D A F T A R I S I
Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001
- Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi
- Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina
- Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna
Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...
Pak Abasya tinggal di Desa Parangan bersama anak tunggalnya, Haruma. Ibu Haruma telah meninggal dunia ketika Haruma masih kecil. Semenjak itu Haruma hanya mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Meskipun bukan orang kaya dan mempunyai sepetak ladang, Pak Abasya sangat memanjakan Haruma. Akibatnya Haruma tumbuh menjadi gadis cantik yang hanya bisa bermain dan bersolek.
Sudah menjadi kebiasaan setiap panen raya diadakan pesta. Pada saat itu gadis-gadis Desa Parangan berdandan secantik-cantiknya dan memakai baju indah. Barang siapa mendapat hadiah terbanyak dari pemuda Desa Parangan maka gadis tersebut dinobatkan menjadi gadis tercantik.
Panen raya masih setahun lagi, tetapi Haruma sudah minta dibelikan baju dan perhiasan yang indah. Pak Abasya sebenarnya ingin memenuhi keinginan Haruma tetapi ia tak punya cukup uang. Akhirnya ia menemui Mak Bijak untuk membantu menyelesaikan masalah ini.
"Bawalah Haruma ke sini dan biarkan sampai panen raya nanti dia dalam pengawasanku!"
Pak Abasya segera pulang ke rumah dan berkata pada Haruma,
"Haruma, sebenarnya ibumu meninggalkan harta warisan yang dititipkan ke Mak Bijak. Pergilah ke sana untuk mendapatkannya!"
Sesampainya di rumah Mak Bijak, Haruma segera meminta harta warisan tersebut. Dengan lembut Mak Bijak menjawab, "Anakku Haruma, untuk mendapatkan warisan itu kau harus tinggal di sini sampai panen raya tiba agar kau benar-benar tampil cantik."
"Baiklah, Mak," ucap Haruma.
Sejak itu Haruma tinggal di rumah Mak Bijak. Mak Bijak mengajarinya cara menenun, menyulam, bertanam sayuran, dan memasak. Meskipun pada awalnya sulit, akhirnya Haruma terampil mengerjakan apa yang diajarkan Mak Bijak. Mak Bijak senang melihat kemajuan tersebut. Terkadang hasil tenunan dan sulaman Haruma ia jual tanpa sepengetahuannya. Ternyata banyak yang menyukai hasil tenunan dan sulaman Haruma. Banyak pesanan datang dari luar Desa Parangan. Tentu saja Haruma semakin sibuk dan lupa akan harta warisan itu.
Tak terasa seminggu lagi panen raya tiba. Penduduk Desa Parangan sibuk mempersiapkan segala sesuatunya.
"Haruma, sudah saatnya Mak berikan harta warisan itu kepadamu. Pakailah besok saat panen raya. Mak yakin kau akan tampil mempesona."
"Terima kasih, Mak. Tetapi apakah ibuku meninggalkan harta sebanyak ini?" Haruma bingung menerimanya.
"Haruma, sebenarnya ibumu tak pernah meninggalkan apa-apa. Semua yang Mak berikan padamu adalah hasil kerja kerasmu selama ini. Terkadang hasil tenunanmu dan sulamanmu Mak jual dan Mak belikan perhiasan. Sedangkan baju indah itu juga hasil tenunanmu sendiri yang Mak jahit. Sekarang pulanglah, ayahmu sudah merindukanmu. Mak yakin, ia akan bangga karena sekarang kau menjadi gadis yang cantik dan terampil."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Baiklah, Mak, aku pulang, datanglah pada panen raya esok. Dan kalaupun tak menang aku takkan menyesal karena telah mendapatkan bekal yang lebih berharga."
"Pulanglah Haruma, hati-hati di jalan dan Mak doakan kau menang."
Pada saat panen raya tiba, Haruma tampil cantik mempesona dan tampak lebih percaya diri. Akhirnya Haruma mendapat hadiah terbanyak. Betapa bahagianya Pak Abasya dan Mak Bijak menyaksikan semua itu. *****