Oleh Ny. Widya Suwarna
Bobo Nomor 26 Tahun XXIX 27 September 2001
Raja amat sayang dan bangga pada kuda hitamnya. Si Hitam tampak gagah dan anggun, bulunya berkilat dan ringkiknya kuat. Sekali-sekali Raja mengendarainya keliling istana.
Suatu pagi, Raja singgah di kandang kuda yang terletak di halaman belakang istana. Raja amat heran ketika melihat Mista, si penjaga kuda, sedang menyuapi si Hitam. Di dekat tempat rumput ada baskom kecil, entah berisi cairan apa. Dan si Hitam makan rumput dengan lahap.
"Wow, rupanya si Hitam ini kuda manja. Makan saja disuapi!" komentar Raja. Segera Raja membungkuk, mengambil segenggam rumput dan mencoba menyuapi si Hitam. Olala, si Hitam melengos, tak mau disuapi Raja. Tanpa banyak bicara, Raja segera meninggalkan kuda kesayangannya. Hatinya marah, wajahnya merah padam.
"Keterlaluan! Disuapi Raja, malah tidak mau! Si Hitam benar-benar telah menghinaku!" umpat Raja sambil berjalan masuk ke dalam istana. "Kalau kusuruh orang membuang si Hitam ke hutan, tentu orang-orang akan heran. Dan si Mista pasti akan bercerita, bagaimana si Hitam menghinaku. Huh, namaku tentu akan cemar!" pikir Raja.
Di dalam istana Raja menyibukkan diri membaca surat-surat yang masuk. Ia berusaha melupakan ulah si Hitam yang tak mau ia suapi. Namun hatinya tetap marah. Kepada siapa ia harus bercerita? Saat makan malam, Raja makan dengan murung.
Selesai makan, akhirnya Raja tak tahan lagi. Ia menceritakan kejadian pagi itu kepada permaisuri.
"Bayangkan, seekor kuda menolakku. Si Hitam tak mau kusuapi. Benar-benar aku merasa terhina!" keluh Raja.
Permaisuri mendengarkan cerita Raja dengan serius lalu berkata,
"Aaah, tak usah diambil hati. Mungkin saja si Hitam sudah kenyang! Pergilah ke kandang dan coba berikan rumput saat si Hitam sedang lapar!"
Jawaban permaisuri sedikit menghilangkan kekesalan di hati Raja. Namun, Raja tetap ingin tahu, apa sebabnya si Hitam tak mau makan rumput dari tangannya. Raja akhirnya menyuruh Pak Kosim untuk menyelidiki hal ini. Pak Kosim adalah tukang cukur raja. Raja sangat mempercayainya, sebab Pak Kosim pandai menjaga rahasia.
"Baiklah, Baginda. Hamba akan mencari tahu, mengapa si Hitam tidak mau makan rumput dari tangan Baginda. Hamba akan mengadakan acara cukur gratis untuk karyawan-karyawan istana. Tempatnya di depan kandang si Hitam!" usul Pak Kosim.
Raja setuju, dan Pak Kosim segera membuka kios cukur di depan kandang kuda. Beberapa karyawan istana mulai berdatangan untuk mencukur rambut mereka. Sambil mencukur, Pak Kosim memperhatikan gerak-gerik Mista, penjaga si Hitam. Setelah tak ada lagi orang yang dicukur, Pak Kosim membereskan peralatannya.
Pak Kosim lalu mendekati Mista yang sedang menyuapi si Hitam. Ia mengambil segenggam rumput, memasukkannya ke dalam baskom kecil berisi cairan dan menyuapi si Hitam. Si Hitam menyambut rumput itu dengan lahap.
"Kuda istimewa, makanya disuapi oleh penjaga yang istimewa juga!" puji Pak Kosim.
"Aaah, Pak Kosim! Kudanya memang hebat. Penjaganya sih biasa saja!" kata Mista merendah. Pak Kosim tersenyum.
"Jangan merendah. Akan kubuktikan kalau kau memang istimewa!" ujar Pak Kosim. Ia lalu mengambil segenggam rumput, dan menyuapi si Hitam.
Namun si Hitam melengos. Pak Kosim tertawa. "Tuh, lihat sendiri! Si Hitam tidak mau kusuapi. Ia hanya mau disuapi olehmu, penjaganya yang istimewa!" ujar Pak Kosim.
Mista tertawa juga. "Hahaha, kalau tahu caranya, si Hitam sih mau saja disuapi siapa pun. Buat si Hitam, yang penting bukan siapa yang menyuapinya. Yang penting rumputnya harus dicelup ke air madu dulu!" Mista menjelaskan. Ia mengambil segenggam rumput, mencelupkannya ke dalam air madu dan menyuapi si Hitam.
Pak Kosim mengikuti jejak Mista. Ternyata benar! Si Hitam memakan rumput dari tangan Pak Kosim dengan lahap. Hati Pak Kosim berbunga-bunga karena ia sudah berhasil menyelesaikan tugas dari Raja.
"Apa pun, kalau tahu caranya jadi mudah. Kalau belum tahu caranya ya susah!" kata Mista.
Pak Kosim bergegas menghadap Raja. Ia menjelaskan rahasia rumput si Hitam. Betapa lega hati Raja.
"Hahaha, bodoh sekali. Mengapa aku bisa tersinggung pada kuda, hahaha ..." tawa Raja di dalam hati.
Pak Kosim mendapat sekantung uang emas. Ia pulang ke rumahnya dengan amat gembira.
Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalau kamu suka membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001
Historia CortaD A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi - Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina - Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...