Kakek dan Kerang Bertanduk

443 16 0
                                    

Oleh Glory Gracia Christabelle

Bobo Nomor 11 Tahun XXIX 14 Juni 2001

"Wah! Kerang ini indah sekali, Kek!" seru Andi sambil menggenggam sebuah kerang berbentuk tanduk di tangannya. Kakek tersenyum. Cucu kesayangnnya ini memang selalu ingin tahu. "Mau dengar kisah kerang itu, Andi?" tanya Kakek sambil tersenyum. Ia tahu cucunya sangat senang mendengarkan cerita. "Mau!" seru Andi senang. Andi segera duduk di dekat Kakek. Kemudian Kakek John memulai kisahnya.

Suatu hari John muda berhenti di sebuah pelabuhan. Ia memutuskan untuk beristirahat sejenak dari kesibukannya. Oleh karena itu ia meliburkan para awak kapalnya selama dua minggu. Dengan santai, John muda berjalan-jalan di kota pelabuhan. Sinar matahari yang hangat menyinari jalan. John menuju pantai. Ia menikmati debur ombak yang memecah keheningan. Ketika ia tengah menikmati indahnya suasana pantai, sayup-sayup terdengar suara hiruk-pikuk memecah keheningan. John begitu ingin tahu. Ia segera mencari sumber suara tersebut.

Tampak sekumpulan pemuda dan pemudi sedang asyik berlomba-lomba. Mereka berteriak bersahut-sahutan dengan gembira. Karena penasaran, John menghampiri salah satu gadis dan bertanya. "Ada apakah gerangan?" tanya John. "Oh! Kau pasti pendatang di kota ini. Kami sedang berlomba mengumpulkan mutiara. Sementara para pria berlomba menombak ikan. Kami melakukannya pada waktu yang sama setiap hari. Sungguh menyenangkan," jelas gadis yang baru saja tiba di darat.

John sangat terkesan. "Aku juga ingin mencoba," gumam John. "Kalau begitu ikut saja. Aku Nila. Ayo kuperkenalkan pada teman-temanku." John diperkenalkan oleh semua pemuda dan pemudi yang ada saat itu. Mereka sangat ramah. Hari itu John diajak makan ikan bakar bersama di tepi pantai. Mutiara yang mereka peroleh amat bagus. Beberapa diuntai untuk diri sendiri, sisanya dijual di toko perhiasan. Suasana amat ramai penuh canda tawa.

Sejak hari itu John berkumpul dengan mereka setiap hari. Ia belajar menyelam. Semakin hari, ia semakin pandai. John juga belajar menombak ikan. Teman-temannya dengan sabar membantunya. John begitu menikmati pengalaman barunya. Nila juga mengajarinya memilih mutiara yang bagus. Mereka berteman akrab.

Suatu hari Nila membawa dua buah kerang yang indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suatu hari Nila membawa dua buah kerang yang indah. Kedua kerang tersebut berbentuk tanduk dan berbunyi jika ditiup. "John! Kuberikan satu untukmu. Kerang ini amat bagus. Kau dapat mendengarkan suara ombak jika kau tempelkan di telingamu. Kau pun dapat mendengar suara angin berhembus di antara karang laut jika kau tiup." Dengan senang hati John menerimanya.

Beberapa hari kemudian, "Kelihatannya cuaca tidak begitu baik," gumam John. Sementara itu Toma, adik Nila, berlari menuju pantai bersama dua temannya. Tidak ada yang menyadari hal itu. Cuaca benar-benar memburuk. Badai datang dengan cepat. Ombak begitu tinggi. Semua orang menghangatkan diri di rumah. Tiba-tiba di tengah derasnya hujan dan kencangnya angin terdengar bunyi ketukan pintu yang sangat keras. Dengan penuh tanda tanya John membuka pintu.

Tampak Nila dengan napas terengah-engah. "Apakah kau melihat adikku Toma? Ia tidak ada di mana-mana. Berbahaya jika di luar rumah pada saat badai. Dua orang temannya juga tidak ada di rumah," kata Nila dengan napas memburu. John membawa Nila masuk dan menyuguhkan teh panas. Sementara itu otaknya berpikir. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Tadi aku melihat Toma dan dua temannya menuju pantai," kata John. "Benarkah? Kalau begitu aku harus menyusul mereka," sahut Nila cemas. "Tunggu! Aku ikut!" kata John.

