setia menutup kepala Freya. Tujuan Freya memakainya untuk menyembunyikan matanya yang sangat bengkak.
Mereka menatap hamparan laut yang luas. Suara debur ombak yang saling bertabrakan, serta suara embusan angin, mendominasi tempat ini.
Mereka diam beberapa detik, hingga akhirnya obrolan pun dibuka oleh sang laki-laki. "Gue minta maaf."
Tak ada respon dari Freya. Alga menarik napas panjang untuk mengumpulkan keberanian. Ia memposisikan dirinya menghadap Freya yang menyamping.
"Kejadian pas gue lagi mabuk itu beneran di luar kendali gue. Sebelumnya tiap gue mabuk, gue enggak pernah ngerasain hal aneh kayak gitu. Dan itu pertama bagi gue." Tutur Alga.
"Gue bingung gimana jelasinnya. Yang pasti badan gue rasanya panas semua. Tiap lo sentuh gue, rasanya gue pengen lebih. Gue enggak tau ada apa sama badan gue."
Alga diam sejenak untuk menarik napas dan menyusun kalimat. Sampai detik ini Freya masih belum menunjukkan respon.
Alga berkata, "gue mikir, mungkin ada yang campurin aneh-aneh ke minuman gue pas di bar."
![](https://img.wattpad.com/cover/256272547-288-k379254.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANTARA
Fiksi Remaja"Kenapa badai dateng ketika gue udah jatuh sama dia." -Freya "Gue benci kalo liat wajah lo, tapi gue rindu saat lo nggak ada di samping gue." -Algantara Antara cinta, benci dan dendam yang harus mereka hadapi. Begitu banyak masalah yang menghampiri...