Happy reading-!!
.
.
.
.Siang berganti malam. Langit gelap itu dihiasi dengan bintang-bintang yang bertaburan hingga terlihat cantik. Seorang gadis berambut sepunggung tengah duduk di balkon kamarnya sambil saling mengirim pesan dengan kekasihnya.
Freya tampak senyum-senyum membaca pesan dari Alga. Kedua jempolnya bergerak lincah merangkai sebuah kalimat untuk dikirimkan pada sang pria.
Cukup lama mereka saling mengirim pesan, sampai akhirnya Alga memutuskan untuk menelepon Freya.
"Kenapa?" Tanya Freya karena Alga tak bilang dulu kalau ingin meneleponnya.
"Pengen denger suara lo aja." Ujar Alga.
Semburat merah menghiasi wajah cantik Freya. Gadis itu salah tingkah karena ucapan Alga barusan. "Payah banget nelpon aku cuma pengen denger suaraku doang."
"Emangnya ada yang lebih indah dari suara lo, ya?"
"Diem deh. Gombal mulu."
Suara tawa Alga terdengar di seberang sana. Suaranya pelan dan rendah. Mereka terdiam cukup lama, hingga Freya menatap langit malam yang indah bertabur bintang dengan senyuman paling bahagia di muka bumi.
Tiba tiba atensi Freya teralihkan karena terdengar suara seorang gadis yang berteriak pada Alga di sana.
"Kakak! Ajarin Ara matematika dong!"
"Apa sih, Ra? Belajar sendiri sana."
"Ihh kalo aku bisa ya aku belajar sendiri, enggak perlu repot-repot minta tolong sama Kakak!!"
"Makanya kamu tuh belajar yang rajin, jangan game mulu! Udah SMA harusnya lebih rajin lagi belajarnya."
"Iya-iya!"
Freya terkekeh mendengar pertengkaran kakak beradik itu. Lucu sekali mendengar Alga yang tengah mengomeli adiknya yang baru saja duduk di bangku sekolah menengah atas itu.
Kini Alga sudah duduk di kelas dua belas, sedangkan Freya kelas sebelas, dan Ara adalah murid baru di sekolah mereka. Ara dan Freya hanya beda satu tahun, namun sikap Ara jauh lebih seperti anak SMP. Gadis itu mungil, imut, dan lugu, hingga membuat Alga harus selalu waspada menjaga adiknya.
Karena Ara sudah satu sekolah dengan Alga, maka peluang untuk bertemu dengan Reano semakin besar. Mereka belum berpacaran karena Alga belum mengizinkannya dengan alasan Ara masih terlalu polos untuk pacaran. Ia tahu Reano tak akan berani macam-macam dengan Ara, namun dia tetaplah seorang kakak yang ingin adiknya selalu aman.
"Kak Alga mau ngajarin Ara matematika, ya? Kalo gitu aku tutup telponnya, ya." Ujar Freya.
"Jangan. Kita video call."
Detik itu juga panggilan suara berubah menjadi video call. Terpampang wajah tampan Alga di sana yang melemparkan senyum hangat pada Freya. Senyuman Alga membuat Freya salah tingkah.
"Hai Kak Freya!" Tiba-tiba saja wajah Ara memenuhi layar ponsel dan menyapa dengan penuh energi.
Freya tersenyum menampilkan giginya yang terlihat manis. "Hai juga, cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANTARA
Novela Juvenil"Kenapa badai dateng ketika gue udah jatuh sama dia." -Freya "Gue benci kalo liat wajah lo, tapi gue rindu saat lo nggak ada di samping gue." -Algantara Antara cinta, benci dan dendam yang harus mereka hadapi. Begitu banyak masalah yang menghampiri...