D A F T A R I S I
Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001
- Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi
- Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina
- Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna
Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...
Pohon itu adalah pohon paling tinggi di hutan itu. Sayang, pohon itu bukanlah yang paling pintar. Pohon itu dapat melihat puncak pohon-pohon lain. Ia juga dapat melihat jam yang ada di puncak menara sebuah gereja. Pohon-pohon yang lebih rendah akan melihat pada pohon itu, lalu bertanya, "Jam berapa?"
Pohon itu tidak bisa menjawab. Ia tertunduk malu. Ia benar-benar tidak tahu tentang jam. Di satu cabang pohon itu, berdiam seekor induk gagak dengan tiga anaknya yang masih kecil. Induk gagak itu sangatlah pandai.
"Dapatkah engkau mengajariku tentang jam?" si pohon memohon.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku tidak bisa. Aku sangat sibuk," sahut induk gagak. Namun kemudian ia berubah pikiran. Katanya, "Kau telah memberikan sebuah cabangmu untuk kami berdiam, dan kami merasa nyaman. Akan kuluangkan waktuku sedikit untuk mengajarimu." Maka induk gagak itu pun mengajari pohon itu tentang jam. Pohon itu menyimak dengan tekun sekali.
Suatu pagi, induk gagak melesat terbang meninggalkan sarang untuk mencari makan. Salah seekor anaknya belajar terbang. Ia melayang terjun dari sarang, lalu lenyap. Si pohon melihat ke segala arah mencarinya. Ia tidak menemukan. "Ia telah hilang sejak pukul sembilan tadi!" tukas gagak. Ia sangat cemas.
"Sekarang pun masih pukul sembilan," tukas si pohon.
"Mengapa pagi ini waktu sangat kacau?" ucap induk gagak. Ia lalu segera mencari anaknya. Namun, ia tidak menemukannya. Ia pun kembali ke sarang. Cemas dan rasa sedih menjadi satu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Si pohon kembali melihat jam di puncak menara gereja. "Waktu masih belum beranjak!" serunya sangat heran. "Masih pukul sembilan!" Lalu, tiba-tiba ia tertawa terbahak. Daun-daunnya bergemerisik keras.
"Hohoho! Kini aku tahu sebabnya mengapa waktu tak juga berubah," katanya kemudian. "Anakmu telah terbang terlalu jauh, dan kini tersangkut pada jarum pendek jam."
Induk gagak cepat menyelamatkan anaknya. "Terima kasih atas bantuanmu, teman," katanya pada si pohon. "Tidak sia-sia aku mengajarimu tentang jam." *****
Hai! Kalau kamu suka membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.