Oleh Andri Priyatna
Bobo Nomor 31 Tahun XXIX 1 November 2001
Romi dan Ifan teman sekelas. Sama-sama kelas VI SD. Mereka duduk sebangku. Keduanya sama pandai dan sama kreatif.
Pada suatu hari, "Fan, mau tidak belajar menjahit bola?" tanya Romi ketika mereka sedang makan es krim di kantin sekolah.
"Oooh, bola sepak, ya?" tanya Ifan.
"Iya. Dapat honor lagi!"
"Susah tidak?" Ifan penasaran.
"Jangan takut, pasti bisa!" kata Romi yakin.
"Iya deh. Nanti juga bisa!" sambung Ifan.
Sorenya, setelah menyelesaikan PR, Ifan datang ke rumah Romi.
"Memangnya siapa yang menjadi perajin bola di sini?" tanya Ifan.
"Banyak! A'a-ku juga ikut jadi perajin lo!" jawab Romi. "A'a pernah ikut program pelatihan kerja di pabrik bola. Setelah pelatihan selesai, ya langsung ikut jadi perajin." Dalam bahasa Sunda, A'a berarti kakak.
Kebetulan saat itu A'a Nendi, kakak Romi, sedang asyik menjahit bola di bawah pohon jambu air di kebun belakang.
"Boleh ikut belajar menjahit, A?" tanya Romi.
"Tentu saja boleh. Namun sebelum menjahit kalian harus belajar dulu menyerut benang, lalu memasang jarum jahitnya," jawab Nendi.
Ia pun langsung mengajari Romi dan Ifan cara menyerut benang dengan punggung cutter. Ruas benang itu harus diserut sampai menyerupai rambut. Lalu dianyam dan digosok dengan lilin.
Romi nampak kesal. Sudah beberapa kali benang yang diserutnya putus. Habis, ia menyerutnya terlalu keras sih! Ifan pun sama. Namun ia tenang-tenang saja.
"Gimana, Fan? Sudah bisa?" tanya Romi.
"Nanti juga bisa," jawab Ifan sambil terus menyerut benang. Kali ini dengan serutan yang lembut, dan memang begitu harusnya. Selesai menyerut langsung diambilnya lilin dan digosokkannya pada benang yang sudah diserut. Kemudian dianyam ujungnya.
"Nah, beres kan!" seru Ifan senang.
"Aku kok selalu putus, ya?" Romi heran.
"Jangan keras-keras nyerutnya, nanti gampang putus!" kata Ifan. Nendi pun membenarkan.
"Sudah selesai, Fan? Sekarang kita belajar cara memasang jarumnya," Nendi memperagakan cara memasang jarum jahit pada benang. Ini memang tidak begitu susah. Ifan pun langsung bisa. Saat Ifan belajar menjahit, Romi masih menyelesaikan serutannya.
"Satu bola itu terdiri dari tiga bagian," jelas Nendi. "Dua bagian disebut 'bintang', karena bentuknya mirip bintang. Dan satu bagian disebut 'sabuk', karena mirip sabuk. Masing-masing tersusun dari dua jenis panel. Segi enam dan segi lima."
Romi kini baru menyelesaikan serutannya.
"Susah, ya!" keluh Romi sambil menyeka keringat di pipinya.
"Katamu, pasti bisa!" canda Ifan. Romi cuma tersenyum malu. Ifan sudah mulai membuat 'bintang'. Untuk membuat satu bola, ia harus menyelesaikan dua buah 'bintang' dan satu buah 'sabuk'.
Saat menjahit, Romi sering mengeluh. Ya menarik benangnya susahlah. Atau kelewat keras hingga panelnya sobek dan harus diganti baru. Ia pun hampir menangis ketika jarinya tertusuk ujung jarum sampai berdarah.
Hari pun beranjak senja.
"Sudah, Rom, besok diteruskan. Mandi dulu sana, sudah sore!" ujar Nendi. "Dan Ifan, besok ke sini lagi, ya!" Nendi memberesi peralatan menjahitnya. Ifan dan Romi ke teras depan.
"Ternyata menjahit bola itu susah, ya!" keluh Romi. Di meja sudah tersedia dua cangkir teh manis dan singkong rebus.
"Tenang saja, nanti juga bisa," jawab Ifan senang sambil menyeruput teh manisnya.
"Apa sih maksudmu 'nanti juga bisa'. Kamu sering sekali menyebut-nyebut kalimat itu. Waktu kita belajar roll dan back-roll saat olahraga, waktu percobaan biologi, waktu kita pramuka, saat belajar mendirikan tenda ...."
Ifan cuma tertawa. Sementara Romi keheranan.
"Kamu juga! Kamu kan sering sekali berkata 'pasti bisa', hayo!" balas Ifan. Romi tersenyum malu.
"Aku sih supaya optimis saja," jawab Romi. "Biar jadi bisa."
"Namun kalau gagal, kamu sedih kan? Kesal, malah sampai menangis, kan?" goda Ifan. Teringat kejadian tadi, saat jari Romi tertusuk jarum jahit.
"Ketusuk jarum itu sakit, tau!" Romi pura-pura marah.
"Aku tadi tertusuk jarum juga," jawab Ifan sambil menunjukkan jarinya yang berdarah sedikit, tertusuk jarum jahit.
"Kamu kok tidak mengeluh?" Romi jadi heran lagi.
"Itulah sebabnya aku selalu berkata 'Nanti juga bisa'. Itu pun sama, biar aku menjadi optimis. Tetapi kalau sekarang ternyata gagal, ya tidak apa-apa. Nanti juga bisa. Mungkin besok, lusa, atau minggu depan atau bulan depan ...."
Romi cuma manggut-manggut sambil mengulum ujung jarinya yang luka. Besok sore mereka belajar menjahit bola lagi. Nanti juga bisa .... ***
Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalau kamu suka membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001
Historia CortaD A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi - Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina - Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...