Happy reading-!!
.
.
.
.
PLAK!Gadis cantik itu menolehkan kepalanya ke samping saat mendapat tamparan yang sangat keras. Pipi kanannya terasa panas. Tangannya memegang pipi kanannya yang terkena tamparan, dia menatap wajah cantik wanita berumur sekitar 38th itu dengan tatapan benci.
"TAMPAR LAGI! TAMPAR!" Gadis itu berteriak keras, matanya memerah karena amarah yang sudah tak bisa di pendam lagi. Air matanya meluncur membasahi pipinya.
"SAMPAI KAPAN KAMU MELAWAN MAMA SEPERTI INI FREYA?!! SAMPAI KAPAN?!!" Sherina yang notabenenya adalah ibu kandung Freya membentaknya dengan keras. Rumah itu sepi dan hanya terdengar teriakan demi teriakan dari dua insan ini.
Freya terkekeh sinis, "Seharusnya Freya yang nanya ke mama! Sampai kapan mama mau jadi jalang ma! Sampai kapan!!" Emosi Freya sudah meledak-ledak tak ada yang bisa menahannya, para maid di sana hanya diam menyaksikan perdebatan antara ibu dan anak tanpa mau ikut campur.
"FREYA!" Sherina menatap tajam pada freya yang menatapnya tak kalah tajam, keduanya saling melemparkan tatapan tajam.
"APA?!" Freya berteriak. Tangannya menyentuh dadanya yang terasa sesak, ia sesak nafas. Gadis itu memejamkan matanya menahan sakit di dadanya. Dengan susah payah dia mengatur nafasnya yang sesak dan tak beraturan. Sherina hanya menatapnya datar, tak ada rasa khawatir sedikit pun di dalam dirinya. Perlahan tapi pasti, nafas Freya kembali normal, tubuh dan wajahnya sedikit berkeringat.
~Algantara~
Pagi ini, Freya telah resmi menjadi siswi SMA Garuda. Dia bukan anak SMP lagi sekarang melainkan anak SMA. Hari ini adalah hari kedua mereka MOS. Freya berdiri di barisan paling belakang bersama Steffany Veronica Marcellino, sahabatnya sejak kecil.
"Hari ini kalian akan diberikan sebuah tantangan agar bisa mendapatkan tanda tangan dari anggota OSIS." Cowok yang di ketahui adalah ketua OSIS itu berbicara menggunakan mic di depan semua murid baru. Di hari pertama mereka semua sudah pengenalan sekolah terlebih dahulu, dan sekarang adalah MOS kedua mereka yang akan di berikan sebuah tantangan.
"Tantangannya adalah kalian harus mencari sebuah telur yang terima pita. Di cangkang telur itu bertuliskan sebuah teks teki yang harus kalian pecahkan, dan setelah kalian bisa memecahkan teka teki itu, pergilah meminta 5 tanda tangan OSIS. kalian juga akan di bagi team, masing masing team beranggotakan 5-7 orang." Zein menjelaskan secara detail.
"Mengerti semuanya?"
"Mengerti kak!"
"Bagus, sekarang cari kelompok!" Para siswa-siswi langsung berhamburan mencari kelompok.
"Frey cari kelompok yuk!" Steffany menarik tangan Freya untuk mencari teman kelompok lain. Tak lama setelahnya kini mereka sudah mendapatkan dua cowok dan dua cewek bergabung dengan mereka yang kini beranggotakan enam orang.
"Telur yang di maksud kak Zein itu telur apa ya? Telur puyuh? Telur ayam atau telur... Naga?" Steffany menatap Freya dan keempat anggota lainnya.
"Telur ayam lah! Ya kali telur naga!" Ujar cowok berkulit sawo matang itu. Steffany hanya menampilkan deretan giginya.
"Eh itu telurnya!" Steffany langsung mengambil sebuah telur yang masih rapi terikat pita di belakang bebatuan. Sepertinya ini telur ayam yang sudah direbus. Mereka langsung membuat sebuah lingkaran dan membaca tulisan yang ada di cangkang telur itu.
