Happy reading-!!
.
.
.
.Hembusan angin menerpa wajah Freya sampai rambutnya ikut melayang-layang di udara. Suasana yang sepi dan tenang ini membuat Freya nyaman. Dia tengah duduk di balkon kamarnya sambil menatap langit yang bertabur bintang.
"Kata Papa, setelah dia meninggal dia bakal jadi bintang, jadi kalo kangen Papa tinggal liat bintang aja." Gumam Freya. Dia tersenyum getir mengingat memori-memori indah bersama Ayahnya.
Dia selalu berharap Ayahnya masih berada di sampingnya, tapi Tuhan berkehendak lain.
Jika bukan karena Allan yang berpesan padanya untuk tetap melanjutkan hidup walaupun penuh penderitaan, sudah dipastikan Freya tidak akan ada di dunia ini sekarang.
Freya sudah melewati masa-masa depresinya dan sudah pernah merasakan putus asa untuk melanjutkan hidup lagi.
Jika diingat-ingat, dulu Freya sangat menyedihkan. Dia pernah depresi berat sampai hampir didiagnosa mengidap gangguan jiwa.
Saat itu Freya masih berumur tiga belas tahun. Sangat miris. Untungnya selalu ada Hanin, Arkan serta Gilang yang menyemangatinya dan membantunya agar cepat pulih.
Gilang menjadi sangat sedih ketika mengetahui sepupu kesayangannya itu depresi berat. Dia tidak bisa melihat Freya tersiksa seperti itu.
Berkat bantuan para ahli medis dan keluarga, Freya berhasil keluar dari masa depresinya. Para ahli medis yang menangani Freya tentu sangat prihatin dengan gadis itu. Diumur yang terbilang masih anak-anak, kondisi mentalnya sangat hancur.
Freya tersenyum kecut mengingat masa-masa dimana dia sangat hancur. Di kehidupan yang sekarang, dia hanya berharap tidak kembali seperti dulu lagi.
"Frey," suara berat itu membuat lamunan Freya buyar. Gadis itu menoleh dan mendapati Gilang yang sedang berdiri dengan plastik berwarna hitam ditangannya.
"Ngapain lo disini?" Tanya Freya sinis.
"Galak amat. Nih gue bawain nasi goreng mang Dadang." Gilang mengangkat plastik ditangannya lalu duduk di atas karpet bulu milik Freya.
Tanpa basa-basi Freya langsung ikut bergabung. Nasi goreng ini Gilang beli di tempat langganan mereka sejak dulu. Rasanya enak, tidak pernah berubah.
Wajah Freya menjadi sumringah ketika sesendok nasi goreng itu mendarat di dalam mulutnya.
"Gimana sama kafe tempat lo kerja?" Tanya Gilang.
Freya menelan nasi gorengnya sebelum menjawab. Wajahnya menjadi lesu. "Udah tutup total. Nggak bakal buka lagi, soalnya pemiliknya bakal menetap di Bali."
"Terus gimana?" Gilang ikut bingung.
Freya mengedikkan bahunya. "Nggak tau, gue bingung."
"Lo tenang, ya? Nanti gue bantu cariin kerjaan baru buat lo." Ucap Gilang.
Freya mengangguk dengan senyuman manis terukir diwajahnya. Gilang sampai ikut tertular senyumannya.
"Tai lo! Punya gue itu!" Gilang mengamuk. Kerupuk udang miliknya direbut paksa oleh Freya.
Freya menjulurkan lidahnya lalu langsung melahap kerupuk itu. Dia tak memperdulikan Gilang yang mencak-mencak dengan mulut yang penuh nasi.
![](https://img.wattpad.com/cover/256272547-288-k379254.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANTARA
Teen Fiction"Kenapa badai dateng ketika gue udah jatuh sama dia." -Freya "Gue benci kalo liat wajah lo, tapi gue rindu saat lo nggak ada di samping gue." -Algantara Antara cinta, benci dan dendam yang harus mereka hadapi. Begitu banyak masalah yang menghampiri...