Bobo Nomor 12 Tahun XXIX 21 Juni 2001
Raja Nayansukh hanya dapat melihat dengan satu mata. Ia sangat sombong dan banyak omong kosong. Para pejabat maupun rakyat tidak begitu menyukai kepemimpinannya karena sang raja sering membuat aturan yang aneh-aneh. Satu di antaranya adalah memilih pejabat istana hanya bagi mereka yang dapat melihat dengan satu mata.
Kebiasaan paling buruk Raja Nayansukh adalah mengundang raja-raja tetangga untuk mendengar bualannya. Suatu ketika Raja Karan Singh dari kerajaan tetangga membuat janji untuk mengunjunginya. Raja Nayansukh khawatir bila kebiasaannya membual membuatnya kehilangan muka di depan Raja Karan Singh.
Karena terdesak situasi, Raja Nayansukh mengumumkan bahwa ia memerlukan seseorang yang cerdik untuk menemaninya selama berbicara dengan Raja Karan Singh. Tentu saja ia harus bermata satu.
Mendengar pengumuman itu, seorang pria yang cerdik bernama Murkhanand memutuskan untuk mendatangi kerajaan. Karena kedua matanya normal, ia berpura-pura menutup sebelah matanya dengan penutup mata dari kulit.
"Baginda, saya siap untuk membenarkan semua kesalahan yang mungkin baginda ucapkan selama bertemu dengan Raja Karan Singh," kata Murkhanand.
"Baiklah, kau kini kuangkat jadi pejabat istana. Tapi ingat, jika kau gagal, maka kau akan dihukum lima puluh kali cambukan," titah Raja Nayansukh.
"Saya menerima persyaratan itu," sahut Murkhanand.
Dua hari kemudian Raja Nayansukh dan Raja Karan Singh bertemu di istana. Raja Nayansukh mulai membual.
"Kemampuan berhitungku amat hebat. Sampai-sampai aku sanggup menghitung jumlah rambutku," bualnya.
"Tidak mungkin," protes Raja Karan Singh.
"Baginda benar," sela Murkhanand. "Baginda mengatakan itu karena dulu sewaktu baginda dicukur botak, sengaja disisakan sedikit rambut baginda di bagian depannya. Dan saat itu baginda menghitungnya ada tiga puluh helai rambut," jelasnya. Mendengar hal itu Raja Karan Singh langsung manggut-manggut. Para pejabat lainnya merasa gembira.
Tak berapa lama kemudian Raja Nayansukh berkata lagi, "Kehebatan memanahku tidak tertandingi. Suatu ketika aku memanah seekor harimau pada bagian kakinya dan menembus hingga telinganya."
"Benar-benar mustahil," kata Raja Karan Singh tertawa.
Para pejabat merutuki kalimat raja mereka dalam hati. Raja Nayansukh segera menyadari ketololannya dan meminta Murkhanand untuk menjelaskan maksudnya tadi.
"Maksud baginda, ketika baginda memanah kaki harimau itu, kebetulan harimaunya sedang menggaruk telinga. Sehingga ketika anak panah baginda yang ditujukan ke arah kaki harimau itu dilepaskan, ternyata langsung menembus telinga harimau itu," jelas Murkhanand menyelamatkan muka baginda. Para pejabat diam-diam memuji kecerdasan Murkhanand.
Raja Nayansukh juga terkesan. Ia bertambah yakin bahwa apa pun yang akan dikatakannya dapat dijelaskan oleh Murkhanand. Lalu ia dengan bangga berkata, "Suatu ketika aku memanah seekor kijang tepat di jantungnya dan anak panah itu langsung membawanya hingga ke istanaku."
"Benarkah? Kurasa anda terlalu berlebih-lebihan," tuding Raja Karan Singh.
"Ini benar. Murkhanand, coba jelaskan maksudku tadi!" titah baginda raja.
"Tidak, baginda. Saya tidak dapat menjelaskan kebohongan yang satu ini," sahut Murkhanand.
Raja Nayansukh menjadi marah. "Kalau begitu kau harus dicambuk," perintahnya.
Para pejabat langsung duduk terdiam, meski sebenarnya mereka ingin membela Murkhanand karena semua ini terjadi karena kebodohan baginda.
Murkhanand kemudian dicambuk. Namun pada cambukan kedua ia malah tertawa girang sambil melompat. "Ayo cambuk aku sekali lagi!" pintanya pada algojo yang memegang cambuk. Melihat hal itu Raja Nayansukh meminta algojonya berhenti. "Hei Murkhanand, mengapa kau kelihatan senang setelah dicambuk?" tanya baginda.
"Baginda, ini keajaiban. Sebelah mataku kini sembuh setelah dicambuk tadi," kata Murkhanand sambil membuka penutup sebelah matanya.
"Sungguh?" Raja Nayansukh kurang percaya.
"Ya, sekarang aku dapat melihat dengan kedua mataku," tambah Murkhanand. Raja Nayansukh kemudian menghampiri algojo yang tadi mencambuk Murkhanand. "Hey algojo! Sekarang cambuk aku hingga mataku sembuh!" titahnya.
Algojo itu kemudian mencambuk Raja Nayansukh.
"Ayo terus! Aku masih belum juga dapat melihatnya!" teriak baginda berulang kali.
Akhirnya Raja Nayansukh tak sadarkan diri dan mengembuskan napas terakhirnya. Para pejabat sangat senang dengan kecerdikan Murkhanand. Mereka kemudian bersepakat menjadikan Murkhanand sebagai raja yang baru. ***
(Judul asli: Clever Murkhanand, by Yugal Kishore, Diterjemahkan oleh: Benny Rhamdani)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001
Cerita PendekD A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi - Dongeng "Lelaki Penunggang Beruang" oleh Ayu S. Aulina - Cerpen "Pengalaman Baru Pino" oleh Ny. Widya Suwarna Bobo Nomor 9 Tahun XXIX 31 M...