Rahasia Hadiah Nenek Alma

126 8 0
                                    

Oleh Vanda Parengkuan

Bobo Edisi Detektif Edisi Khusus III/2001


Nenek Alma adalah pelukis terkenal. Suaminya yang arsitek telah lama meninggal. Sebenarnya Nenek Alma mempunyai dua orang putra. Bram dan Niko. Bram telah menikah dan mempunyai anak kembar, Aldo dan Sonia. Namun, tahun lalu, Bram dan istrinya meninggal dalam kecelakaan mobil. Saat itu Aldo dan Sonia baru berusia tujuh tahun. Nenek Alma akhirnya mengambil cucu kembarnya itu untuk tinggal bersamanya. Niko, putra bungsu Nenek Alma, belum menikah. Ia bekerja di pertambangan permata di Afrika Selatan.

Suatu Minggu siang yang sepi, Nenek Alma pergi ke toko bingkai. Tak jauh dari rumahnya. Sebenarnya pagi itu Dokter Theo telah menyuruhnya beristirahat. Akhir-akhir ini kesehatan Nenek Alma memang menurun. Namun Nenek Alma tak sabar ingin segera membingkai lukisannya yang terbaru.

Sementara itu, Aldo dan Sonia asyik berayun di kursi ayun di taman. Tak jauh dari toko bingkai. Shiro, anjing mereka, menemani mereka bermain. Sedang enak-enaknya berayun, tiba-tiba .... SREEEK! Ada yang menahan kursi ayun!

 SREEEK! Ada yang menahan kursi ayun!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"MMMPPHH ...."

Hidung dan mulut mereka dibekap dari belakang! Aldo dan Sonia seketika terbius, tak sempat berteriak. Rupanya mereka dibekap dengan saputangan yang telah diberi obat bius. Beberapa saat kemudian ....

"Syukurlah mereka telah sadar ...."

Samar-samar Aldo dan Sonia mendengar suara nenek mereka. Aaah, rupanya mereka sudah terbaring di tempat tidur Nenek Alma. Nenek berdiri di tepi tempat tidur. Di sebelahnya ada Pak Gendut, pemilik toko bingkai.

"Untung aku tetap ke tokomu walau Dokter Theo telah melarangku keluar rumah. Saat aku melewati taman ... aaah, mengerikan sekali! Penculik itu memakai masker. Aldo dan Sonia sudah dibopong, siap dibawa .... Tapi aneh! Shiro berputar-putar gembira di antara kaki si penculik. Ia tidak menggonggong seperti biasanya jika melihat orang asing ..." Nenek Alma bercerita pada Pak Gendut sambil memegang dadanya yang terasa sakit.

"Saya berada di depan toko saat Ibu tadi berteriak! Ah, sayang sekali! Begitu saya tiba di taman, si penculik sudah kabur dengan mobil boks!" ujar Pak Gendut geram.

Tak lama kemudian, polisi datang dan mulai menyelidik. Pak Sigit, tetangga sebelah rumah Nenek Alma, adalah pensiunan polisi. Dialah yang menelepon polisi begitu mendengar berita percobaan penculikan itu.

Esok harinya, Pak Reserse kembali datang ke rumah Nenek Alma. "Kemarin bagian forensik menemukan surat ini di taman. Mungkin ini milik si penculik. Belum sempat diberikan pada Ibu Alma, dan terjatuh dari sakunya. Surat ini tak ada sidik jarinya," Pak Reserse menyerahkan surat itu pada Nenek Alma. Nenek Alma segera membacanya.,

Kepada Nyonya Alma, Kalau ingin Aldo dan Sonia selamat, serahkan permata-permata pemberian putramu. Saya akan menghubungi anda lagi. Jangan coba-coba melapor polisi!

Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang