Happy reading-!!
.
.
.
.Play, Ku Dengannya Kau Dengan Dia -Afgan
Tepuk tangan meriah diberikan untuk seorang gadis yang baru saja menyelesaikan nyanyiannya. Suaranya yang merdu membuat orang-orang yang menonton terkagum-kagum. Walaupun tampangnya culun, tetapi bakat menyanyinya jangan diragukan lagi."Gila lo keren banget, Han!" Seru Dita dengan dua jempol sudah diberikan pada Hani.
"Suara lo adem banget. Anak-anak sampe kaget semua." Ujar Steffany. Freya mengangguk setuju. Suara Hani ternyata seindah itu.
Mendapat pujian dari teman-temannya, membuat Hani tersipu malu. Pipinya jadi pink-pink lucu sekarang. Di sana, Bryan tercengang mendengar suara Hani. Dia sudah salah meremehkan orang.
"Gila, bagus juga suaranya." Gumam Bryan.
Pundaknya ditepuk oleh seseorang. "Makanya, jangan asal ngeremehin orang cuma karena penampilannya." Kata Bima.
"Hayoloh, Yan, awas kepincut dedek Hani." Celetuk Reano, membuat Bima dan yang lainnya terbahak keras.
Hani tertunduk malu. Dia tak sanggup mendengarkan godaan-godaan dari para Kakak kelasnya ini. Hani memang pemalu sekali tak seperti teman-temannya.
"Ciee, Hani," goda Steffany, semakin membuat pipi Hani memanas.
Sedang asik menyaksikan perbincangan itu, tiba-tiba lengan Freya ditarik oleh seseorang untuk menjauh dari kerumunan itu. Orang itu adalah Alga. Ia membawa Freya ke koridor yang sepi.
"Kenapa, Kak?" Tanya Freya yang heran dengan sikap Alga. Ekspresi cowok itu juga berubah masam. Apa yang membuatnya seperti ini?
Alga menunduk. Sepersekian detik kemudian dia mendongak dengan mata yang sayu. Tak seperti Alga yang biasanya. Ia menautkan jarinya dengan jari-jari milik Freya.
Cowok itu dibuat kesal setelah sedari tadi melihat hoodie milik Rama melekat ditubuh Freya. Dia ingin marah, tapi tak punya hak sama sekali.
"Frey, gue boleh cemburu enggak sih?" Tanya Alga tiba-tiba.
Kedua netra Freya beradu dengan netra gelap milik Alga. Nampaknya cowok itu sedang cemburu dengan seseorang. Freya menghembuskan napas pelan. Ia beralih menggenggam tangan kanan Alga pakai tangan kirinya, lalu tangan kanannya memberikan usapan halus pada punggung tangan Alga.
"Sekarang aku tanya, aku boleh cemburu juga enggak?" Ucap Freya.
Kepala cowok itu tertunduk seiring dengan helaan napas keluar dari hidungnya. Dengan suara beratnya, ia bergumam, "susah, ya, Frey."
"Kenapa kita harus dipertemuin sih? Kalo emang dari awalnya kita enggak bisa nyatu, harusnya kita enggak usah saling kenal."
"Harusnya gue enggak naruh perasaan sama perempuan yang udah jadi milik orang lain. Harusnya perasaan ini enggak ada," lirih Alga diakhir kalimat.
Freya mendongakkan kepalanya guna menahan air mata yang akan jatuh. Ini salah. Seharusnya mereka memang tidak seperti ini. Seharusnya mereka tahu kalau mereka harus menghapus perasaan itu. Seharusnya begitu.
"Jadi maunya gimana?" Suara Freya bergetar. "Mau saling menjauh aja biar perasaan ini hilang?"
Haruskah mereka mengubur perasaan ini dalam-dalam? Apakah tetap memperjuangkannya? Ini pilihan terberat untuk keduanya. Lagi-lagi semesta tak berpihak pada Freya. Lagi dan lagi kebahagiaannya direnggut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANTARA
Teen Fiction"Kenapa badai dateng ketika gue udah jatuh sama dia." -Freya "Gue benci kalo liat wajah lo, tapi gue rindu saat lo nggak ada di samping gue." -Algantara Antara cinta, benci dan dendam yang harus mereka hadapi. Begitu banyak masalah yang menghampiri...