3. First Night

718 58 91
                                    

18+

Rio tidak bisa mengendalikan diri lagi. Dia tidak bisa berhenti. Nafsu itu semakin menguasainya. Hasrat sebagai laki-laki yang seharusnya tidak ia biarkan bangun pada cowok seusianya, kini meledak tanpa bisa ia cegah. Rio merasa belum puas hanya dengan mencium bibir Ify. Belum puas hanya dengan merasakan bagaimana bibir Ify yang semakin membuatnya hilang kendali.

Entah setan apa yang tadi membisikkan sesuatu di telinga Rio hingga kini dia membawa Ify ke dalam hotel yang tak jauh dari club. Ify masih dalam keadaan mabuk, sedangkan Rio yang masih setengah sadar, tidak bisa berpikir jernih lagi. Setelah check in, Rio lantas mengangkat tubuh Ify sambil sesekali mencium bibir gadis itu hingga sampai di dalam kamar yang ia sewa.

Rio langsung menidurkan Ify di atas tempat tidur. Sedang dia sendiri mulai membuka satu persatu kancing kemejanya. Lalu membukanya hingga kini Rio sudah dalam keadaan bertelanjang dada. Rio langsung menindih Ify dan mencium lagi bibir Ify. Dua tangannya tidak diam. Satu tangannya merayap ke punggung Ify untuk menarik turun resleting dari gaun yang masih melekat di tubuh gadis ini. Sedang satu tangannya memberi usapan lembut pada bagian bawah tubuh Ify yang kini membuat gadis ini melenguh hingga mendesah.

Desahan yang membuat Rio semakin tidak ingin berhenti. Desahan yang membuat Rio semakin terbakar gairah. Desahan yang membuat nafsu Rio kian membara. Rio menyentuh setiap jengkal tubuh Ify yang kini sudah tidak memakai apapun akibat ulahnya. Mencium rakus bibir Ify yang seakan ia lahap hingga habis tak tersisa. 

"Aahk sa-kit." Ify berteriak melirih kesakitan ketika Rio berhasil memasukinya secara utuh.

Rio langsung berhenti bergerak dan menghapus air mata Ify yang mengalir di kedua sudut matanya. Lalu menunduk kemudian mencium bibir Ify untuk membuat Ify rileks dan melupakan rasa sakitnya. Bersamaan dengan itu, Rio mulai bergerak naik turun dengan pelan dan lembut. Sampai membuat Ify mendesah yang menandakan rasa sakit itu mulai menghilang.

"Aahk Rioh Aahh emh Ri-!"

Rio menambah tempo gerakannya dengan lebih cepat. Dan semakin cepat ketika dia merasa hampir sampai pada puncak kepuasan yang membuatnya langsung tanpa sadar berteriak memanggil nama yang tidak seharusnya.

"AHHH SHILLA AAH." Rio langsung jatuh di atas Ify yang juga sudah lemas akibat pertempuran panas mereka.

Ify yang sebenarnya sudah mulai sadar ketika Rio menyentuh semua bagian tubuhnya, kini merasa teriris ketika mendengar nama Shilla keluar dari bibir Rio. Ify merasa rendah, sangat rendah karena secara tidak langsung dia hanya berperan sebagai pemuas nafsu Rio sejak tadi. Dan semakin merasa rendah karena Ify menikmati penyatuan mereka. Ify bahkan tidak menyesal sudah memberi segalanya pada Rio. Hanya saja, hatinya sakit menerima kenyataan bahwa Rio tidak mencintainya.

"Hiks."

Suara isakan Ify membuat Rio sadar dan langsung menggeser tubuhnya untuk berbaring di samping Ify.

"Maaf." Bisik Rio memeluk tubuh Ify yang langsung bergerak memunggunginya. Dia berpikir bahwa Ify menangis karena perbutannya sudah meniduri gadis ini.

"I'm so sorry, Fy. Gue janji akan tanggung jawab. Gue nggak akan lari." Bisik Rio lagi mengeratkan pelukannya.

Dan Ify semakin menumpahkan tangisnya. Sadar bahwa meski sekarang Ify sudah menyerahkan tubuhnya, hati Rio tidak akan pernah menjadi miliknya. Tapi, tidak apa. Ify harus lebih kuat mulai dari sekarang. Karena Rio sudah mengatakan akan bertanggung jawab, Ify harus memanfaatkan momen ini untuk bisa semakin dekat dengan Rio. Tolong katakan jika Ify sudah gila. Ya, dia memang sudah segila itu jika menyangkut perasaannya pada Rio.

"Fy, gue bener-bener minta maaf. Gue janji akan tanggung jawab setelah ini. Berhenti nangis, please!"

"Yo-" Lirih Ify serak.

Mencintaimu (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang