Happy reading-!!
.
.
.
."Frey, makan dulu, ya?" Bujuk Alga yang sudah membawa sepiring nasi beserta air mineral karena Freya tidak mau turun untuk sarapan.
Perempuan itu tidak menoleh sedikit pun. Dia diam menatap ke luar balkon dengan tatapan sendu. Alga sudah berulangkali membujuknya, namun ia tidak menghiraukan cowok itu.
"Frey, bayi kita juga butuh nutrisi. Kalo lo sakit, nanti dia juga ikut sakit." Kata Alga yang masih sangat sabar.
Masih tak bergeming. Freya mengusap matanya yang terasa panas, kemudian mengambil alih piring dan segelas air dari tangan Alga.
"Tinggalin aku sendiri." Kata Freya tanpa menatap Alga.
Alga pun keluar dari kamar sesuai permintaan Freya. Namun ia tak benar-benar keluar, Alga mengintip Freya dari pintu yang terbuka sedikit untuk memastikan perempuan itu benar-benar memakannya.
Sesendok nasi masuk ke dalam mulut Freya dengan tangan bergetar. Rasanya sangat tidak enak ketika makan dalam keadaan pikiran yang kacau. Freya tiba-tiba menangis dengan mulut yang masih penuh nasi.
Suara tangisan Freya yang sesenggukan itu menyayat hati Alga. Ia hendak masuk, namun tangannya ditahan seseorang.
Gelengan dari Bunda membuat Alga mengurungkan niatnya. Dia pun pergi karena tidak sanggup harus mendengar Freya menangis.
Walaupun sambil menangis, Freya tetap menghabiskan makanannya demi bayi di dalam perutnya.
Hari mulai sore. Freya terbangun dari tidurnya karena tiba-tiba merasa mual tak tertahan. Dia langsung berlari ke kamar mandi membuat Alga yang tengah duduk di meja belajar ikut menyusulnya.
Alga memijit leher belakang Freya saat perempuan itu muntah-muntah. Ia ikut panik melihat Freya mual-mual, semua makanan yang masuk dalam perut Freya dimuntahkan kembali.
Setelah selesai, Alga menuntun Freya kembali ke kasur. Karena mendadak perempuan itu lemas dan pusing. Freya berbaring di atas kasur dengan bantuan Alga. Laki-laki itu hendak memijit kaki Freya, namun Freya langsung membalikkan badannya.
"Frey, gue tau mungkin berat bagi lo buat maafin gue. Tapi, gue enggak bakal bosen bilang maaf sama lo sampe lo maafin gue." Tutur Alga.
"Gue juga enggak mau semua ini terjadi, tapi semua ini rencana Andra sama Neva. Lo tau, kan?" Jelasnya lagi. Memang benar Freya sudah diberitahu dalang dari semua masalah yang tercipta ini, akan tetapi ia belum bisa berdamai dengan keadaan. Freya sudah terlalu sakit.
"Aku masih pusing, tolong, jangan ngajak debat dulu." Sahut Freya dengan suara lemah.
Alga menghela napas. Ia pun kembali ke meja belajar untuk mengerjakan tugas. Sedangkan Freya memejamkan matanya kembali. Setetes air mata mengalir ketika Freya pejamkan matanya.
⚪⚪⚪
Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Freya. Dia tahu bukan Alga yang datang, karena Alga tak pernah mengetuk pintu sebelum masuk. Sampai pintu terbuka barulah Freya mengetahui siapa pelakunya.
Diana datang bersama sepiring buah pir dan apel yang sudah dipotong beserta jus buah. Senyuman hangat ia berikan pada menantu cantiknya.
Wanita paruh baya itu duduk di tepi kasur tepat di sebelah Freya yang sedang duduk menonton televisi. Setelah meletakkan sepiring buah dan jus di atas nakas, Diana mengusap lembut surai legam Freya.
"Masih mual-mual, enggak?" Tanya Diana lembut.
"Masih, Bun." Ujar Freya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGANTARA
Teen Fiction"Kenapa badai dateng ketika gue udah jatuh sama dia." -Freya "Gue benci kalo liat wajah lo, tapi gue rindu saat lo nggak ada di samping gue." -Algantara Antara cinta, benci dan dendam yang harus mereka hadapi. Begitu banyak masalah yang menghampiri...