Happy reading-!!
.
.
.
.Hari-hari buruk tak pernah absen dari hidup Freya. Seperti sudah menjadi makanan sehari-hari Freya. Detik ini Freya tengah beradu tatapan tajam dengan sang Ibu di ruang tamu. Mata Freya memancarkan amarah dan kebencian yang menjadi satu. Rumah itu sangat sepi, tak ada suara sama sekali kecuali jarum jam dinding yang berbunyi tiap bergerak dari angka ke angka.
Sebelumnya mereka masih diam sampai pada akhirnya Sherina membuka suara. Kalimat yang semakin membuat darah Freya mendidih.
"Mama udah denger semuanya dari Andra. Kamu masih berhubungan dengan cowok yang enggak jelas itu? Freya, inget, kamu tunangannya Andra, harusnya kamu jaga jarak dengan cowok lain! Mau jadi apa kamu, hah?!" Sentak Sherina.
"Apa urusannya sama Mama? Mau aku deket sama cowok lain, itu bukan urusan Mama! Urus aja Dany bajingan itu!" Freya menyahut dengan suara yang lantang.
Tak terima dengan perkataan Freya, lantas Sherina menampar pipi gadis itu dengan kuat sehingga menimbulkan bunyi yang nyaring. Bekas tamparan itu membuat pipi mulus Freya panas.
Freya menatap paras ayu Sherina dengan seringaian. "Kenapa? Enggak terima?" Katanya.
"Kenapa Mama peduli kalo misalnya aku selingkuhin Andra? Aku bahkan terpaksa nerima perjodohan ini. Oh, iya, harusnya Mama introspeksi diri sendiri dong. Bukannya Mama juga selingkuh dari Papa?"
PLAK!
Satu tamparan mendarat lagi di pipi gadis itu. Freya tak melawan sama sekali. Ia membiarkan tamparan itu terus mendarat di pipinya.
"Jangan kurang ajar kamu! Anak enggak tau diri! Astaga, kenapa Mama harus ngelahirin anak sialan seperti kamu!!"
Sakit, hati Freya sakit mendengar kalimat itu keluar dari bibir ibu kandungnya sendiri. Freya tak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Bibir gadis itu bergetar dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak sanggup lagi untuk membalas perkataan Sherina.
Terlalu menyakitkan.
Gadis itu menunduk bersamaan dengan air mata yang meluncur bebas. Tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. "AKU UDAH BILANG AKU ENGGAK PERNAH MINTA UNTUK DILAHIRIN!!"
Teriakannya itu membuat Sherina tersentak. "Kalo bisa milih, aku bakal milih untuk enggak lahir di keluarga yang hancur ini."
"Mama cuma mikirin diri sendiri. Mama enggak pernah mikirin perasaan aku kayak gimana. Mama egois, Mama jahat!!" Freya berteriak frustasi. Ia benar-benar kacau sekarang. Wajahnya sudah basah dengan air mata.
"Apa enggak ada rasa sayang sedikit aja dari Mama buat Freya?" Lirih gadis itu dengan suara bergetar.
"Enggak ada dan enggak akan pernah! Jangan berharap!" Desis Sherina tajam. Ia pun melenggang keluar dari rumah meninggalkan anak semata wayangnya itu.
Hati Freya seakan disayat dengan belati tajam. Lagi-lagi kenyataan menamparnya untuk tidak berharap lebih pada sosok Sherina yang kejam.
Semesta Freya seakan hancur lebur. Apa yang dia harapkan dari Sherina? Kasih sayang? Mustahil. Bahkan kehadirannya di dunia ini sama sekali tak diharapkan oleh Sherina walaupun wanita itu sendiri yang melahirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANTARA
Teen Fiction"Kenapa badai dateng ketika gue udah jatuh sama dia." -Freya "Gue benci kalo liat wajah lo, tapi gue rindu saat lo nggak ada di samping gue." -Algantara Antara cinta, benci dan dendam yang harus mereka hadapi. Begitu banyak masalah yang menghampiri...