Oleh E. Wahyu Nugroho
Bobo Nomor 12 Tahun XXIX 21 Juni 2001
Konon pada zaman dahulu kulit Badak masih tipis dan lunak. Akibatnya, setiap malam Badak tidak dapat tidur nyenyak. Ia diganggu oleh gigitan nyamuk. Berkali-kali ia mencoba mengusir nyamuk-nyamuk itu. Namun mereka selalu kembali lagi, ketika ia sudah tertidur. Nampaknya para nyamuk menyukai badannya yang besar dan gemuk.
Akhirnya dengan perasaan jengkel dan putus asa, Badak pergi menemui Kancil. Ia ingin meminta saran dan nasihat. Kancil memang dikenal sebagai binatang paling pandai.
"Kok murung, ada masalah apa, Dak?" tanya Kancil saat Badak datang menemuinya.
"Ini lo Cil, setiap malam tidurku selalu diganggu oleh nyamuk. Lihat, badanku banyak bintul-bintul merahnya kan!" keluh Badak.
"Wah, iya Dak. Ini pasti karena kulitmu tipis dan lunak. Jadi nyamuk senang menggigiti badanmu."
"Lalu aku harus bagaimana, Cil?"
"Coba kamu makan yang keras-keras, seperti batu dan kerikil. Siapa tahu kulitmu bisa menjadi tebal dan keras."
"Baik, aku akan mencobanya. Terima kasih, Cil."
Kemudian Badak pergi ke pinggir hutan yang banyak terdapat batu. Ia mencoba memakan sebongkah batu. Namun rasanya tidak enak dan terlalu keras.
"Wah, bisa-bisa gigiku patah nih," gumam Badak.
Tiba-tiba Badak melihat sekumpulan benda aneh di bawah sebuah pohon. Bentuknya agak bulat dan meruncing. Badak tidak tahu bahwa benda aneh itu adalah rumah siput. Ia malah mengiranya sejenis bebatuan. Ketika itu, memang para siput masih meninggalkan rumahnya bila sedang pergi mencari makan.
Sebaiknya aku coba yang ini saja, siapa tahu lebih enak, pikir Badak. Ia mencoba memakannya sebuah. Ternyata ia menyukainya. Lalu ia segera memakan habis semua rumah siput yang berada di bawah pohon tersebut.
Sejak saat itu Badak rajin berkeliling hutan. Ia mencari dan memakan rumah siput yang berhasil ditemukannya. Lama-lama kulitnya pun menjadi keras dan tebal.
Tentu saja para siput menjadi kesal dan bingung. Banyak rumah mereka yang hilang, saat ditinggal pergi. Akhirnya mereka sepakat untuk menjumpai Kancil dan meminta nasihatnya.
"Cil, tolonglah kami. Rumah kami banyak yang hilang, sewaktu kami tinggal pergi. Kelihatannya ada pencuri yang memakan rumah kami," keluh para siput saat bertemu Kancil.
"Kalau begitu, bawa saja rumah kalian bila bepergian," usul Kancil.
"Wah, betul juga kamu, Cil. Terima kasih, ya ...."
Setelah para siput pergi, Kancil buru-buru mencari Badak. Ia tahu bahwa pasti itu ulah Badak. Saat bertemu, Kancil segera memberitahunya. Badak pun menghentikan perbuatannya. Apalagi kini kulitnya telah menjadi tebal dan keras, sehingga nyamuk tidak mengganggu tidurnya lagi.
Akhirnya hingga sekarang, kulit Badak tetap tebal dan keras. Konon sejak saat itu pula, siput selalu membawa rumahnya ke mana pun mereka pergi. *****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001
Historia CortaD A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi - Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina - Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...