D A F T A R I S I
Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001
- Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi
- Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina
- Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna
Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...
Alma dan Alda berlari menyambut Pak Pos. Alma langsung menyambar surat dari Pak Pos. Alda merebut surat tu dari tangan adiknya. Keduanya sibuk memperebutkan surat itu. Akhirnya ... BRET! Surat itu sobek. Alma dan Alda kaget bukan main. Apalagi setelah membaca tulisan di amplop surat. Di situ tertera nama ayah mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu sih tidak sabaran! Surat Ayah sobek deh!" tuduh Alda.
"Enak saja! Tadi kan Kakak yang merebut dari tanganku," sangkal Alma.
"Sudah-sudah. Sekarang kita simpan dulu surat ini di laci. Lalu kita cari jalan keluarnya," Alda menghentikan pertengkaran mereka.
Menjelang malam, mereka belum juga mendapat cara untuk memecahkan masalah itu. Bahkan dua hari kemudian, surat itu masih tetap ada di laci meja belajar Alda. Belum juga diserahkan pada ayah mereka.
"Bagaimana, Ma? Sudah ketemu belum caranya?" tanya Alda.
"Belum, Kak!" jawab Alma singkat. Namun sesaat kemudian wajahnya tampak girang. "Asyiiik! Aku dapat ide!"
"Apa idemu, Ma?" tanya Alda tak sabar.
"Bagaimana kalau amplop suratnya kita ganti dengan yang baru. Alamatnya kita salin kembali. Kemudian kita serahkan pada Ayah, pura-puranya baru kita terima tadi siang," ujar Alma pada kakaknya.
Alda mengangguk setuju. Tanpa pikir panjang, mereka berlari menuju kamar. Maksudnya, ingin segera mengganti amplop surat. Tapi sial! Surat itu ternyata hilang. Entah siapa yang mengambilnya dari laci. Alda dan Alma kini sibuk mencari surat itu. Seluruh barang yang ada di laci mereka keluarkan. Bahkan seisi kamar mereka obrak-abrik. Tapi surat itu tetap tidak ditemukan juga.
"Jangan-jangan Bik Inah menemukannya ketika membereskan kamar kita. Lalu dia memberikannya pada Ayah!" duga Alma.
"Ayo kita ke Bik Inah. Semoga suratnya belum dikasih ke Ayah!" ajak Alda.
Belum sampai mereka keluar kamar, datanglah Aldi sambil membawa sepucuk surat. "Kakak mencari surat ini?" kata Aldi sambil tertawa. Rupanya dari tadi dia melihat tingkah kakak-kakaknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dari mana kamu tahu?" tanya Alma.
"Tentu saja Aldi tahu. Ini kan surat buatan Aldi," jelas Aldi.
"Apa maksudmu?" tanya Alda heran.
"Minggu lalu, Aldi disuruh Bu Guru membuat surat. Setelah dinilai, iseng-iseng Aldi mencoba mengirimkannya ke rumah, untuk Ayah," jelas Aldi.
"Apa?! Jadi surat itu isinya hanya main-main?" teriak Alda.
Mendengar ribut-ribut, Ibu menghampiri mereka.
Alda terpaksa menceritakan hal yang sebenarnya.
"Makanya, kalau ada surat, jangan langsung diperebutkan! Dan jangan sekali-sekali membaca surat untuk orang lain. Mungkin saja surat itu bersifat rahasia, dan hanya boleh diketahui oleh si pemiliknya," ujar Ibu.
Alda dan Alma mengangguk menyesal. Sementara Aldi tertawa geli sambil memandangi suratnya. ***
Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalau kamu suka membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.