Oleh Sudaryani
Bobo Nomor 44 Tahun XVIII 1 Februari 2001
Mbok Randa yang miskin, tinggal di dusun. Hidupnya tak pernah bahagia. Suaminya meninggal beberapa tahun lalu. Kedua orang anak laki-lakinya, Purwa dan Wasana, tak pernah hidup rukun. Karena tak mampu merukunkan kedua anaknya, Mbok Randa membawa mereka menghadap Pangeran Sepuh. Ia adalah seorang sakti, panutan warga dusun itu. Sebenarnya, ia seorang bangsawan. Namun, ia memilih tinggal di dusun, jauh dari keramaian.
"Saya serahkan kedua anak saya ini, Pangeran Sepuh. Seandainya mereka hendak dihukum, saya pun rela," kata Mbok Randa putus asa.
Pangeran Sepuh menatap Purwa dan Wasana dengan pandangan matanya yang tajam. Ia memutuskan untuk memberi kesempatan pada kedua anak itu untuk memperbaiki tabiatnya. Jika kelak mereka bisa rukun, ia tak akan menghukum mereka. Sebaliknya, kalau masih selalu bertengkar, ia akan memberikan hukuman berat.
Pangeran Sepuh memberikan dua ekor burung merpati agar dibawa pulang Mbok Randa. "Ini bukan merpati sembarangan. Ini merpati mata-mata. Keduanya akan melihat perbuatan Purwa dan Wasana sehari-hari. Lalu, merpati ini akan melapor padaku," kata Pangeran Sepuh.
Keberadaan dua merpati mata-mata ini membuat Purwa dan Wasana berubah perangai. Setiap kali hendak bertengkar, pasti mereka menahan diri. Sebab, khawatir jika dilihat merpati, lantas dilaporkan pada Pangeran Sepuh. Purwa mulai sering mengalah pada adiknya. Wasana pun mulai menghormati kakaknya. Sampai suatu saat, kedua merpati itu tampak sibuk. Silih berganti mereka mencari rumput dan daun kering untuk alas bertelor.
Purwa dan Wasana memperhatikan itu dengan saksana. Mereka pun jadi sadar, dengan bergotong royong, pekerjaan berat akan lebih cepat selesai. Kedua anak itu pun mencontoh tindakan kedua merpati mata-mata. Mereka mau saling membantu dalam bekerja.
Tahun telah berganti. Kini, sepasang merpati mata-mata itu sudah beranak-pinak menjadi banyak sekali. Seiring dengan itu, Purwa dan Wasana pun telah terbiasa rukun. Hal itu membuat hati Mbok Randa bahagia.
Suatu hari, Mbok Randa dan kedua anaknya menghadap Pangeran Sepuh. Mereka bermaksud mengembalikan merpati mata-mata beserta seluruh keturunannya. Akan tetapi setibanya di sana, Pangeran Sepuh justru menyuruh kedua anak itu memeliharanya.
"Kalau merpati keturunannya, kami akan memeliharanya, Pangeran Sepuh. Kami memang suka burung merpati," kata Wasana jujur.
"Tetapi, kedua merpati mata-mata yang sakti ini, biar kami kembalikan kepada Pangeran Sepuh saja," Purwa menyambung.
Pangeran Sepuh tertawa. Katanya, burung itu sebenarnya merpati biasa. Bukan merpati sakti. Bukan pula merpati mata-mata. Akan tetapi, Purwa dan Wasana tetap menolak. Menurut mereka, biarlah merpati mata-mata itu di rumah Pangeran Sepuh saja.
"Kelak, jika ada anak yang tak mau rukun, lantas dibawa ke sini, Pangeran Sepuh bisa memberikan merpati itu," kata Wasana.
"Ha ... ha ..., kalian inipintar!" puji Pangeran Sepuh lega. Suasana pertemuan itu benar-benar melegakan.***
Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalaukamu suka membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001
Historia CortaD A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi - Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina - Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...