Oleh Benny Rhamdani
Bobo Nomor 16 Tahun XXIX 19 Juli 2001
Shallu sangat mencintai istrinya, Rawina. Apa saja yang diinginkan istrinya ia berusaha menurutinya. Meski untuk itu Shallu harus bekerja keras sebagai penjual buah keliling. Sampai suatu hari istrinya meminta Shallu untuk berganti pekerjaan.
"Aku ingin kau jadi pejabat istana, suamiku," pinta Rawina.
"Mengapa harus jadi pejabat istana?" tanya Shallu bingung.
"Tadi siang aku pergi ke pasar. Tapi pasar itu ditutup untuk umum selama beberapa waktu karena ada istri pejabat istana yang sedang berbelanja. Hal ini sudah sering kali terjadi," cetus Rawina dengan nada iri.
Shallu yang malang terpaksa berpikir keras untuk mewujudkan keinginan istrinya. Keesokan harinya ia membeli tikar, dupa, buku-buku ramalan, dan seperangkat alat yang biasa digunakan para tukang ramal lainnya. Kemudian ia menggelar perabotannya tak jauh dari gerbang istana.
Kebetulan saat itu, sang Ratu yang hendak mandi menyuruh seorang dayangnya untuk menyimpan anting-antingnya di tempat aman. Dayang yang tahu bahwa dirinya sering pelupa, menyimpannya di lubang tembok kamarnya. Tak lupa ia menyimpan sehelai rambut sebagai tanda di lubang itu.
Namun kesibukan dayang itu membuat lupa. Maka ketika sang Ratu bertanya tentang anting-antingnya, dayang itu kalang kabut mencarinya. Masalahnya, anting-anting itu adalah perhiasan kesayangan Ratu. Hukuman terberat bisa saja ditimpakan padanya.
Dayang pelupa itu berusaha kabur dari istana. Tapi di pintu gerbang ia melhat seorang peramal tengah duduk serius. Dayang itu berharap peramal itu dapat membantunya.
"Saya dalam bahaya, Pak. Saya lupa tempat menyimpan anting-anting Ratu. Jika Bapak dapat mengingatkan saya tempatnya, saya akan berterima kasih sekali," kata dayang itu.
Peramal itu tidak lain adalah Shallu. Ia sedang melamun saat dayang itu datang. Diingatnya wajah istrinya yang cantik. Yang membuatnya jatuh cinta kepadanya adalah rambut istrinya yang panjang dan hitam mengkilat. "Ya, rambut itu ... rambut itu," gumam Shallu.
Dayang itu terkejut mendengar kata-kata Shallu. Ia segera teringat lubang tembok yang ditandai rambutnya. Segera saja ia kembali ke istana setelah mengucapkan terima kasih. Dicarinya anting-anting milik Ratu. Sambil menyerahkan anting-anting Ratu, dayang itu langsung menceritakannya kepada baginda Raja.
Tidak berapa lama kemudian Shallu pun diminta untuk bekerja di istana. Ia diangkat Raja sebagai peramal istana. Rawina merasa bangga dengan pengangkatan itu. Namun Shallu malah menjadi cemas, karena ia memikirkan akibat yang harus ditanggungnya jika Raja mengetahui hal sebenarnya.
Beberapa hari setelah Shallu menjadi peramal istana, Raja memanggilnya untuk sebuah tugas. Shallu diminta menangkap pencuri yang telah mengambil sejumlah perhiasan milik Ratu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001
NouvellesD A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi - Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina - Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...