Ike

76 5 0
                                    

Oleh Edwin Aldrian

Bobo Nomor 32 Tahun XXIX 8 November 2001


Inneke baru berusia lima tahun. Mamanya memanggilnya Ike. Ia cerewet dan suka sekali berdandan, memakai bedak mamanya. Setelah itu, ia biasanya berjalan berlenggak-lenggok.

Suatu siang, Ike tidak tidur siang seperti yang diperintahkan mamanya. Ia menaiki bangku dan menyalakan lampu. Lalu menutup pintu kamar dan jendela rapat-rapat. Karena ada lampu, kamarnya tetap terang benderang.

Kini Ike bersenandung dengan irama tak keruan. Lalu berlenggak-lenggok di atas tempat tidur seperti peragawati. Ia yakin, mamanya tak bisa mendengar suaranya. Namun, dugaan Ike ternyata salah. Mamanya mendengar suaranya. Kini mamanya mengintip dari pintu yang dibuka sedikit.

 Kini mamanya mengintip dari pintu yang dibuka sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hihihihi ...." Ike tertawa cekikikan. Ia merogoh kantongnya dan mengeluarkan beberapa benda.

"Apa itu?" gumam Mama Ike penasaran.

Ternyata itu bedak dan lipstik Mama Ike.

Ike turun dari tempat tidur dan menuju ke cerminnya. Ike mulai membedaki wajahnya, terus sampai ke lehernya. Kemudian ia mengoleksi bibirnya dengan lipstik. Goresan lipstik ternyata melenceng. Pipinya kini penuh garis merah panjang. Dagunya juga ikut-ikutan merah. Ike kurang puas melihat hasil dandanannya. Kini ia menaburkan bedak ke seluruh mukanya.

Sementara itu, perlahan-lahan tangan Mama terulur ke kontak lampu. Dan .... Klik!

Mama mematikan lampu. Kamar menjadi gelap. Hanya sedikit cahaya dari pintu yang terbuka sedikit. Ike kaget! Ia lebih kaget lagi ketika melihat ke cermin. Di situ tampak anak kecil berwajah seram. Seketika itu juga ia berteriak,

"Maaa!"

Ike berusaha memejamkan matanya. Tapi ia ingin juga melihat wajah itu. Wajah yang bertaring. Pipi, bibir, dan dagunya berlumuran darah merah. Hiii ....

Saat itu Mama kembali menekan kontak lampu.

Klik!

Lampu kembali menyala. Ike melihat ke cermin. Barulah ia tahu kalau anak berwajah seram itu ternyata dirinya sendiri. Ia juga baru tahu kalau mamanya yang memati-hidupkan lampu.

Ike ingin marah. Tapi ia sadar kalau semua itu kesalahannya. Ike lalu berlari memeluk mamanya.

"Maafkan Ike, Ma!" bisiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maafkan Ike, Ma!" bisiknya. ***


Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalau kamu suka membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.

Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang