Oleh Nunuk Sudaryanti
Bobo Nomor 44 Tahun XXVIII 1 Februari 2001
Di sebuah kerajaan, hiduplah seorang raja yang tiba-tiba tidak bisa tertawa lagi. Sudah banyak pelawak didatangkan, tetapi tidak ada hasilnya. Suasana kerajaan menjadi muram. Akhirnya dikeluarkanlah sebuah sayembara:
"Barang siapa yang bisa membuat Raja tertawa, akan dihadiahkan rumah dan isinya, serta sekantong keping emas. Namun bila gagal, akan dihukum."
Berita itu tersiar ke pelosok negeri. Rakyat yang hidup miskin tergiur mendengar hadiah yang ditawarkan. Termasuk Pak Danu yang hidupnya tak pernah beruntung. Pak Danu pernah menanam padi. Namun padinya habis diserang hama. Ia juga pernah berdagang. Namun modalnya habis diambil pencuri. Ketika beternak ayam, satu per satu ayamnya mati diserang penyakit.
Pak Danu punya tujuh anak yang masih kecil-kecil. Ia dan istrinya tak pernah berhenti berdoa agar hidup mereka membaik. Dan ketika mendengar sayembara itu, Pak Danu berharap bisa memenangkan lomba. Namun ia sama sekali tidak bisa melawak.
Suatu tengah malam, Pak Danu terbangun dengan tubuh penuh keringat. Istrinya terbangun dan khawatir melihat keadaan Pak Danu,
"Ada apa, Pak?"
"Bu, aku bermimpi didatangi orang berjubah putih. Kata orang itu, 'Pak Danu, ikutilah sayembara itu. Pakailah celana panjang hitammu. Namun, sebelum mulai bercerita, copotlah celana hitam itu dan simpan di tepi ranjang Raja, karena di situ juga tergeletak celana panjang hitam milik Raja. Perasaanmu akan menjadi tenang. Setelah itu, mulailah bercerita tentang hidupmu'," Pak Danu menceritakan mimpinya sambil menyeka keringatnya.
"Tapi, apa cerita tentang kehidupan dan penderitaan keluarga kita bisa membuat Raja tertawa? Kalau Raja tidak tertawa, berarti kau masuk penjara. Hidup kita akan semakin menderita, Pak," istrinya mengingatkan.
"Tapi, Bu, aku yakin mimpi itu petunjuk bagi kita. Kalau memang aku masuk penjara, ya apa boleh buat. Yang penting kita telah berusaha."
Dengan tekad bulat, pagi-pagi sekali Pak Danu berangkat diiringi isakan istrinya. "Berdoalah, Bu!" pesan Pak Danu.
Pak Danu berangkat mengenakan dua lapis celana panjang. Yang di dalam celana biasa, yang di luar celana berwarna hitam, seperti pesan di dalam mimpinya.
Pak Danu akhirnya tiba di kerajaan. Setiap peserta diberi waktu tiga menit. Satu demi satu peserta mulai melucu. Namun satu per satu pula keluar dengan wajah muram karena gagal membuat raja tertawa. Keringat dingin Pak Danu keluar lagi menyaksikan hal itu. Dan ia hampir terjungkal saat namanya dipanggil.
Seperti pesan dalam mimpinya, Pak Danu membuka celana hitamnya. Celana itu lalu diletakkannya di tepi ranjang raja. Dan anehnya, di situ memang betul ada celana hitam raja. Celana hitam Pak Danu kini bersebelahan dengan celana panjang raja. Pak Danu kini merasa amat tenang. Raja menganggap itu permulaan lawakan Pak Danu. Sesuai petunjuk dalam mimpinya juga, Pak Danu mulai bercerita tentang kehidupannya.
Raja mulai mengerutkan dahi, menunjukkan beliau tidak menyukai cerita Pak Danu. Akhirnya raja menjadi bosan.
Tok! Tok! Tok!
"Waktumu tinggal setengah menit!"
Suara palu membuat keringat dingin Pak Danu bercucuran. Ia memeras otak agar bisa lari dari tempat itu. Tanpa pikir panjang Pak Danu menyambar celana hitamnya dan langsung dipakainya. Kemudian berlari secepat kilat tanpa menoleh ke belakang lagi. Raja ternganga melihat ulah Pak Danu. Namun kemudian ia tertawa terbahak-bahak sampai keluar air mata. Suaranya menggema di dalam istana. Tak lama kemudian terdengar teriakan sang raja.
"Prajurit, tangkap Pak Danu!"
Pak Danu yang berlari penuh ketakutan akhirnya tertangkap. Dia berteriak-teriak, "Ampun Baginda, hamba jangan dipenjara."
Sambil menahan tawa, raja berkata,
"Tenang, Pak Danu! Kau tak akan dipenjara. Justru kaulah pemenangnya. Lihatlah! Kau berhasil membuat aku tertawa."
Pelan-pelan Pak Danu mengangkat kepalanya. Benar! Raja masih tertawa. Tapi, apa yang membuat Raja tertawa? Bukankah ceritanya tadi sangat membosankan? Batin Pak Danu.
"Perdana Menteri, antar Pak Danu untuk melihat rumah barunya. Serta keluarkan semua peserta dari penjara. Tapi, Pak Danu! Sebelum pulang, bukalah dulu celana panjangmu, karena itu terlalu besar buatmu. Hampir saja badanmu masuk ke dalamnya," Raja tertawa lagi melihat celana yang dikenakan Pak Danu. Barulah Pak Danu sadar. Ya Tuhan! Yang kupakai ternyata celana sang raja. Pantas badanku seperti masuk ke dalam sarung. Besar Raja hampir empat kali besar badanku, gumam Pak Danu.
"Ampun, Raja, hamba tidak sengaja!" Pak Danu membungkukkan badannya berulang kali karena ketakutan.
"Sudahlah! Semoga hadiah ini berguna untuk mengurangi penderitaan seperti kisahmu tadi," ujar raja.
Pak Danu tak henti-hentinya bersyukur atas anugerah yang diterimanya. Sekarang keluarganya hidup bahagia dan tak kekurangan apa pun.
****
Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalau kamu suka membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001
KurzgeschichtenD A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi - Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina - Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...