Happy reading-!!
.
.
.
.Siang itu matahari tampak sangat terik hingga banyak orang yang mencari tempat dingin untuk berteduh. Panasnya kota Jakarta serta jalanan yang macet semakin membuat peluh tak mau berhenti bercucuran.
Sudah tiga Minggu lamanya Freya dan Alga sama sekali tak ada komunikasi. Mereka benar-benar seperti orang asing. Setiap tak sengaja bertemu, Freya selalu menjadi yang pertama untuk menghindar. Berbeda dengan Alga yang masih sedikit curi-curi pandang.
Di bawah naungan langit siang ini, Freya sedang duduk di atas motor sport miliknya. Sebenarnya membawa motor seperti ini lumayan sulit, tetapi Freya sangat suka.
Dalam hati Freya tak berhenti menggerutu. Ia ingin cepat-cepat sampai di rumah untuk mengistirahatkan diri.
Sehabis ujian Minggu lalu, mereka diliburkan selama dua Minggu. Selama libur, Freya menghabiskan waktu sebagai barista di kafe milik Ayah Rama.
Beberapa menit berlalu, jalanan sudah sedikit lega, tidak terlalu macet seperti tadi. Freya menyempatkan diri untuk singgah ke minimarket untuk sekedar membeli minuman.
Setelah sampai, Freya bergegas masuk ke dalam dan berjalan ke arah dimana kulkas berisi minuman terletak. Sesudah itu ia mengambil satu kaleng minuman bersoda.
Drrtt..
Getaran hp membuat Freya terpaksa menghentikan langkahnya. Ia mengecek siapa yang mengiriminya pesan.
Kak Reano:
Freya, gue boleh minta tolong?Satu kalimat yang ia baca membuat alisnya bertaut. Kedua ibu jari Freya bergerak cepat mengetikkan serangkai kalimat.
Freya:
Boleh.Kak Reano:
Tolong ke apartemen Alga sekarang.
Alga demam tinggi.Freya:
Ada Bunda, kenapa harus aku?Kak Reano:
Bonyoknya Alga lagi di luar negeri buat urusan bisnis.
Ara juga ikut ke Italy sama mereka.Freya:
Kak Reano aja, atau kak Neva.Kak Reano:
Kalo Alga enggak ngigo manggil nama lo terus, gue enggak bakal minta lo buat ke sini.
Freya, please, Alga butuh lo.Freya menghela napas pelan. Gadis itu bimbang, harus menerima permohonan Reano, atau mengutamakan egonya. Otaknya berputar mencari jawaban yang tepat agar ia tak salah memilih.
Hingga pada menit ke dua, jarinya bergerak di layar ponsel dengan lincah hingga menciptakan suatu kalimat. Dengan yakin dia mengirimkan pesan itu pada Reano.
Kaki jenjangnya melangkah lebar menuju kasir untuk melakukan transaksi. Sesudah itu, ia langsung berjalan ke arah motornya diparkirkan.
Sepanjang perjalanan, Freya tak berhenti mengkhawatirkan Alga. Napasnya memburu, entah karena khawatir atau berdebar karena akan bertemu dengan laki-laki yang dia hindari selama ini.
Lima belas menit kemudian ia sudah sampai di apartemen. Gadis itu berjalan cepat menyusuri koridor. Setelah sampai di depan pintu apartemen Alga, ia langsung menekan bel. Tak lama setelahnya, pintu terbuka menampakkan sosok tinggi Reano berdiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANTARA
Novela Juvenil"Kenapa badai dateng ketika gue udah jatuh sama dia." -Freya "Gue benci kalo liat wajah lo, tapi gue rindu saat lo nggak ada di samping gue." -Algantara Antara cinta, benci dan dendam yang harus mereka hadapi. Begitu banyak masalah yang menghampiri...