Oleh Yoga Triana
Bobo Nomor 19 Tahun XXIX 9 Agustus 2001
Cuaca sore itu tampak cerah sekali. Raja Komara berjalan-jalan di taman bunga putrinya, di sekitar halaman istana. Tentu saja Putri Sekarwangi senang menemani ayahandanya.
"Anakku! Kau pandai sekali menata bunga-bunga ini! Ayah bangga sekali!" puji Raja Komara sambil memperhatikan aneka bunga yang sedang mekar.
Mendengar pujian ayahnya, Putri Sekarwangi hanya tersipu. Rupanya Raja Komara tertarik pada sekuntum bunga mawar. "Boleh Ayah petik sekuntum bunga ini, putriku?" tanya Raja.
"Oh, tentu boleh Ayah," jawab Putri Sekarwangi.
Namun, baru saja tangannya menyentuh tangkai bunga, tiba-tiba dari dalam mahkota bunga muncul seekor lebah. Tangan Raja pun langsung disengatnya. Raja menjerit kesakitan. Tangannya langsung membengkak. Putri Sekarwangi sangat terkejut. Cepat ayahnya dibawa ke dalam istana untuk diobati.
"Maafkan aku, Ayah! Gara-gara aku menanam bunga, lebah-lebah jadi berdatangan," sesal Putri Sekarwangi.
"Kamu tidak salah, anakku. Lebah itu yang salah! Berani-beraninya dia menyengat tanganku!" Raja tampak marah. "Pengawal! Umumkan pada seluruh penduduk negeri ini untuk membasmi semua lebah. Binatang itu sangat berbahaya!" titah Raja.
Sesuai perintah Raja Komara, maka penduduk membasmi setiap lebah yang berkeliaran bebas.
Suatu pagi, Putri Sekarwangi asyik menyirami bunga-bunganya. Suaranya yang merdu membuat burung ikut bersenandung. Setelah merasa lelah, Putri Sekarwangi duduk di tepi kali kecil yang berair jernih. Kedua kakinya dicelupkan ke dalam air. Kedua mata Putri menatap air yang terus mengalir. Di dalamnya terlihat jelas ikan-ikan kecil warna-warni. Tiba-tiba .... Pluk! Ada seekor binatang jatuh ke atas air kali yang sedang mengalir. Ternyata itu seekor lebah.
Lebah itu berusaha untuk tidak terbawa arus. Namun karena tidak bisa berenang, ia timbul tenggelam, meronta-ronta mengepakkan sayapnya. Lama-lama Putri Sekarwangi merasa kasihan. Diraihnya sebuah ranting kecil. Dijulurkannya ke dekat si lebah. Lebah pun naik ke atas ranting itu. Selamatlah ia. Setelah kering, lebah pun terbang kembali. Putri Sekarwangi lupa akan pesan ayahnya untuk memusnahkan setiap lebah.
Suatu hari, Putri Sekarwangi jatuh sakit. Semakin hari tubuhnya semakin lemah. Baginda Raja sangat cemas. Seluruh tabib di negerinya telah dipanggil. Namun tak ada yang mampu menyembuhkannya. Keadaan Putri semakin mengkhawatirkan. Badannya menjadi kurus, wajahnya pucat pasi.
Suatu hari, ketika keadaan istana begitu sunyi, mendadak terdengar bunyi gemuruh. Setelah ditengok, ternyata ada ribuan lebah datang. Celakanya, lebah-lebah itu menuju ke kamar Putri Sekarwangi. Pintu kamar Putri segera ditutup. Namun ada seekor lebah yang lolos masuk ke kamar Putri. Ketika Raja akan memukulnya, lebah itu berkata, "Jangan bunuh kami!"
Raja pun mengurungkan niatnya.
Lebah itu mendekati Putri Sekarwangi yang terkulai lemas. Dengan lembut lebah menyapanya,
"Tuan Putri, jangan takut. Kami lebah-lebah yang selamat dari tangkapan penduduk. Kami tidak bermaksud mengganggumu. Kami hanya ingin menengokmu!"
"Menengokku?" gumam Putri tak percaya.
"Ya! Aku adalah pemimpin lebah. Masih ingatkah Tuan Putri? Tuan Putri pernah menolongku ketika aku tercebur di kali," ujar lebah lagi. Putri mengangguk-angguk.
"Sebagai balas budi, kami ingin memberi sesuatu. Tolong buka jendelanya!" ujar lebah.
Walau ragu, Raja akhirnya membuka jendela. Tampak ribuan lebah membawa sesuatu. Pemimpin lebah berujar lagi.
"Terimalah Tuan Putri! Kami persembahkan sebuah minuman segar. Semoga menjadi obat manjur bagi Tuan Putri. Kami menamakannya madu. Cobalah!"
Lebah-lebah memberikan minuman itu. Dengan sedikit ragu, Putri Sekarwangi meminumnya.
"Bagaimana, Putriku?" tanya Raja penasaran.
"Mmm ... manis, enak! Dan ... dan badanku jadi segar kembali!" jawab Putri semangat.
Demikianlah, sampai beberapa hari lebah-lebah itu memberikan Putri minuman madu. Ajaib! Setelah meminum madu, Putri kembali sehat seperti sedia kala.
Melihat itu, Raja Komara jadi malu. Ternyata lebah adalah binatang yang amat berguna.
"Pengawal! Mulai saat ini, semua penduduk dilarang mengganggu lebah. Madunya ternyata sangat berguna!" begitulah titahnya. *****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001
Historia CortaD A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi - Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina - Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...