Bobo Nomor 12 Tahun XXIX 21 Juni 2001
Dito duduk tegak di tempat tidurnya. Dia marah. Lampu di samping tempat tidurnya masih menyala.
Dito belum mau tidur. Dia masih ingin menonton televisi. Ada film seru tentang koboi dan indian. Tapi Dito tidak diizinkan. Sebab sudah terlalu malam.
"Anak kecil tidak boleh tidur terlalu malam!" kata Papa.
"Andai aku sudah besar," pikir Dito dengan kesal. "Maka aku boleh tidur kapan saja aku mau!"
Tiba-tiba ada bunyi gemerisik di tirai. Aha, Tuan Omongkosong datang.
"Kok, kau kelihatan marah, Dito? Ayo, ikut! Aku tahu sesuatu yang asyik, deh!" kata Tuan Omongkosong. Dengan cepat Tuan Omongkosong melompat ke jendela.
Dito sebenarnya masih marah. Tapi dia juga ingin tahu. Karena itu Dito berjalan ke jendela.
Kaca jendela berembun. Tuan Omongkosong kelihatannya penuh rahasia.
Ia berdiri di atas tangannya. Dalam keadaan terbalik ia melirik ke Dito. Lalu ia berdiri kembali di atas kakinya.
"Apa sih yang mau kau tonton?" tanya Tuan Omongkosong.
"Aku mau menonton film," jawab Dito. "Film yang ada koboinya!"
"Bagus! Kau bisa menonton film itu!" sahut Tuan Omongkosong.
"Bagaimana caranya?" tanya Dito heran. "Di kamarku tidak ada televisi!"
"Lihat saja, Dito!" kata Tuan Omongkosong.
Tuan Omongkosong menggambar dengan jari di embun di kaca. Ia menggambar dua orang laki-laki, memakai topi dan membawa senapan. Keduanya menunggang kuda.
"Itu koboi!" teriak Dito.
"Ssst, jangan keras-keras!" kata Tuan Omongkosong.
Kemudian Tuan Omongkosong menggambar tiga laki-laki memakai topeng.
"Ya, ya, itu banditnya!" kata Dito lagi setengah berteriak.
"Ssst, sudah kubilang, jangan ribut!" kata Tuan Omongkosong sambil membelalakkan matanya.
Kini Tuan Omongkosong menggambar beberapa Indian. Mereka bersembunyi di balik batu-batu besar.
"Sekarang perhatikan! Tambah seru, nih!" kata Tuan Omongkosong lagi.
Tuan Omongkosong mengetuk kaca jendela, dan ... tiba-tiba koboi-koboi di jendela bergerak. Kuda-kuda berlari di sepanjang jendela. Para Indian keluar dari balik batu. Dan para bandit mulai menembak. Para koboi melompat turun dari kuda mereka.
"Cihui! Yahui!" teriak mereka.
"Wauw, seperti film koboi sungguhan!" kata Dito. Dia tidak marah lagi.
"Bolehkah aku juga menggambar sesuatu, Tuan Omongkosong?" tanya Dito.
"Boleh!" jawab Tuan Omongkosong.
Dito menggambar singa dengan surai yang panjang. Singa itu menggeliat dan mengaum. "Auuumm ...!" Sehingga semua jadi takut. Para koboi, bandit, dan Indian. Mereka semua kabur.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki di gang.
"Wah, sudah saatnya!" kata Tuan Omongkosong. Dengan saputangannya dia cepat-cepat menghapus gambar-gambar di jendela. Maka koboi, bandit, Indian, dan singa pun hilang.
"Cepat kembali ke tempat tidurmu, Dito!" kata Tuan Omongkosong. Dan ia pun cepat menghilang ke balik tirai jendela.
Dito segera mematikan lampu dan naik ke tempat tidurnya.
Pintu kamar dibuka. Papa masuk.
"Kau belum juga tidur, Dito?" tanya Papa."Ya, sudahlah! Untuk kali ini kau boleh menonton film koboi!"
Haa, Dito senang sekali. Dengan sigap Dito berjalan di belakang Papa ke ruang tengah.
Wah, wah, menonton film koboi sampai dua kali dalam semalam, itu baru namanya beruntung. *** (TL)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001
Storie breviD A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi - Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina - Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...