D A F T A R I S I
Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001
- Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi
- Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina
- Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna
Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...
Karel tertawa. "Sori. Aku enggak sengaja," katanya.
Puput mau membalas, tapi Bu Guru sudah masuk.
"Buka buku matematika halaman lima puluh dua. Puput! Coba kamu kerjakan soal nomor satu di papan tulis," ujar Bu Guru kemudian.
Puput menyorongkan kakinya akan memakai sepatu. Tetapi sepatunya tidak ada.
"Aduh, sepatuku di mana sih?" keluhnya. Dia berdiri, membungkuk di sisi bangkunya mencari-cari sepatu.
"Puput! Apa yang kamu cari?" tegur Bu Guru.
"Sepatu saya, Bu," sahut Puput malu. Ternyata sepatunya berada di bawah bangku Ita yang duduk di depannya. Pasti Karel yang menendang sepatu itu sampai ke sana.
"Sepatu jelek saja dicari," ledek Karel.
Puput mendelik marah. Namun Karel malah senyum-senyum tanpa dosa. Aku tidak tahan kalau begini terus, gumam Puput di dalam hati. Setiap hari ada saja ulahnya. Kemarin memasukkan kecoak ke dalam tasku sehingga aku menjerit-jerit karena jijik. Kemarin dulu penghapusku yang dia ambil. Ugh, lebih baik aku bujuk Mama agar memindahkanku dari sekolah itu, pikirnya lagi.
"Pindah sekolah?" Mama mencopot kacamata bacanya. "Kamu baru satu bulan sekolah di sana, masa mau pindah?" nada suara Mama meninggi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tidak betah, Ma. Anaknya bandel-bandel," air mata mulai memenuhi kelopak mata Puput.
"Semuanya?" dahi Mama berkerut.
"Bukan semua. Cuma satu. Si Karel. Tapi bandelnya minta ampun."
"Kalau cuma satu orang mestinya kamu bisa mengatasinya. Kamu kan sudah besar. Sudah kelas lima."
"Tapi dia kelewatan, Ma," keluh Puput. Air mata mengalir di pipinya.
"Lo, kok jadi nangis? Apa dia suka menyakiti kamu?"
Puput menggeleng.
"Dia suka mengancammu?"
Sekali lagi Puput menggeleng. "Dia selalu mengganggu, Ma," sahutnya.