Tikus Kecil yang Cerdik

193 7 0
                                    

Bobo Nomor 17 Tahun XXIX 26 Juli 2001


Pada suatu hari, hiduplah seorang petani bersama anjingnya yang selalu setia mengikutinya ke mana pun ia pergi. Dari rumah ke kandang, dari kandang ayam ke kandang kuda. Setiap hari Minggu, mereka memakai topi dan pergi berburu bersama. Yang satu mengikuti yang lain. Sepanjang hari, petani itu bersiul memanggil anjingnya.

"Sini anjingku!"

"Kemari anjingku!"

"Berbaring anjingku!"

"Berdiri anjingku!"

Si anjing dengan susah payah mengikuti langkah-langkah petani itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si anjing dengan susah payah mengikuti langkah-langkah petani itu. Ia mengeluh, "Ah, kalau saja aku punya rumah sendiri, aku bisa lebih tenang menikmati tulang. Alangkah enaknya!"

Petani itu juga mempunyai seekor kucing yang mengeong sepanjang hari. "Ke sini petani! Bukakan pintu untukku petani!" Petani itu selalu membukakan pintu untuknya, tapi si kucing tetap saja mengeluh. "Ah, kalau saja aku punya pintu kecil seukuran badanku. Aku tak perlu lagi mengeong. Aku bisa pergi kapan saja aku suka."

Tapi petani itu sangat sibuk dengan sapi, ayam, babi, dan kambingnya. Ia benar-benar tak punya waktu untuk membuat kandang bagi anjingnya atau pintu bagi kucingnya. Lagi pula, pekerjaan seperti itu sangat menjengkelkannya. Ia lebih suka duduk-duduk membaca koran di sofanya.

Tetapi sejak beberapa hari yang lalu, seekor rubah datang di malam hari. Tanpa menimbulkan suara, ia mencuri seekor ayam betina dan anak ayam.

Petani bersiul memanggil anjingnya dan berkata, "Dengar baik-baik! Kalau kau bisa mencegah rubah itu mencuri ayam-ayamku, kau akan kubuatkan kandang terbagus yang belum pernah dilihat orang."

Anjing itu sangat gembira. Ia berlari ke sana kemari dan berkata pada semua orang, "Aku akan punya kandang! Aku akan punya kandang!" Ketika ia bertemu kucing, ia berteriak, "Kau ingin pintu, aku ingin kandang. Lihat saja! Aku akan lebih dulu mendapatkan apa yang kuinginkan!"

"Heran!" hanya begitu jawaban si kucing.

"Tak ada yang perlu diherankan!" sahut anjing. "Aku berhak mendapatkan kandang itu. Aku telah banyak berkorban mengikuti petani langkah demi langkah."

"Hmmm ... kita lihat saja nanti," gumam kucing.

Malam pun tiba. Anjing itu berjaga-jaga di dekat kandang ayam. Telinganya ditegakkan. Dengan seksama, ia mendengarkan suara-suara dan mengendus bau-bauan. Berkali-kali ia mengelilingi kandang hingga kakinya terasa sakit. Sungguh sayang, ketika rubah berlari membawa seekor ayam, anjing itu sudah tak punya tenaga lagi untuk mengejarnya.

Tentu saja keesokan harinya petani merasa tidak senang. Ia berkata pada anjingnya, "Cobalah berjaga lebih baik malam ini. Kalau kau berhasil, aku akan mengecat kandangmu nanti dengan warna biru yang indah."

Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang