D A F T A R I S I
Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001
- Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi
- Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina
- Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna
Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...
Saudagar Pang mempunyai dua pelayan kepercayaan. Yang gemuk dan makannya banyak bernama Tong. Sementara yang kurus dan makannya sedikit bernama Ting.
Pada suatu hari Saudagar Pang memanggil dua pelayan itu.
"Tong dan Ting, aku akan mengutus kalian pergi menemui putera sulungku. Sampaikan ini pada puteraku," Saudagar Pang mengeluarkan kantung kecil dari peti di hadapannya.
Di depan kedua pelayan kepercayaannya, Saudagar Pang membuka kantung kulit tersebut dan memperlihatkan isinya. Sekeping uang emas yang berkilat-kilat.
"Katakan pada puteraku, ini adalah Keping Keberuntungan. Keping Keberuntungan ini kudapat dari ayahku. Dan sekarang kuberikan padanya. Pesanku pada kalian, apa pun yang terjadi, jangan sampai Keping Keberuntungan ini jatuh ke tangan orang lain," pesan Saudagar Pang.
Keesokan harinya, Tong dan Ting meninggalkan rumah Saudagar Pang. Mereka berangkat pagi-pagi sekali karena putera sulung Saudagar Pang tinggal di kota yang jauh.
Sejak meninggalkan rumah Saudagar Pang, gerobak terus berderap. Menjelang tengah hari, gerobak mereka baru berhenti. Untuk memberi makan, minum, dan kesempatan pada kuda-kuda beristirahat. Dan tentu juga agar Ting dan Tong dapat makan, minum, dan beristirahat.
Sedang enak-enaknya melahap bekal makan siang, tiba-tiba tiga orang berperawakan besar menghampiri mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Serahkan harta kalian!" bentak orang yang paling besar.
"Kami tak membawa apa-apa," sahut Ting gemetaran.
Sementara itu Tong bergegas bangkit, menghampiri gerobak, lalu membungkuk untuk melepas tali pengikat selubung gerobak. Setelah itu ia menyIngkir kembali ke samping Ting.
"Celaka, Keping Keberuntungan kita ada di gerobak! Mengapa kau buka selubung gerobak kita?" bisik Ting.
Tong diam saja. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Tiga orang jahat tersebut mengambil semua muatan gerobak lalu memuatnya ke atas kuda-kuda mereka yang disembunyikan di balik semak-semak.
Saat penjahat-penjahat itu mencongklang kudanya meninggalkan Tong dan Ting, Tong mengangkat dagunya. Jatuhlah sesuatu ke atas tangannya. Kantung Keping Keberuntungan.
"Daguku cukup lebar untuk menyembunyikan kantung ini dari mata orang-orang jahat tersebut. Kuselipkan diam-diam saat aku membungkuk di dekat gerobak," Tong terbahak.
Ting tersenyum lebar. Ia tahu sekarang mengapa Tong tak menjawab pertanyaannya tadi.
Sungguh mujur Keping Keberuntungan tidak jatuh ke tangan orang-orang jahat itu. Tapi bekal makanan mereka tak tersisa lagi. Padahal baru tengah malam nanti mereka sampai di kota tujuan. Meskipun mereka membawa pundi-pundi uang di balik baju mereka, mereka tidak yakin akan menemukan kedai di perjalanan.
Perjalanan berikutnya benar-benar menghabiskan tenaga. Tong yang sangat doyan makan menjadi sangat tersiksa.
Akan tetapi, tanpa bekal makanan ternyata bukan merupakan akhir cobaan buat mereka. Ketika gerobak meninggalkan padang rumput, lima lelaki melompat keluar dari balik tumpukan batu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Berhenti!" bentak salah seorang dari mereka.
Lagi-lagi kawanan penjagat menghadang mereka.
Tong dan Ting turun dari gerobak. Mereka membiarkan penjahat-penjahat tersebut memeriksa gerobak. Karena tak mendapatkan apa-apa, pemimpin kawanan itu memerintahkan anak buahnya menggeledah Tong dan Ting.
Keringat dingin mulai membasahi tengkuk Tong. Benar-benar celaka. Kantung Keping Keberuntungan disembunyikan di balik ikat pinggang Ting. Dengan digeledah, kantung tersebut pasti ditemukan penjahat-penjahat itu.
Tong semakin cemas saat penjahat menemukan pundi-pundi uang di balik bajunya. Ia yakin benar Keping Keberuntungan pasti jatuh ke tangan penjahat-penjahat tersebut. Terbersit dalam benaknya untuk melawan. Tapi ia menjadi ragu ketika melihat golok besar yang terselip di pinggang kawanan penjahat.
Tak lama kemudian penjahat-penjahat tersebut melenggang pergi, meninggalkan Tong dan Ting dengan gerobaknya.
"Sungguh sial! Kita tak bisa menjalankan perintah majikan kita kali ini," keluh Tong.
Ting tak menyahut. Ia membuka mulutnya lebar-lebar, mengeluarkan tangannya, dan mengeluarkan sesuatu dari mulutnya. Kantung Keping Keberuntungan.
"Aku tidak bodoh," kata Ting. "Mereka pasti tak mengira aku menyembunyikan sesuatu di rongga mulut."
Tong benar-benar lega. Ia baru tahu betapa temannya yang satu ini tak kalah cerdiknya dari dia.
Tak ada gangguan lagi di perjalanan sampai mereka tiba di rumah putera Saudagar Pang. Keping Keberuntungan sampai di tangan yang berhak tanpa kurang sesuatu apa pun. Dua pelayan itu memang patut menjadi pelayan kepercayaan. *****
Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalaukamu tertarik membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.