"Bisa terbang namun tak memiliki sayap, ia hanya sebuah animasi. Animasi apakah itu?"
Steffany dan teman temannya kecuali Freya tertawa terbahak-bahak membaca teka teki itu. "Halah, gini doang mah gampil! Anak TK juga tau!" Steffany menjentikan jarinya.
"Kuy kita cari kak Zein!" Mereka mengangguk dan mengikuti langkah Steffany menuju lapangan dalam. Di sana terlihat Zein sedang mengawasi siswa-siswi.
"Kak Zein!" Steffany berdiri tepat di hadapan Zein.
"Udah?"
"Yaelah kak Zein, siapa sih yang bikin teka teki? Mudah banget nggak perlu mikir keras" Steffany menatap remeh pada Zein dengan senyum menyebalkan. Zein menatap Steffany sedikit kesal, padahal ia membuat semua teka teki itu sendirian sampai begadang, dan dengan mudahnya Steffany merendahkannya?
"Jawab aja!" Zein mendengus kesal. Steffany sangat suka menjahili orang seperti Zein, ia merasa sangat puas melihat wajah Zein yang kesal.
"Oke oke, jawabannya Doraemon," ucap Steffany dengan sangat percaya diri. Bahkan Freya malas menatap kelakuan sahabatnya ini. Ia memilih menatap ke arah lain.
"Alasannya?"
"Alasannya Doraemon itu bisa terbang tanpa sayap dengan menggunakan baling baling bambu, dan Doraemon itu animasi!" Ucap Steffany dan keempat anggota kelompoknya secara serempak, terkecuali Freya yang memilih diam mengamati mereka.
Zein memutar bola matanya malas, "kalian bener, sekarang kalian harus minta tanda tangan anggota OSIS." Mereka mengangguk paham lalu menyodorkan kertas dan pulpen masing-masing pada Zein untuk meminta tanda tangannya. Zein itu ketos tampan dan memiliki banyak fans juga.
Beberapa menit kemudian semua murid berbaris kembali setelah mengumpulkan tanda tangan pada anggota OSIS. Setelah itu mereka di perbolehkan istirahat ke kantin untuk mengisi perut.
~Algantara~
Pukul 12:30 kini Freya sedang di jalan pulang menaiki skateboard berwarna hitam dengan corak api. Jarak rumah dan sekolah nya tak begitu jauh, sehingga dia hanya menggunakan skateboard kesayangannya. Freya sangat pandai memainkan skateboard nya karena sejak kecil gadis itu di latih menggunakan skateboard oleh ayahnya.
Satpam penjaga gerbang langsung membuka gerbang hitam yang menjulang tinggi itu ketika melihat Freya.
Gadis itu memasuki pekarangan rumahnya. Rumahnya cukup besar dan mewah, namun Freya tak merasakan kemewahan itu. Ia tak menginginkannya sama sekali. Saat berada di ruang tengah, suasana nya sangat sunyi. Sepertinya mama nya tak ada di rumah. Freya tak ingin memikirkannya, gadis itu memilih menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai atas.
Setibanya di kamar, cewek itu langsung meloncat ke atas kasur empuknya. Ia memejamkan matanya hingga tertidur pulas tak memperdulikan jika dia masih menggunakan seragam.
~To be continued~
Jangan panggil author, panggil aja ketiak👁️👄👁️✨Follow IG @cintyaaaxo_
![](https://img.wattpad.com/cover/256272547-288-k379254.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANTARA
Teen Fiction"Kenapa badai dateng ketika gue udah jatuh sama dia." -Freya "Gue benci kalo liat wajah lo, tapi gue rindu saat lo nggak ada di samping gue." -Algantara Antara cinta, benci dan dendam yang harus mereka hadapi. Begitu banyak masalah yang menghampiri...