Bobo Nomor 44 Tahun XXVIII 1 Februari 2001
Tiga serdadu telah lari dari kesatuan masing-masing. Kini mereka tersesat di tengah hutan. Karena tempat itu rawan, mereka bertiga bergantian jaga malam.
Giliran pertama jatuh pada serdadu Roma. Dua serdadu lainnya, serdadu Florentin dan serdadu Napoli boleh tidur.
Ketika waktu jaga hampir habis, dari hutan muncul seorang raksasa.
"Hai, sedang apa kalian di sini?" bentak si raksasa.
Serdadu Roma menjawab ketus, "Itu bukan urusanmu!"
Raksasa naik pitam. Diserangnya serdadu itu. Tapi serdadu Roma bergerak lebih lincah. Raksasa itu berhasil dikalahkannya dengan pedangnya. Tubuh raksasa itu lalu dibuangnya ke sebuah tebing curam.
Kini giliran serdadu Florentin yang berjaga. Ketika ia bertanya apakah ada kejadian saat berjaga, serdadu Roma berbohong, "Ah, aman-aman saja!"
Saat bertugas jaga, serdadu Florentin mengalami hal yang sama. Seorang raksasa menyerangnya, tapi ia berhasil mengalahkannya. Tubuh raksasa itu pun diceburkan ke sebuah jurang.
Serdadu Florentin ini juga tidak menceritakan hal ini kepada serdadu yang mendapat giliran jaga berikutnya. "Kalau aku cerita," batin serdadu Florentin, "Nanti serdadu Napoli pasti takut. Dasar si pendek!"
Tubuh serdadu Napoli memang pendek, sehingga ia dianggap penakut.
Saat serdadu Napoli bertugas, muncul juga raksasa yang menyerangnya, tapi ia berhasil mengalahkannya. Si raksasa pun dilemparnya ke jurang. Saat waktu jaga hampir habis, ia berpikir, "Sebaiknya aku cari tahu dari mana asal si raksasa."
Serdadu Napoli pergi masuk ke hutan. Di kejauhan tampak seberkas sinar. Asalnya dari sebuah rumah yang besar sekali. Dihampirinya rumah itu. Dari lubang kunci ia mengintip. Tampaklah tiga wanita raksasa petenung.
"Sudah hampir tengah malam," ujar salah satu wanita. "tapi suami-suami kita belum pulang."
"Barangkali sesuatu telah menimpa mereka," cetus yang lain.
Mereka mempersiapkan peralatan. Wanita pertama membawa sebuah lentera yang bisa dipakai melihat dari jarak jauh sekali. Wanita kedua membawa pedang yang bisa membasmi seluruh pasukan dengan satu kali ayunan. Wanita ketiga membawa senapan yang dapat membunuh serigala. Mereka serempak membuka pintu.
Tapi serdadu Napoli sudah menunggu di ambang pintu. Dengan pedang besar di tangan, ia mengalahkan ketiga wanita raksasa petenung itu. Ia kemudian mengambil lentera, pedang, dan senapan mereka.
Serdadu Napoli mencoba kehebatan benda-benda itu. Diangkatnya lentera. Wow, di kejauhan yang jaraknya ratusan mil, tampak sekompi prajurit yang sedang menjaga sebuah kastil. Seekor serigala dengan mata merah menyala, dirantai pada salah satu pojok kastil.
Serdadu Napoli mengangkat pedang ke angksa dan mengayun-ayunkannya. Ajaib! Seketika sekompi prajurit terjatuh kalah! Ia lalu menembak serigala yang ganas meraung-raung. Serigala itu pun tewas!
Sedadu Napoli masih belum puas. Maka didatanginya kastil itu. Tidak nampak seorang pun. Namun, di sebuah kamar paling mewah, tampak seorang gadis cantik tertidur lelap.
Serdadu Napoli mendekatinya. Satu selop, yang jatuh dari kaki si gadis, dipungutnya dan dimasukkannya ke kantung. Sebelum meninggalkan tempat itu ia sempat mengecup kening si gadis. Kemudian ia berjingkat keluar kamar.
Gadis cantik itu terbangun. Ia memekik kegirangan, "Kutukan telah sirna! Kutukan telah lenyap!" Namun kemudian ia membatin, "Tapi, siapa kesatria yang telah membangunkanku? Ia amat pemberani. Ia pantas menjadi suamiku."
Para inang pengasuh yang tidur di ruangan sebelah terbangun. Mereka berlari-lari mencari pria yang telah mengecup kening si gadis. Tapi mereka tidak menemukannya.
Gadis cantik itu sebenarnya seorang puteri Raja. Ia telah dikutuk para tukang tenung jahat untuk tidur terus-menerus. Ia bisa terbangun jika ada pria yang mengecupnya. Baginda berusaha menemukan si kesatria penolong dengan memasang pengumuman, isinya:
"Dia yang telah menyelamatkan puteriku, berhak menikahinya, tak peduli apakah ia seorang pangeran atau pengemis sekali pun."
Beberapa pekan telah berlalu, tapi tak seorang pun datang ke istana mengaku penyelamat puteri Raja. Sang Puteri pun mengajukan usul, agar Baginda membuka sebuah losmen di desa. Para tamu boleh makan dan minum sepuasnya, serta menginap gratis selama tiga hari.
"Siapa tahu, Ayah, kita akan mendapat keterangan dari para pengelana itu," ujar sang Puteri.
Maka dibukalah sebuah losmen gratis. Puteri menyamar sebagai pemilik losmen. Beberapa punggawa dan inang pengasuh melayani para tamu.
Suatu hari, losmen gratis itu kedatangan tiga serdadu. Mereka adalah serdadu Roma, serdadu Florentin, dan serdadu Napoli. Ketiganya makan dan minum sepuasnya, dan boleh menginap gratis. Sebagai gantinya, mereka cuma diminta bercerita, kejadian menarik apa yang mereka pernah alami?
Serdadu Roma mengisahkan pengalaman saat ia bertugas jaga. Disusul serdadu Florentin, dengan kisah nyaris sama. Tapi yang paling membikin decak kagum adalah cerita serdadu Napoli. Pemilik losmen mendengarkan dengan penuh perhatian kemudian bertanya, "Apakah selop itu masih kausimpan?"
Serdadu Napoli mengeluarkan sebuah selop dari ransel.
Kini ketahuan siapa yang telah membebaskan sang Puteri dari kutukan. Dan seperti telah dijanjikan, Baginda menikahkan serdadu Napoli dengan puterinya.
Serdadu Roma dan serdaduFlorentin mendapat pangkat dan kedudukan tinggi, karena tanpa bantuan mereka,yaitu membunuh dua raksasa lain, serdadu Napoli tak mungkin bisa merampungkan tugasnya. (Dari: The Neapolitan Soldier/Italian Folk Tales/ItaloCalvino/Kadir Wong) *****
Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalau kamu suka membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001
Short StoryD A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi - Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina - Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...