Mereka bergegas menuju pantai. John menatap ke segala arah. Tiba-tiba ia melihat dua buah titik hitam yang timbul tenggelam. "Itu mereka!" teriak John. Serta-merta Nila dan John berenang menuju dua titik hitam itu. Mereka menarik kedua orang anak yang sudah kepayahan melawan ombak. Akhirnya mereka sampai ke pantai. "Di mana Toma?" tanya Nila cemas. "Tidak tahu. Ia terpisah. Mungkin tenggelam. Kakak, Badu tidak bernapas," tangis anak itu. John segera memberi pertolongan. Ia menekan dada Badu dan memberi pernapasan buatan. Setelah beberapa lama Badu batuk-batuk dan memuntahkan air. John menarik napas lega. Namun, di manakah Nila?

John tidak melihat Nila di mana pun. "Kak Nila pergi menyelamatkan Toma," kata teman Toma. John amat cemas. Ia tidak dapat menyusul karena badai semakin kencang. Tiba-tiba ia melihat dua buah kepala timbul tenggelam. Dengan segera ia berenang ke arah dua orang tersebut. "Tolong Toma!" kata Nila. John berusaha meraih Toma. Ia berhasil. Namun ketika ia meraih Nila tiba-tiba datanglah ombak besar memisahkan mereka. John terlempar cukup jauh. Namun dengan susah payah ia sampai ke darat. Dengan sisa tenaganya John memberikan napas buatan. Segera setelah Toma terbatuk-batuk dan memuntahkan air, John tak sadarkan diri.

Ketika tersadar, John terbaring di sebuah tempat tidur. Hari sudah siang. Ia mencoba bangun namun tubuhnya masih lemah. "Kau pingsan semalaman. Badanmu masih lemah. Minumlah obat ini. Sesudah itu makanlah!" kata perawat. John menuruti perintah perawat yang menjaganya. "Di mana Nila?" tanya John. "Sayang sekali. Nila tak dapat ditemukan. Kami kira ia sudah tewas dalam badai," jawab perawat sedih. John sangat terkejut mendengar berita itu, rasanya tak percaya. Sesudah merasa lebih sehat, John bangkit dari tempat tidurnya untuk berjalan-jalan. Ia membawa kerang pemberian Nila. Dengan sedih ia menuju ke pantai.

"Nila, kau begitu berani," desah John sedih. Sayup-sayup ia mendengar suara angin berhembus. Tapi tunggu! Itu bukan suara angin. Itu suara kerang berbentuk tanduk yang ditiup. "Nila! Ia masih hidup!" teriak John gembira. Dengan segera ia mengambil sebuah sampan dan mengayuhnya ke tengah lautan. John mencari asal suara tersebut. Akhirnya setelah berputar-putar, John menemukan sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Di sana tampak seorang gadis duduk kelelahan. "Nila! Kau selamat!" teriak John. "Untunglah kau datang! Aku terempas kemarin semalam. Ketika sadar matahari sudah tinggi. Aku berusaha mencari bantuan dengan meniup kerang ini. Hampir saja aku putus asa karena tak seorang pun datang. Terima kasih John." Kemudian Nila pingsan. Dengan hati-hati John membawanya pulang.

 Dengan hati-hati John membawanya pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

John disambut gembira oleh penduduk. Ia menjadi pahlawan. Sebagai hadiah dari penduduk kota, John menerima sebuah peti penuh mutiara. Selama beberapa hari diadakan pesta selamatan. Akhirnya tibalah waktu berpisah. Nila melepas kepergian John sambil meniup kerangnya sementara John membalas dengan tiupan dari kerang miliknya. Semua orang tak pernah melupakan peristiwa itu. Cerita Kakek selesai. Dengan lembut, Kakek meniup kerang itu. Halus sekali bunyinya. Seperti suara angin berhembus di antara karang di lautan. Sementara itu Andi mendengarkannya dengan penuh kekaguman. *****

Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang