Oleh Atik Masyani
Bobo Nomor 36 Tahun XXIX 6 Desember 2001
Jauh sebelum Lebaran tiba, Tante Yasmin sudah membuat empat macam kue. Yang paling cantik dan lezat di antaranya adalah kue Jemari Cokelat. Di tokonya, lebaran kali ini Tante Yasmin menjagokan kue Jemari Cokelat. Bentuknya seperti jemari, penuh taburan kenari, dan ada lapisan cokelat di ujungnya.
Semua kue buatan Tante Yasmin dikemas di dalam aneka toples. Tergantung harga masing-masing kue. Karena kue Jemari Cokelat yang paling mahal, ia dikemas di toples yang paling cantik. Harganya pun paling mahal.
Karena diperlakukan istimewa, kue Jemari Cokelat menjadi sombong.
"Aiiihhh, lihat! Toplesku paling cantik! Pasti orang-orang akan lebih tertarik untuk mencicipi dan membeli aku!" pamer kue Jemari Cokelat.
"Belum tentu! Hargamu terlalu mahal. Tidak semua orang bisa membelimu untuk Lebaran," jawab kue Semprit Kenari gemas.
"Iya, jangan sombong dulu. Berdoa saja agar kita semua laku. Dan Tante Yasmin mendapat keuntungan banyak," kata Nastar Cengkeh tidak mau kalah.
"Kalau tidak ada yang membelimu, pasti Tante Yasmin tidak akan membuat jenismu lagi," kata Putri Salju sengit.
"Kita lihat saja nanti. Pasti akulah yang paling banyak pembelinya," kata Jemari Cokelat tetap tidak mau kalah.
Esoknya, di toko kue Tante Yasmin telah terpajang empat toples kue. Masing-masing sudah ada label harganya. Lengkap pula dengan kue yang disediakan untuk dicicip pembeli. Kue Jemari Cokelat harganya paling mahal. Putri Salju di urutan kedua. Ketiga Semprit Kenari, dan Nastar Cengkih yang terakhir.
Hari itu banyak calon pembeli yang mengantre. Mereka rata-rata ibu-ibu yang akan membeli kue untuk lebaran.
"Wah, kuenya cantik-cantik, ya ..." puji Bu Sastra, pelanggan Tante Yasmin.
Serempak Nastar Cengkih, Putri Salju, Semprit Kenari, dan Jemari Cokelat saling pandang.
"Wah, karena sedang puasa, saya tidak bisa mencicipi. Tapi sepertinya enak semuanya. Saya pesan semuanya, ya, Bu Yasmin. Masing-masing dua kilo. Nanti saya ambil lima hari sebelum Lebaran," kata Bu Sastra.
Tante Yasmin mencatat pesanan Bu Sastra di notesnya. "Terima kasih ya Bu Sastra. Nanti kue pesanan akan diantar ke rumah Ibu," Tante Yasmin membungkuskan beberapa kue pengganti cicipan untuk Bu Sastra.
Begitu Bu Sastra keluar, Nastar Cengkih, Putri Salju, Semprit Kenari bersamaan berkata, "Nah, ucapanmu tidak terbukti, kan, Jemari Cokelat! Buktinya kita semua dibeli Bu Sastra."
Jemari Cokelat hanya bersungut.
Selepas magrib, toko kue Tante Yasmin makin ramai saja. Ibu-ibu banyak yang memuji kelezatan Jemari Cokelat.
"Wah, lezat sekali kue ini, Bu Yasmin! Apa namanya?" tanya seorang ibu, yang langsung membuat Jemari Cokelat tersipu-sipu.
"Namanya Jemari Cokelat, Bu! Kalau mau beli untuk Lebaran, pesan dulu. Supaya kuenya tidak terlalu lama disimpan," jawab Tante Yasmin ramah.
"Wah, tampilannya juga cantik, ya!"
Pujian-pujian itu membuat Jemari Cokelat makin besar kepala. Ia tersenyum congkak ke arah ketiga kue lainnya. Tapi Jemari Cokelat tidak tahu. Sebenarnya ibu-ibu tadi hanya memuji kelezatan dan kecantikannya. Namun mereka tidak memesannya karena harganya mahal. Dalam notes Tante Yasmin, baru Bu Sastra yang memesan Jemari Cokelat.
Seminggu sebelum Lebaran, Tante Yasmin mulai membawa sebagian kue buatannya ke toko. Sebagian lagi dikemas di dalam kardus. Siap untuk diantar Mang Jamal ke rumah para pemesannya. Keempat toples kue masih tetap terpajang di etalase toko kue Tante Yasmin. Mereka berdebar menunggu kue-kue yang dibawa Tante Yasmin hari ini ke toko.
Tuk, tuk, tuk suara hentak sepatu Tante Yasmin terdengar. Pintu toko dibuka. Tampak Tante Yasmin dan Mang Jamal sedang menurunkan beberapa kardus. "Dibuka sekalian, Mang. Biar nanti mudah mencarinya," kata Tante Yasmin.
Kardus pertama dibuka. Isinya ... seratus toples Putri Salju.
"Wah, banyak sekali pemesanmu, Putri Salju," kata Semprit Kenari takjub.
"Yang memesanmu juga banyak, Semprit Kenari. Tuh, lihat! Wow, seratus lima puluh toples," seru Putri Salju.
"Wah, yang memesanku lebih sedikit dari kalian ...." Nastar Cengkih lesu melihat Mang Jamal hanya mengeluarkan empat puluh lima toples.
"Yang di kardus besar itu pasti aku," kata Jemari Cokelat mantap.
Nastar Cengkih, Putri Salju, dan Semprit Kenari saling berpandangan. Jangan-jangan memang benar yang di kardus besar itu adalah Jemari Cokelat.
Wow ... mata Nastar Cengkih, Putri Salju, dan Semprit Kenari terbelalak! Yang di dalam kardus besar itu adalah lima parsel yang isinya masing-masing tiga toples berisi Nastar Cengkih, Putri Salju, dan Semprit Kenari.
"Mungkin pesanan untukku masih ada di rumah. Jumlahku kan lebih banyak, jadi kalian dibawa terlebih dahulu," Jemari Cokelat masih saja sombong.
"Wah, tahun ini perkiraan saya meleset, Mang! Kue yang saya jagokan malah tidak ada yang pesan, kecuali Bu Sastra. Itu pun karena dia pelanggan setia saya. Saya tidak akan membuatnya lagi. Soalnya rugi kalau membuat kue Jemari Cokelat dalam jumlah sedikit," kata Tante Yasmin. Ia mulai mengepak kue-kue sesuai pesanan yang tertulis di notesnya.
Kue Jemari Cokelat langsung menunduk mendengar kata-kata Tante Yasmin. Sebagian lapisan cokelatnya meleleh terkena air matanya.
Nastar Cengkih, Putri Salju, dan Semprit Kenari berharap jumlah mereka lah yang paling banyak dipesan pembeli, daripada Jemari Cokelat. Nastar Cengkih, Putri Salju, dan Semprit Kenari ingin memberi pelajaran kepada Jemari Cokelat, bahwa tidak boleh sombong dan terlalu bangga dengan penampilannya.
Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalau kamu suka membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001
Historia CortaD A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi - Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina - Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...