Buah Kampungan

285 13 0
                                    

Wahyu Noor S

Bobo Nomor 13 Tahun XXIX 28 Juni 2001

Ayah mendapat informasi bahwa buah jambu batu yang dalamnya berwarna merah bisa menaikkan jumlah trombosit. Sangat membantu menyembuhkan penyakit demam berdarah. Sayangnya di Jakarta ini sulit dicari.

"Buah kampungan," komentar Yulia saat berlibur di rumah sepupunya beberapa waktu lalu. Buah itu bergelayut lebat di pohon yang tumbuh di halaman rumah. Sepintas mirip jambu batu lainnya. Bulat, hijau, dan menguning bila sudah tua. Bedanya, bila dibelah dalamnya berwarna merah.

"Menyesal kamu kalau tidak ikut makan. Apalagi sampai menghina buah ini," kata Kiki dari atas dahan pohon. Nyam nyam ..., mata Kiki terpejam seolah menikmati kelezatan jambu itu.

Yulia terkekeh.

"Cuma tidak makan jambu batu, kok, menyesal. Bikin sembelit saja," cibir Yulia di ujung tawa. "Lebih baik makan anggur, apel, pir ...."

"Iya, iya, kamu memang orang kota!" putus Kiki kesal.

Yulia tersenyum mengingat percakapannya dengan Kiki saat liburan itu. Kini, di teras rumahnya di Jakarta, Yulia duduk termenung. Baru kemarin ia keluar dari rumah sakit setelah opname selama enam hari. Uang tiga juta lebih melayang untuk biaya pengobatan. Ia menderita gejala demam berdarah. Syukur sekarang sudah berangsur sembuh, tinggal pemulihan saja. Karena itu ia perlu minum juice jambu batu merah setiap hari ....

"Sudah dicari ke mana-mana, tidak ada," Ayah datang dengan lesu. Kemarin Ayah juga sudah berkeliling mencari jambu batu yang dalamnya berwarna merah, dan mendapat dua buah. Hari ini rupanya gagal total.

Yulia menelan ludah. Gelisah. "Di Magelang, Kiki punya pohon jambu yang kita cari itu, Yah. Masalahnya, sedang berbuah apa tidak?" ujar Yulia kemudian.

"Kiki?" cetus Ayah cepat. Ada kerlip kegembicaraan di matanya. Lalu tanpa menunggu waktu lagi ia masuk ke dalam rumah dengan langkah panjang.

Dari luar Yulia mendengar Ayah berbicara di telepon. Tak berapa lama kemudian, Ayah bersorak, "Pohon jambu di rumah Kiki sedang berbuah, Yul. Konon lebat sekali. Katanya ia mau memetik banyak-banyak dan mengirim ke sini lewat pos!"

Wajah Yulia memerah. Cerah. Lega dan gembira memenuhi hatinya.

Keesokan harinya, jambu batu dari Magelang itu datang. Lo?

"Kata Bapak jambu ini tak usah dipaketkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kata Bapak jambu ini tak usah dipaketkan. Tapi langsung saja diantar ke Jakarta. Hitung-hitung jalan-jalan sekalian bezuk kamu. Untung kamu sakit pas liburan. Kalau tidak kan aku tak bisa menengokmu, Yul," kata Kiki renyah. Rasa lelah setelah semalam terguncang dalam bis, seolah hilang begitu saja ....

Yulia amat gembira menyambutnya. "Terima kasih atas kehadiran plus jambunya," ujarnya menepuk sekardus jambu batu di hadapannya. "Kalau aku ke Magelang, akan kucangkok pohon jambu itu," ujar Yulia lagi.

Kiki mengangkat alisnya tinggi. "Lo, kan buah kampungan?"

"Jangan begitu, ah," sergah Yulia menahan malu. Dan tangannya terulur ....

"Ait!" Kiki cepat berkelit, tak jadi kena cubit. Akhirnya keduanya tertawa bersama. ***

Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang